Pamanku Kesalahanku

Pura-pura Terlihat Baik-baik Saja



Pura-pura Terlihat Baik-baik Saja

Latiao mengangguk      

Lan Dongzhi berkata dengan lembut, "Latiao, Bibi Dongzhi punya sesuatu untuk dilakukan dan itu tidak ada hubungannya dengan orang tuamu. Sejak awal datang ke Jinchuan dari Kota Xia, aku tidak berencana untuk tinggal di sini."      

"Ehm… Bisa dibilang aku memanfaatkan kebaikan ibumu. Jika dia tahu aku akan pergi, dia pasti akan menyuruh Xie Xize untuk melindungiku. Aku bersembunyi di sini dalam waktu lama, hanya untuk menunggu perkembangan situasi…."     

"Ketika situasi itu berkembang ke keadaan yang bibi harapkan, bibi akan pergi, dan sekarang... situasinya telah berkembang. Kembalilah, nanti kalau mamamu datang, tolong sampaikan permintaan maafku padanya, aku telah memanfaatkan persahabatan kami."     

Lan Dongzhi mengatakan semua itu dengan sangat terencana. Sepertinya, ia sudah memperhitungkan sikap Mo Yangyang sejak awal, memperhitungkan kebaikannya, dan datang ke sini untuk tujuannya sendiri.      

Latiao masih menggelengkan kepala, "Tidak, aku tahu, bibi bukan orang seperti itu, Bibi memang selalu bicara hal-hal buruk tentang dirimu sendiri. Hanya saja…, Bibi hanya ingin membuat rasa bersalah kami berkurang. Bibi selalu bersikap pura-pura baik-baik saja demi memikirkan orang lain, tetapi tidak memikirkan diri sendiri!"     

Saat Lan Dongzhi sedang berbicara dengan Xie Fengmian di dapur belakang, Latiao kebetulan mendengarnya dari luar.     

Latiao tidak tahu Xie Fengmian mungkin sulit untuk memahaminya, tetapi dirinya sendiri bisa memahaminya.     

Bibi Dongzhi bicara begitu hanya untuk membuat Xie Fengmian menyerah dan melepaskan harapan untuknya.      

Dia melakukan itu karena dirinya lebih suka membiarkan Xie Fengmian membencinya daripada terus terlibat dalam hidupnya.      

Ia terlihat tangguh di luar, tetapi sesungguhnya lebih rapuh dari siapapun di dalam.     

Ia sangat baik dan sangat baik, sebaik Ibu Latiao sendiri.      

Mata Lan Dongzhi memerah. Ia selalu terbiasa berpura-pura di depan orang dan terbiasa disalahpahami sebagai gadis yang sembrono serta berperilaku serampangan.      

Lan Dongzhi tidak peduli dengan pendapat orang lain, tetapi ia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari nanti akan ada seorang anak kecil yang sangat memahaminya.      

Lan Dongzhi membuka tangannya untuk memeluk Latiao, "Latiao, beberapa waktu ini adalah waktu paling menyenangkan dan paling membahagiakan yang pernah bibi habiskan dalam hidup. Bibi sangat senang bertemu denganmu. Ketika ibumu pulang nanti, kamu bisa menyampaikan permintaan maafku padanya."     

Latiao memegang pakaian Lan Dongzhi, "Aku tidak mau… katakan saja sendiri yang ingin bibi katakan."     

Lan Dongzhi tersenyum pahit, "Tidak bisa, aku tidak bisa menunggu dia pulang...."     

Melalui pintu, perempuan ini seperti merasakan aura penindasan yang akrab dan menakutkan, yang rasanya sangat mencekik.      

Ia juga paham bahwa kesabaran seseorang pemilik aura itu ada batasnya. Hal ini membuat Lan Dongzhi harus segera pergi....     

Latiao mengerutkan kening, "Aku tidak akan membiarkanmu pergi, percayalah padaku, aku benar-benar punya cara."     

Lan Dongzhi mengangguk, "Sayang, aku tahu kamu punya cara. Bibi selalu percaya bahwa kamu sangat hebat, tetapi... hari ini kamu harus patuh, ibumu tidak ada di sini, kamu harus mendengarkan kata-kataku, kembalilah ke kamar, berbaring dan tidurlah. Besok pagi, mamamu akan pulang, oke?"     

Mata Latiao mulai berair dan memerah, "Tidak…"     

Lan Dongzhi pun mengusap-usap rambut Latiao sembari berkata, "Latiao, bibi benar-benar pergi, bukan demi kalian, tetapi benar-benar ingin melakukannya untuk diri bibi sendiri. Juga demi… orang yang meninggal dalam keluarga kita, bibi harus pergi!"     

Tangan Latiao yang memegang Lan Dongzhi sedikit mengendur.     

Lan Dongzhi berkata sambil tersenyum, "Saat aku berusia 19 tahun, aku masuk ke Shanglin Spring. Sampai hari ini, semua yang kulakukan memiliki tujuan. Lagi pula, setiap orang harus menempuh jalannya sendiri."      

"Latiao, aku sudah memikirkan jalan hidupku. Selama aku hidup, aku harus melakukannya, tahukah kamu bagaimana rasanya hidup sendiri tetapi bukan lagi untuk diri sendiri?"     

Latiao mengerti... hidup sebenarnya fase orang mati yang berjalan. Hidup akan terasa hidup jika punya harapan yang berkobar di hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.