Pamanku Kesalahanku

Pulang Sendiri, Atau Dijemput?



Pulang Sendiri, Atau Dijemput?

0Ketika Lan Dongzhi kembali ke toko, Mo Yangyang sudah sangat cemas. Melihat Lan Dongzhi kembali, ia merasa lega, "Apakah kamu tadi benar-benar pergi ke toilet? Kenapa lama sekali?"     
0

Lan Dongzhi tersenyum, "Aku memang ke toilet, lalu setelah keluar, aku berkeliling mencari toko ini tetapi tidak juga ketemu!"     

Pelayan toko di samping berkata, "Lokasi toilet di mall ini memang cukup berbelit-belit. Kalau belum mengenal mall ini, memang mudah sekali tersesat."     

Mo Yangyang segera menimpali, "Kamu menakutiku. Kalau kamu tidak kembali, aku mau mencarimu. Aku meneleponmu tetapi tidak kamu angkat."     

Namun Lan Dongzhi langsung merangkul bahu Mo Yangyang dan menjawab seolah tanpa ada masalah, "Baiklah, aku tahu kamu peduli. Ayo… ayo… ayo, hari ini aku mau mentraktirmu makan."     

Mo Yangyang mendorongnya, "Bohong, kamu tidak punya uang sekarang. Lagi pula, aku yang membayar gajimu, jadi apa yang mau kamu traktir? Hari ini, semua pembelian ditanggung olehku, dan tidak boleh menggantikanku."     

"Baiklah, aku tahu pamanmu tidak kehabisan uang, jadi tidak ada gunanya aku mengeluarkan uang. Ayo pergi…."     

Lan Dongzhi menyeret Mo Yangyang dan Latiao untuk keluar.     

Lan Dongzhi membawa mereka ke restoran makanan manis.     

Menu yang dipesannya untuk Mo Yangyang adalah Kue Napoleon, salah satu kue yang disukainya. Latiao memesan banana split, sedangkan Lan Dongzhi tidak menginginkan apapun untuk dirinya sendiri, kecuali secangkir kopi Mandheling.     

Mo Yangyang menyesap dan menjulurkan lidahnya dengan getir, "Kamu masih suka minum itu, itu sangat pahit."     

Lan Dongzhi tersenyum, "Aku sudah terbiasa, jadi tidak terbiasa makan makanan manis."     

Mo Yangyang memotong secuil kue dengan sendok lalu mengulurkannya ke mulut Lan Dongzhi, "Bagaimana mungkin ada orang yang tidak suka makanan manis. Ayo, cicipi kuenya ..."     

"Tidak usah."     

Mo Yangyang mendesak "Ayolah, ayolah…."     

Lan Dongzhi tidak bisa mengalahkan Mo Yangyang, jadi ia harus membuka mulutnya untuk mencicipinya.      

"Ayo, kita foto bersama. Kita tunjukkan kepada paman, biar dia cemburu…."     

Mo Yangyang menyeret Lan Dongzhi dan Latiao bersama-sama, lalu mengambil foto.     

Latiao berada di tengah, tersenyum ala kadarnya di tempat kejadian.     

Mo Yangyang tersenyum dan menunjukkan gigi putihnya. Lan Dongzhi menatap kamera dengan senyum lembut. Wajahnya yang cerah dan tersenyum menunjukkan sebuah kelembutan yang akan terpampang selamanya!     

******     

Sebelum gelap, Mo Yangyang akhirnya kembali ke rumah.     

Nenek Han tercengang ketika melihat barang-barang belanjaan yang dibawa pengawal, "Yangyang, apakah kamu memindahkan semua barang di mall ke sini?"     

Mo Yangyang tersenyum bodoh, "Tidak, hihi…. lain kali aku akan berjuang untuk menahan diri."     

"Ibu ibu, lihatlah, aku membelikanmu baju, coba lihat…."     

Nenek Han melihat mantel merah cerah yang dikeluarkan Mo Yangyang, lalu melambaikan tangannya lagi dan lagi, "Oh, tidak… tidak, aku sudah sangat tua, mana mungkin aku memakai warna-warna cerah seperti itu?"     

Setelah dibujuk dan dipuji oleh semua orang, Nenek Han akhirnya bersedia memakai baju baru.     

Latiao berkata dengan sepenuh hati, "Nenek, kurasa nenek tidak usah memakainya lagi."     

Nenek Han segera melepasnya, "Latiao merasa ini jelek."     

Latiao menggelengkan kepala, "Nenek jadi terlalu cantik, sampai nenek akan terlihat berbahaya kalau diajak keluar rumah."     

"Bocah sialan…."     

Melihat senyum di wajah Nenek Han itu membuat Mo Yangyang merasa bahwa semuanya berharga hari ini.     

Di malam hari, ia berkata kepada Xie Xize, "Aku sangat senang punya Paman Kelima, Latiao, Ibu, dan Lan Dongzhi. Kalau saja ayah masih ada di sini."     

Xie Xize menepuk punggung Mo Yangyang dengan ringan, "Dia ada di sini, dia akan selalu ada di sini, dia bisa mengetahui kebahagiaanmu."     

"Ehmmm!"     

Di ujung koridor, kamar Lan Dongzhi.     

Ruangan itu gelap dan dipenuhi dengan bau nikotin. Lan Dongzhi sedang memegang sebatang rokok di tangannya. Puntung rokok itu terus menyala dalam kegelapan.     

******     

Sejujurnya sore hari tadi di toilet.      

"Tuan Muda ingin tahu, Anda pulang sendiri, atau dia datang menjemputmu?"     

"Tuan Muda Chu sudah menjemput, jadi mana bisa aku menolak. Katakan padanya, aku akan pergi bersamanya setelah Jum'at depan."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.