Pamanku Kesalahanku

Yang Menginjak Kepalaku, Tunggu Saja



Yang Menginjak Kepalaku, Tunggu Saja

0Kak Jie mendongak. Matanya bertemu dengan tatapan mata salah satu pengawal Keluarga Xie.     
0

Tatapan mata itu dingin dan ganas.     

Jantung Kak Jie berdetak kencang saat melihatnya. Ia berpikir, mungkinkah... harus benar-benar menghadapi masalah sulit dengan mereka?     

Di kamar mandi, suara muntahan Chen Da terdengar lebih jelas,     

Kak Jie tersenyum canggung, "Itu... maafkan aku, maafkan aku, aku tidak menyangka kedua kakak beradik Keluarga Chen akan mabuk seperti ini. Setelah aku kembali nanti, aku pasti akan memberi tahu bos bahwa lain kali kami tidak boleh membiarkan kedua kakak beradik itu mabuk. Parah sekali… aku akan masuk untuk melihat…."     

Ia pun maju selangkah, lalu pengawal Xie mengikuti di belakang.     

Sejujurnya, Kak Jie sedikit gugup. Ia pun berkata, "Kakak, aku... aku benar-benar tidak punya niat jahat. Aku benar-benar ingin memberi kalian beberapa manfaat. Bos kami dengan tulus ingin bekerja sama dengan Chen bersaudara...."     

Pengawal Keluarga Xie dengan jijik berkata, "Tidak ada niat jahat, tapi memasang kamera lubang jarum di kamar yang ditempati Kakak Chen kami? Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa kami adalah orang bar-bar yang belum pernah memasuki kota, yang tidak tahu mainan seperti itu?"     

Kak Jie pura-pura bingung, "Kamera lubang jarum yang mana? Sayang sekali, hati nurani kami bersih, kami benar-benar tidak melakukan itu. Meskipun hotel ini disiapkan oleh kami, tetapi kami tidak mungkin melakukan hal yang tidak tahu malu seperti itu."      

"Ehm… itu pasti dipasang oleh pihak hotel sendiri, atau mungkin itu punya tamu yang sebelumnya menempati kamar ini. Kalian tidak tahu, sekarang kejadian semacam ini umum di beritakan!" Tambahnya.     

Pengawal Keluarga Xie tersenyum menghina.     

Pengawal Xie pun menjawab, "Tapi bagi kami, kamu... adalah tersangka yang paling dicurigai. Ketika kakak laki-laki kita bangun, aku akan memberitahu dia. Adapun reaksi mereka, aku tidak tahu."     

Xie Fengmian, yang ditekan di lantai, menggertakkan gigi, 'Bajingan, kalian benar-benar berkomitmen untuk berakting, dan kalian sudah memiliki begitu banyak bagian dialog!'     

Mereka seperti aktor pemula. Kenapa mereka semua memiliki dialog, sedangkan dia... hanya bisa menjadi sandera yang tidak berdaya dan tidak ada yang membantunya.      

Tidak hanya dipukuli oleh pengedar narkoba, tetapi tubuhnya juga disakiti oleh mereka.     

Kak Jie buru-buru berkata, "Aku akan menjelaskan ini pada kakak Chen ketika mereka bangun. Justru kami yang benar-benar dirugikan kali ini..."     

Awalnya, Kak Jie mengatur kamera lubang jarum dipasang di dalam kamar hotel.      

Padahal, sebelumnya Lao Du bilang tidak perlu memasangnya. Sebab jika ketahuan oleh mereka, akan lebih sulit untuk menenangkan Chen bersaudara.      

Sayangnya, Kak Jie bilang bahwa dirinya akan berhati-hati agar tidak ketahuan.     

Namun nyatanya….     

Dia benar-benar ketahuan.      

Kak Jie hanya bisa menggertakkan gigi. Ia benar-benar meremehkan sekelompok orang ini. Tidak hanya kewaspadaan, tetapi efisiensi penyelidikan kelompok ini juga sangat tinggi. Setelah memasuki ruangan, mereka langsung mencari kamera pengintai terlebih dahulu, dan mereka bisa menemukannya begitu cepat.     

Kak Jie merasa menyesal di dalam hati. Jika bisa memahami hal ini lebih awal, ia akan mendengarkan ucapan Lao Du.     

Setelah mengambil dua langkah lagi, Kak Jie melihat Xie Fengmian yang terjebak di kaki meja seperti anjing. Mulutnya ditutup dengan selotip, dan tampaknya baru diinjak-injak di lantai.      

Mata Xie Fengmian menyemburkan api, terlihat sangat marah.     

Kak Jie ingat yang dijelaskan Lao Du sebelum dirinya datang.     

Melihat adegan ini, ia merasa bahwa pikiran dan keraguan terakhir Lao Du bisa hilang sama sekali.     

Sebelum datang, Lao Du bilang bahwa ia selalu merasa kalau Xie Fengmian, sebagai tuan muda tertua dari keluarga Xie, ditangkap terlalu mudah. Apalagi setelah ditangkap, polisi Jinchuan tidak membuat berita apapun, dan tidak ada berita tentang kehilangan Xie Fengmian di Kota Xia.     

Ia bilang, dirinya mencurigai bahwa ini adalah penipuan.      

Kak Jie pun memikirkan dugaan ini lebih dalam, tuan muda tertua dari keluarga Xie sialan ini, bagaimana bisa tertipu dengan diperlakukan begitu memalukan?     

Bahkan jika mereka berpura-pura, mereka tidak bisa berpura-pura sampai terasa sangat nyata, bukan?     

Apa yang tidak diketahuinya adalah Xie Fengmian meraung di dalam hatinya, 'Orang yang menginjak kepalaku, tunggu aku!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.