Pamanku Kesalahanku

Tangan Berlumuran Darah, Mau Bagaimana Lagi?



Tangan Berlumuran Darah, Mau Bagaimana Lagi?

0Latiao berkata, "Nenek, ambilkan setangkai bunga untuk Latiao ya?"     
0

Luo Xi menjawab, dengan nada linglung, "Baik!"     

Wanita paruh baya ini langsung menegakkan tubuh dan menatap lurus ke seberang jalan.     

Pada saat ini, lampu merah telah menyala. Pejalan kaki dilarang menyeberang karena waktunya kendaraan lain melewati jalan ini.     

Pejalan kaki yang berdiri di trotoar sebelah lampu lalu lintas, melebarkan mata menyaksikan Luo Xi melangkah meninggalkan trotoar. Selangkah demi selangkah, perempuan paruh baya ini mulai mengarah ke tengah jalan raya.      

Namun semua orang mengira Luo Xi hanya sedang menerobos lampu merah, sehingga tidak ada yang peduli padanya.     

Kendaraan pun membunyikan klakson dan melaju melewati Luo Xi. Orang yang menunggu lampu hijau, meneriakinya agar terhindar dari bahaya, sambil gemetar ketakutan.      

Sayangnya, Luo Xi tidak menyadarinya. Ia terus berjalan selangkah demi selangkah menyebrangi jalan.      

Tentu ada seorang pejalan kaki yang berseru, "Gila, bibi itu ingin mati, ya!"     

Begitu selesai berbicara, sebuah mobil putih datang. Pengemudi sudah menginjak rem ketika melihat Luo Xi, tetapi karena jaraknya terlalu dekat, mobil pun kesulitan untuk langsung berhenti meski sudah menginjak pedal rem dengan kuat.     

Dengan suara tabrakan, disertai seruan pejalan kaki di kedua sisi jalan, bagian depan mobil menabrak kaki Luo Xi.      

Tabrakan besar itu membuat tubuh Luo Xi terlempar ke udara, terpental dengan gerakan busur seperti parabola, kemudian jatuh dengan keras di aspal.      

Rasa sakit yang parah seketika membuat Luo Xi mendapatkan kembali kewarasannya.     

Sebelumnya, ia merasa pikirannya kosong. Ia tidak ingat sama sekali penyebab dirinya bisa sampai berjalan ke tengah jalan raya seperti ini.      

Namun saat ini, ia tidak perlu berpikir terlalu dalam. Sebelum pingsan, ia melihat Latiao berdiri di antara kerumunan orang di zebra cross seberang jalan, menunjukkan senyum penyesalan padanya.     

Di bawah langit biru siang hari, senyum anak itu seperti malaikat yang turun ke dunia. Indah dan murni!     

Bahkan jika kedua tangannya berlumuran darah, mau bagaimana lagi?     

Selama ibunya bisa hidup tenang, bisa bahagia menjalani kehidupan, tidak ada yang tidak bisa dilakukannya.     

Di kehidupan sebelumnya, di antara semua musuh ibunya, Luo Xi lah yang paling diinginkannya untuk mati, juga… orang yang paling dibencinya.      

Membuatnya mati ditabrak mobil, adalah kebaikan terbesar Latiao untuk ibunya.      

Lampu hijau menyala. Ketika para pejalan kaki itu berlari ke arah Luo Xi, Latiao memilih untuk berbalik badan dan berjalan ke arah yang berlawanan.     

Tidak ada yang menoleh untuk memperdulikan anak itu, padahal dirinya memiliki hubungan dengan kecelakaan itu.      

Hari ini, matahari bersinar terik, langit sangat cerah.      

******     

Belum berjalan jauh, Latiao bertemu Lan Dongzhi.      

Lan Dongzhi melambaikan tangan padanya.      

Latiao tertegun sejenak, tetapi dirinya segera bersikap seperti biasa. Ia berjalan ke depan Lan Dongzhi, "Bibi Dongzhi, kenapa ada di sini?"     

Lan Dongzhi mengulurkan tangan, "Aku khawatir kamu akan diculik oleh penyihir tua itu, jadi aku di sini untuk menjemputmu."     

Latiao meletakkan telapak tangan kecilnya di telapak tangan Lan Dongzhi.     

Lan Dongzhi pun langsung menggandeng tangan Latiao dan berjalan pulang.      

"Ayo, kita beli teh susu. Kita belikan segelas untuk mamamu juga."     

"Oke."     

Latiao tentu tidak tahu kalau Lan Dongzhi mungkin saja telah menyaksikan kejadian yang terjadi tadi, tetapi... bahkan jika perempuan ini melihatnya, hal itu tampaknya tidak akan menjadi masalah baginya.     

Lan Dongzhi memesan tiga gelas teh susu boba.     

Dalam perjalanan pulang dengan Latiao, ia berkata kepada Latiao, "Ibumu suka sekali dengan teh susu boba. Itu tidak berubah selama bertahun-tahun. Aku tidak tahu, apa enaknya minuman ini? Menurutmu enak tidak?"     

Latiao mengangguk, "Enak sekali!"     

Lan Dongzhi mendengung, "Namanya juga ibu dan anak, kalian berdua sangat mirip!"     

Mereka berjalan santai sampai tiba di restoran.      

Sebelum memasuki pintu, Lan Dongzhi mengusap rambut Latiao, "Anak kecil, lindungi ibumu dan dirimu sendiri dengan baik-baik."     

Latiao tertegun sejenak, lalu menjawab "Ehm!"     

Bibi Dongzhi, ternyata melihatnya, ya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.