Pamanku Kesalahanku

Suara Tangan Patah



Suara Tangan Patah

0Kak Jie ingin masuk ke kamar mandi, tetapi... Chen Da muntah tiada henti, "huek huek!" Chen Da juga agak kejam, muntahannya itu membuat Kak Jie ingin muntah juga....     
0

Mendengarkan suara yang berlebihan dan mencium bau yang menyengat, Kak Jie akhirnya tidak berani masuk,     

Ia hanya bisa bertanya di pintu, "Bagaimana keadaanmu, Kak Chen?"     

Tentu saja tidak ada jawaban.      

"Bos memintaku untuk mengecek Anda, silakan Anda istirahat baik-baik...."     

Setelah berbicara, ia berbalik untuk melihat Chen Er.     

Belum juga melihat Chen Er, ia mendengar suara dengkuran.     

Setelah mendekat, Kak Jie tiba-tiba ingin menutup hidungnya.     

Terlalu bau….     

Kedua sepatu Chen Er jatuh ke lantai, satu di timur dan lainnya di barat. Tubuhnya terlentang luas di kasur, selimutnya telah ditendang.     

Kedua kaki dan sepatunya, baunya sangat menyengat...     

Kak Jie awalnya ingin mengambil langkah maju, ingin membangunkan Chen Er dan mengambil kesempatan untuk mengucapkan beberapa patah kata kepadanya.     

Namun sekarang, ia benar-benar tidak memiliki keberanian untuk maju. Sungguh, baunya tidak enak!     

Kak Jie mencoba memanggil Chen Er. Namun karena menghirup bau busuk yang menyengat, ia tiba-tiba memiliki keinginan untuk lari ke kamar mandi menemani Chen Da muntah.      

Ia dengan cepat berlari keluar dari kamar tidur. Setelah keluar, ada perasaan lega karena dirinya masih bisa hidup.      

Pengawal Xie menatapnya dengan tatapan hina.      

"Hari ini... biarkan kedua kakak laki-laki itu beristirahat dengan baik. Ketika mereka bangun, aku akan datang lagi...."     

Ia pun melihat sisa makanan di atas meja dan bertanya, "Kalian telah bekerja keras, apakah kalian ingin aku memesankan makanan untuk kalian lagi?"     

"Tidak usah."     

"Kalau begitu… kalau begitu aku pergi dulu. Ini hotel pemandian air panas. Kalian bisa pergi ke pemandian air panas kalau ada waktu..."     

Pengawal Xie tidak menjawab sama sekali. Kak Jie pun hanya tersenyum canggung lalu berjalan keluar.     

Namun saat masih berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ia merasa seperti menginjak sesuatu yang keras, bulat, juga agak lembut. Karena itu terjadi tiba-tiba sehingga dirinya tidak bisa mengendalikan diri, tubuhnya jatuh ke belakang.      

Ketika tubuhnya mau mendarat ke lantai, ia berpikir bahwa ruangan ini lantainya dilapisi oleh karpet, jadi ia merasa aman saat jatuh.      

Namun siapa sangka, dengan bunyi gedebuk... bagian belakang kepalanya membentur sesuatu yang sangat keras.     

Benturan ini sangat keras sehingga Kak Jie merasakan kesakitan yang luar biasa saat itu juga!     

Bagian belakang kepalanya serasa seperti hancur berkeping-keping. Air mata kemalangan mengalir dari mata Kak Jie hampir seketika.     

Ada juga bintang-bintang yang mengelilingi kepalanya.      

Ia pun mendengar pengawal Xie berbisik di sana.     

"Kenapa ada asbak di lantai?"     

"Saat aku makan tadi, aku melihat asbak itu terlalu mengganggu di atas meja, jadi… kupindahkan begitu saja ke lantai, tapi tiada yang tahu malah…."     

Ketika Kak Jie mendengar ini, ia tiba-tiba ingin bangun.      

Sialan kalian, dasar sialan….     

Selanjutnya ia mendengar.      

"Kenapa dia tidak bergerak?"     

"Mungkinkah dia sudah mati?"     

Mendengar ini, Kak Jie tiba-tiba mulai bangkit, ingin memaki orang-orang ini. Akan tetapi karena bagian belakang kepalanya terbentur, jadi saat baru saja bangun, ia tiba-tiba merasa pandangan di depannya berputar, penglihatannya jadi gelap, dan dia akan jatuh!     

Ketika pengawal Xie melihatnya, Kak Jie jatuh lagi.     

"Sial, jangan-jangan dia benar-benar sudah mati?"     

Dua pengawal bergegas menghampiri. Salah satu dari mereka, mungkin karena terburu-buru, jadi "tidak sengaja" menginjak tangan Kak Jie.     

Para pengawal Keluarga Xie, mereka semua adalah ahli tinju dan seni bela diri. Batu bata saja sanggup mereka hancurkan hanya dengan satu kaki, apalagi tangan manusia?     

Kak Jie yang hampir pingsan saat itu, kini dibangunkan oleh rasa sakit karena diinjak oleh kaki ini.     

Ia menjerit dengan gemetar, "Ta… Ta… Tangan…."     

Ia juga sepertinya mendengar suara tulangnya retak.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.