Pamanku Kesalahanku

Adik Sepupu yang Luar Biasa



Adik Sepupu yang Luar Biasa

0Latiao memutar mata, "Kalian baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Oh bukan… ibuku baik-baik saja, sedangkan kamu... Hehe…"     
0

Xie Xize terdiam….     

"Oke, aku tidak akan berbicara denganmu lagi, aku sangat sibuk!"     

Xie Xize masih tidak bicara….     

Latiao langsung menutup telepon. Ia langsung menghela napas, 'Huuuh… Hei, aku lelah, aku harus mengkhawatirkan orang tuaku setiap hari!'     

******     

Di sisi lain, Chen bersaudara dan pengawal Keluarga Xie membawa tiga pria yang dikirim oleh Kak Kui keluar dari bandara ke tempat parkir bawah tanah.     

Mereka menyiapkan sebuah mobil van dan melemparkan tiga orang itu ke dalamnya.     

Kemudian, mereka menutup mulut mereka, lalu mengambil tongkat bisbol. Mereka mengangkat salah satu tangan mereka, lalu memukulkan tongkat itu ke salah seorang anggota geng sekuat tenaga.      

Setelah dipukul hingga sangat keras, seketika itu juga lelaki itu bangun. Ia tidak bisa mengeluarkan suara, hanya bisa melengkungkan tubuhnya. Urat-urat biru di dahi dan lehernya menonjol karena kesakitan.     

Chen Dan berkata, "Sudah ditekan…."     

Chen Er dan pengawal Keluarga Xie menahan orang itu lalu mematahkan tangan dan kakinya yang lain.     

Lelaki itu akhirnya pingsan.     

Dua orang sudah dipatahkan tangan dan kakinya, dan satu masih utuh.      

Chen Da memandang orang terakhir itu dan berkata, "Yang ini, sisakan saja, tidak perlu dipatahkan. Kita akan melakukannya di depan Kak Kui, kita beri Kak Kui dampak pukulan yang lebih besar."     

Mata Chen Er berbinar, "Oke, kupikir itu bagus, bagaimana kalau kita tanyakan pada bos?'     

"Boleh…."     

Chen Da bertanya pada Latiao. Idenya disetujui oleh anak itu, dan… Chen Da mendapatkan pujian darinya. Latiao bilang bahwa Chen Da sekarang semakin bisa punya pemikiran sendiri dan sudah semakin banyak menggunakan otaknya.     

Chen Da pun juga tidak akan mengatakan apa-apa saat dirinya bersemangat.      

Setelah menutup telepon, wajah Chen Da memerah karena kegembiraan.     

Chen Da memegang ponsel dengan erat, "Bos memujiku lagi. Aku harus bekerja keras dan tidak pernah menyia-nyiakan kepercayaan bos."     

Chen Er iri sambil mengempiskan mulut!     

Chen Da pun langsung bergegas, "Ayo, kita berangkat.…"     

Di tempat Kak Kui berada, semua orang sedang mondar-mandir dengan cemas.      

"Kakak Kui, ponsel mereka tidak bisa dihubungi, apa yang harus dilakukan?"     

Kak Kui melirik jam di ponselnya. Hanya tersisa lima menit sebelum pesawat lepas landas.     

Kak Kui benar-benar khawatir, dengan yang terjadi pada Chen bersaudara.      

Salah satu bawahannya hanya bisa berkata, "Kak Kui... jangan-jangan mereka menemukan anggota kita, lalu…."     

Kak Kui melambaikan tangannya lagi dan lagi, "Tidak, tidak... Jelas tidak mungkin!"     

Jika benar-benar ditemukan oleh Chen bersaudara, itu akan lebih buruk.     

Kakak Kui menunjuk ke kedua bawahannya, "Kalian, cepat ke bandara."     

"Ya, tapi... Kak Kui, bahkan jika kita pergi sekarang, mungkin... tidak ada gunanya, kan?"     

Kak Kui menelan ludah dan berkata dengan meraung, "Jangan pedulikan itu dulu untuk saat ini, cepat pergi..."     

"Baik…."     

Dua orang bawahan itu bergegas keluar dan tidak berani terus-terusan di tempat.     

Kakak Kui buru-buru menyeka keringat yang mengalir dari dahinya.     

Ponsel berdering lagi. Itu adalah telepon dari bos. Kak Kui panik dan hampir menjatuhkan ponselnya.      

Kak Kui pun terlebih dulu menarik napas dalam-dalam, lalu menerima panggilan itu, "Halo, Bos...."     

Bos bertanya, "Pesawatnya sudah terbang, mana orangnya? Kalian sudah berhasil menahan mereka?"     

Kakak Kui menjilat bibirnya yang pecah-pecah lalu berkata, "Sudah kami tahan, sudah kami tahan, tentu saja sudah kami tahan... Mereka… sudah dalam perjalanan ke sini, Anda tenang saja."     

"Oke, ketika mereka datang, hubungi aku segera!"     

"Oke, oke, aku akan memberitahu Anda, jangan khawatir!"     

Setelah memutuskan panggilan, keringat dingin di dahi Kui telah mengalir melewati matanya.     

Menyaksikan Kak Kui yang bingung dan cemas, Xie Fengmian sangat ingin tertawa. Tetapi sayangnya, mulutnya tersumbat dan membuatnya tidak bisa tertawa!     

Adik sepupunya itu, cih, sungguh luar biasa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.