Pamanku Kesalahanku

Dia Terlalu Sial



Dia Terlalu Sial

0Pengawal itu tampaknya tidak mengerti, tetapi ia tetap mengulurkan tangan untuk membantunya, "Aku tahu kamu tidak tahan... kamu ini terlalu tidak berhati-hati. Orang sebesar kamu masih saja bisa jatuh. Kalau bukan jarak kita yang jauh, aku akan mengira kita yang membuatmu jatuh. Kalau kamu mau melukai dirimu sendiri, cobalah untuk tidak melibatkan orang lain….."     
0

Kepala Kak Jie pusing, bagian belakang kepalanya sakit, dan hatinya penuh amarah. Ia menggertakkan giginya dan berkata, "Lepaskan aku…"     

Pengawal itu tertegun, "A…".     

Kepala Kak Jie pusing, lalu ia berkata dengan marah, "Lepaskan aku!"     

Pengawal langsung membalas, "Karena kamu bilang begitu, maka ... baiklah!"     

Sedetik berikutnya, pengawal melepaskan tangannya. Kaik Jie yang tidak bisa duduk dengan stabil dan tiba-tiba kehilangan penyangga, tubuhnya langsung jatuh ke belakang, dan kepalanya juga mendarat lagi menerima benturan kedua.      

Kali ini, ia benar-benar pingsan.      

Xie Fengmian menatap Kak Jie si beruang malang. Seketika... ia merasa bahwa nasibnya masih lebih beruntung!     

Benar saja, membandingkan hal yang lebih sial dari kita, bisa membuat kita merasa bahagia.     

Pengawal Keluarga Xie perlahan berkumpul dan berjongkok.     

Mereka semua berdiskusi dengan sangat hati-hati.     

"Orang ini, jangan-jangan dia sudah benar-benar mati? Dia terlalu ceroboh. Menurutmu, bukankah aneh kalau dia bisa jatuh padahal lantai ini datar?"     

"Benar saja, bencana memang tidak bisa ditebak. Kalau ditakdirkan terjadi, ya terjadilah."     

"Tapi kalau dia mati di sini, apakah kita nanti akan disalahkan? Menurutmu, dia tidak mungkin sengaja membenturkan diri, kan?"     

"Itu tidak tahu persis…."     

Ketika Xie Fengmian mendengarkan kata-kata mereka, ia merasa bahagia di hati. Orang-orang ini, semuanya masih berlagak jadi bintang film, mereka benar-benar tidak ambigu dalam berakting.      

Seorang pengawal mengulurkan tangan dan meletakkan tangannya di bawah hidung Kak Jie. Lalu menghela nafas lega, "Dia tidak mati, dia masih bernapas."     

"Berarti dia pingsan, haruskah dia dibawa ke rumah sakit?"     

"Kalau dibawa ke rumah sakit… pakai uangmu?"     

"Aku tidak punya uang."     

"Lalu bagaimana?"     

"Bangunkan dia, suruh dia jalan sendiri. Dia jatuh sendiri, kan? Jadi, apa hubungannya dengan kita?"     

"Betul juga…."     

Oleh karena itu, salah satu dari mereka langsung berlari ke kamar mandi. Lalu ia mengambil tong sampah untuk diisi air dingin dan kembali.      

Kemudian, ia menyiramkan air itu ke wajah A Jie.      

Kak Jie langsung bergidik lalu terbangun.     

Pengawal yang menyiram air berseru dengan gembira, "Hei, dia bangun..."     

Pengawal lain membungkuk dan menatap Kak Jie, "Karena kamu baik-baik saja, cepatlah pergi, jangan terus-terusan ada di sini. Kamu jatuh sendiri saat berjalan, jadi itu tidak ada hubungannya dengan kami."     

Kepala Kak Jie masih sangat sakit. Kegelapan di penglihatannya samar-samar hilang. Pemandangan wajah di depannya terlihat ganda.      

Ucapan para pengawal itu bisa didengar dengan jelas untuk sementara waktu, tetapi tidak untuk selanjutnya.      

Ada salah seorang pengawal berkata, "Tidak usah pedulikan dia, angkat dan bawa dia pergi…."     

Jadi dua pengawal langsung mengangkat Kak Jie dan membuka pintu. Di luar, mereka melihat sekelompok gadis masih di luar pintu.     

Pengawal itu mendorong Kak Jie yang lemas ke tangan mereka, "Dia jatuh saat berjalan sendiri, bawa dia kembali."     

Setelah mengatakan itu, ia menutup pintu keras-keras.      

Para gadis di luar pintu yang sudah bersiap, berdandan cantik, dan menunggu para pengawal, semua hanya bisa terpana bingung.     

Situasi sialan macam apa ini?     

Setelah pintu ditutup, barulah para pengawal bisa santai.      

Salah satu pengawal mengambil asbak, yang permukaannya sudah berlumuran darah.     

Ia berkata, "Ahaha... lukanya sepertinya tidak ringan ..."     

"Anak ini, dia terlalu sial."     

Semua orang mengangguk, "Itu benar... terlalu sial..."     

Xie Fengmian yang mendengar percakapan itu hanya bisa mendengus, 'Dasar tidak tahu malu! Kalian kira aku benar-benar tidak melihat kalian sengaja meletakkan asbak itu di lantai supaya membentur kepalanya?!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.