Pamanku Kesalahanku

Buat Latiao Bahagia, Oke?



Buat Latiao Bahagia, Oke?

0Latiao bertanya, "Kalau begitu, aku juga ingin mainan Lego ..."     
0

Luo Xi mengangguk sambil tersenyum, "Baiklah… baiklah… oke, semuanya akan nenek belikan untukmu."     

Dalam hati Luo Xi sangat bangga. Ia tahu bahwa anak-anak bisa dibujuk dengan memberi mereka beberapa mainan.     

Terutama anak semacam Latiao ini. Dengan kehidupan sederhana yang dilalui anak ini, Luo Xi merasa bisa menipunya dengan memberikan beberapa barang yang disukainya.     

Latiao terus saja menyebutkan banyak barang, dan Luo Xi mengangguk lembut menyetujui semua permintaan itu.      

Latiao kemudian berkata, "Kalau begitu, ayo kita pergi membelinya sekarang, aku mau sekarang juga."     

Luo Xi langsung menjawab ragu, "E… tunggu sebentar, kita tunggu mamamu…."     

Latiao mendengus, sengaja terlihat seperti anak manja, "Kenapa menunggu mamaku? Nenek, bukankah kamu mau membelikanku semua yang kusebutkan? Apakah kamu berbohong padaku?"     

"Tidak… tidak, tentu saja tidak, mana mungkin nenek membohongimu? Baiklah, kita pergi, kita akan membelinya sekarang juga…."     

Luo Xi sebenarnya ingin menunggu Mo Yangyang, tetapi ia berubah pikiran. Lagi pula bisa membawa Latiao pergi, kelihatannya semakin bagus.      

Sampai saatnya tiba nanti, Mo Yangyang pasti akan mencarinya.      

Luo Xi akan menggunakan beberapa waktu ini, untuk menundukkan Latiao.      

Luo Xi mengulurkan tangan, "Ayo, nenek gendong kamu untuk membeli mainan!"     

Latiao menggelengkan kepala, "Aku bisa jalan sendiri!"     

Dengan tas sekolah kecil di punggungnya, ia berbalik badan dan berjalan keluar sendiri.     

Lan Dongzhi yang baru saja melihat Latiao pergi keluar bersama Luo Xi, segera menyusul.      

Dari kejauhan, Lan Dongzhi memperhatikan Latiao keluar dan mengikuti Luo Xi ke tikungan. Mereka berjalan lurus melewati dua blok. Setibanya di perempatan besar, mereka berhenti.      

Pada saat ini, kebetulan ada lebih dari sepuluh detik tersisa di lampu hijau. Luo Xi ingin melangkah, tetapi dihentikan oleh Latiao.     

Latiao tersenyum memicingkan mata, "Nenek… nenek, berjongkoklah, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Ini soal rahasia mamaku lho!"     

Latiao memiliki ekspresi yang terlalu membingungkan, begitu polos dan tampan. Ketika tertawa, ia menunjukkan gigi susu putih kecil dan mata melengkung seperti bulan sabit. Siapapun yang melihatnya bisa langsung merasa gemas.      

Ketika tersenyum, tidak ada yang bisa melakukan persiapan untuk menghadapinya.      

Luo Xi tentu tidak berpikir macam-macam. Ia langsung berjongkok, menatap Latiao dan bertanya dengan sabar, "Apa itu?"     

Wajah kecil Latiao berada di depan Luo Xi. Matanya yang bening seperti permata, menatap lekat-lekat mata Luo Xi.      

Pada saat itu, Luo Xi seolah-olah bisa merasakan mata anak itu tiba-tiba berubah menjadi pusaran, menghisapnya dengan kuat dan menyeretnya ke dalam pusaran itu.     

Luo Xi merasakan ada hal yang tidak beres, dan mencoba untuk melawan.      

Sayangnya, ia seperti tidak bisa melawan sama sekali.      

Mata Latiao semakin lama semakin gelap. Ia membuka mulutnya, suaranya seperti kutukan yang dilantunkan oleh seorang penyihir.     

Ia mengubah kata-katanya, "Mamaku punya anak yang paling patuh sedunia…."     

"Siapapun yang berani menyakiti mamaku, aku akan sangat marah kepadanya. Sekali aku marah, aku akan terlihat tidak senang. Sekali aku tidak senang, aku ingin melihat orang lain menangis!"     

"Bukankah kamu bilang kamu nenekku? Bukankah kamu bilang akan melakukan apapun yang kuinginkan? Kalau begitu, hal yang ingin kamu lakukan untukku, adalah… buat Latiao bahagia, oke?"     

Tatapan Luo Xi berangsur-angsur mulai lesu, wajahnya datar seperti boneka, lalu berkata "Latiao, bahagia!"     

Latiao tersenyum, "Ya, nenek ingin membuat Latiao bahagia. Jika tidak, bagaimana aku bisa memanggil nenek?"     

"Nenek, lihatlah, bunga di seberang sana sangat indah!"     

Penglihatan Luo Xi jatuh ke dalam penglihatan yang buram, lehernya kaku, lalu ia melihat ke seberang jalan.     

Ia pun berkata dengan bodoh, "In… dah!"     

Padahal di seberang jalan sana, tidak ada apa-apa selain gedung tinggi dan para pejalan kaki.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.