Pamanku Kesalahanku

Itulah Harapan Mereka



Itulah Harapan Mereka

0Setelah mengusir Zhou You, Jiang Niancheng berkata kepada Xiao Chu, "Apapun yang dikatakannya kepadamu, jangan dengarkan. Dia itu bajingan yang mengigau. Kalau kamu benar-benar mendengarkannya, kamu akan tertipu."     
0

Xiao Chu tersenyum sedikit.      

Ia telah kembali mendapatkan ekspresi normalnya. Aura pembunuh di matanya telah menghilang.     

*******     

Latiao duduk di dalam mobil sambil memandangi gedung-gedung tinggi yang berkelebat cepat di luar.     

Xie Xize bertanya padanya, "Kamu tidak tanya siapa pelakunya?"     

Latiao menjawab, "Sebentar lagi aku akan tahu."     

Xie Xize mengangkat alis. Rasa ingin tahu putranya benar-benar tidak terlalu kuat.     

Bisa dibilang ini bagus juga….     

Hanya saja, bukankah pada umumnya seseorang akan penasaran?     

Lalu, Xie Xize menjelaskan sesuatu kepada Latiao, "Jangan khawatir tentang Nenek Han di rumah. Gu Fei tinggal di rumah untuk menjaga Nenek Han. Dia sangat disukai oleh Nenek Han, dia juga akan menemaninya. Aku menyuruhnya tidak kembali ke lembaga penelitian sementara waktu ini."     

Latiao mengangguk "Ehmmm…."     

Latiao meremas tangan kecilnya, lalu bertanya, "Setelah nenek mendengar kabar dari Gu Fei… bagaimana reaksinya?"     

Xie Xize menjawab, "Gu Fei bilang, Nenek Han tertegun beberapa saat, lalu berkata, 'itu memang yang seharusnya dilakukan'…."     

Nenek Han pasti sangat sedih di dalam hati, tetapi orang tua itu tahu betul, jika Nenek Xie benar-benar sakit keras, pasti akan segera meninggal.     

Kemudian berpikir, wajar bila Mo Yangyang mengajak Latiao untuk pergi berkabung bersama Xie Xize.      

Juga berpikir bahwa memang seharusnya putra dan cucunya pergi ke pemakamannya.      

Namun, bahkan jika itu harus dilakukan, kesedihan di hati Nenek Han masih tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.     

"Aku… ah sudahlah…."     

Latiao ingin memberitahu, bahwa Nenek Han menelponnya tadi malam.      

Namun, setelah merenungkannya di dalam hati, ia memutuskan untuk tidak membahasnya.      

Nenek Han sangat mengkhawatirkan mereka. Jika Latiao ingin menelpon Nenek Han, bagaimana jika Nenek Han ingin bicara dengan Mo Yangyang?     

Jadi….     

Latiao merasa harus sedikit kejam, ia juga memutuskan untuk lebih baik tidak menghubunginya.      

Nanti, tunggu sampai mamanya bangun, mereka langsung pulang ke rumah.      

Xie Xize tahu yang ingin Latiao katakan. Ia tahu bahwa sikapnya yang seperti itu berarti sedang mengkhawatirkan orang lain. Ia pun mengulurkan tangan untuk menyentuh kepalanya, "Kita akan segera pulang."     

Latiao mengangguk, "Ya, aku tahu."     

"Aku percaya, mama akan segera bangun!"     

Xie Xie menanggapi, "Aku juga percaya."     

Latiao kemudian mengungkapkan isi hatinya, "Terus terang saja, mamaku bisa bagun dan itu hanya masalah waktu. Bahkan tanpa Zhou You, dia bisa bangun. Meski demikian, dia hanya butuh waktu, kita harus percaya mama tidak akan rela meninggalkan kita begitu saja."     

Latiao memandang Xie Xize dan berkata dengan serius, "Pasti."     

Kemudian Xie Xize tersenyum, "Ya, itu pasti."     

Karena ada Latiao, hati Xie Xize secara bertahap menyalakan harapan baru.     

Anak ini adalah masa depannya dan Mo Yangyang, juga harapan mereka berdua.     

Selain itu, mereka merasa siapapun tidak mungkin bisa memutuskan kepedulian mereka ini.      

Jadi, dia percaya… Mo Yangyang, pasti akan bangun.      

******     

Begitu mobil tiba di kantor polisi, Xie Xize langsung menemukan Zhou Mingye.     

Zhou Mingye membawa mereka ke sebuah ruangan. Di ruangan itu ada sebuah layar besar yang bisa dengan jelas menayangkan adegan interogasi dan mendengar suara interogasi di ruangan interogasi.      

Ia berkata, "Orang itu tertangkap belum lama ini, jadi dirinya masih diinterogasi. Namun, dia belum mengaku. Bahkan jika dia tidak mau mengaku, tidak masalah, kami punya cukup bukti untuk menyelesaikan kasus tanpa pengakuan."     

Latiao mengangkat kepala sambil fokus memperhatikan layar besar itu. Ia bisa melihat dengan jelas sosok yang sedang duduk di sana dengan tangan terikat di atas meja.     

Setelah melihat wajah itu, Latiao tertegun sejenak, lalu menggertakkan giginya dan bergumam, "Ternyata dia…."     

…..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.