Pamanku Kesalahanku

Dia Dilahirkan untuk Dimanja



Dia Dilahirkan untuk Dimanja

0Ketika keluar dari dapur belakang, Mo Yangyang tidak melihat Luo Xi. Ia kira wanita itu tidak bisa menunggu lama lalu pergi dengan sendirinya.      
0

Kemudian, ia melihat Lan Dongzhi menuntun tangan Latiao untuk masuk. Perempuan ini pun memberikan minuman teh susu boba padanya, "Minumlah dulu, aku membawakanmu teh susu."     

Mo Yangyang dengan gembira menerimanya, "Kalian ternyata diam-diam pergi untuk membelikanku teh susu, ya!"     

Lan Dongzhi tersenyum, "Bukankah ini menunjukkan kalau kami sangat memikirkanmu? Aku membelikan yang ukuran besar lho."     

Mo Yangyang mengambilnya, "Wh, kalian baik hati sekali!"     

Setelah meneguk teh susu dengan puas, Mo Yangyang berkata, "Dongzhi, kita belanja yuk!"     

Lan Dongzhi kaget, "Kenapa? Kamu tidak lanjut membuka restoran?"     

Mo Yangyang mengangguk, "Bisnis restoran kita sangat bagus, jadi tidak masalah kalau sekali saja tidak buka di sore hari. Tadi saat di dapur belakang, aku tiba-tiba ingat kalau kita berdua sudah lama sekali tidak belanja bersama…."     

Lan Dongzhi tersenyum, "Betul juga, sudah lima tahun."     

"Kebetulan, kalau kita belanja sekarang, sekarang sudah mulai masuk musim dingin. Jadi, kita harus mulai menambah baju musim dingin untuk semua orang." Kemudian Mo Yangyang menepuk-nepuk saku bajunya, "Kita habiskan uang pamanku."     

"Kamu sebenarnya ingin pergi berbelanja, atau ingin pamer punya pasangan?"     

"Dua-duanya."     

Latiao mengangkat telapak tangan, "Aku… aku… aku, aku juga mau ikut."     

Mo Yangyang menggosok-gosok kepalanya, "Tenang saja, kamu tidak akan dilewatkan!"     

Lan Dongzhi tersenyum dan bertanya, "Lalu pamanmu? Tidak kamu pedulikan lagi?"     

"Oh, iya! Aku akan menelponnya, menyuruhnya untuk tidak usah datang."     

Mo Yangyang segera berlari mengambil ponsel.      

Dengan cepat telepon tersambung, Mo Yangyang berkata, "Paman Kelima, hari ini kamu tidak usah datang ke restoran. Nanti aku mau belanja bersama Lan Dongzhi dan Latiao…."     

Di ujung telepon yang lain, Xie Xize tidak tahu cara untuk menanggapinya, dan Mo Yangyang tanpa sadar mulai bertingkah seperti anak manja, "Ayolah, aku akan melakukan apapun untukmu nanti malam. Aku sudah lama sekali tidak belanja. Boleh ya… boleh ya?"     

Melihat senyum manis di wajah Mo Yangyang, Lan Dongzhi menyentuh kepala Latiao.     

"Kamu tahu? Mamamu itu, aku lebih membencinya sekarang daripada saat pertama kali bertemu dengannya..."     

Latiao mengangkat wajahnya dan bertanya, "Seperti apa mama saat Bibi Dongzhi pertama kali bertemu dengannya?"     

Lan Dongzhi mengingat sejenak, lalu bercerita, "Seorang putri kecil yang tinggal di menara gading dan tidak tahu penderitaan dunia luar. Dia bodoh dan naif. Dia selalu berpikir bahwa dunia ini berwarna-warni seperti dalam pikirannya."     

"Sekarang, awan gelap di hidupnya akhirnya menghilang, dan dia telah kembali bertingkah seperti anak remaja. Kamu tahu, hanya sedikit orang yang bisa kembali ke sikap remaja setelah melalui kesulitan. Mamamu sangat senang bertemu dengan orang yang tepat untuknya."     

Sudut bibir Latiao terangkat setuju, "Ehmm!"     

Dibandingkan dengan sebelumnya, Latiao lebih menyukai Mo Yangyang yang sekarang.      

Senyumnya yang cerah dan hangat, adalah cahaya api dalam hidup Latiao yang tidak akan pernah padam.     

Latiao tidak tahu dirinya pernah berpikir tentang kematian ketika bunuh diri, tetapi ia hanya tahu bahwa dirinya akan berusaha keras melindungi ibunya dalam hidup ini. Dengan demikian, cahaya di hatinya tidak akan pernah padam dan membuat hidup ibunya damai.      

******     

Setelah meletakkan ponsel, Mo Yangyang berlari dengan gembira, "Ayo pergi, ayo kita jalan-jalan!"     

Dengan uang di tangannya, Mo Yangyang membeli barang-barang tanpa ragu dan sangat mendominasi.     

Latiao menelan ludah dengan erat, lalu bertanya, "Apakah mamaku pergi berbelanja seperti ini sebelumnya?"     

Lan Dongzhi memandang Mo Yangyang sambil tersenyum, "Ya, melihatnya berbelanja membuatku merasa bahagia. Dia seharusnya dimanjakan oleh dunia."     

Lan Dongzhi pun mengusap rambut lembut Latiao dan melanjutkan, "Beritahu mamamu, bibi mau pergi ke toilet sebentar!"     

"Oke!"     

Setelah keluar dari toilet, ia berdiri di depan wastafel unisex. Lan Dongzhi menatap dirinya di cermin tanpa ekspresi.     

Kemudian datanglah sosok lelaki yang terlihat bayangannya saja. Diam-diam berjalan ke sisinya, "Nona Dongzhi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.