Pamanku Kesalahanku

Kakakku Yang Baik, Bantu Aku



Kakakku Yang Baik, Bantu Aku

0Ada pesanan yang minta diantar lagi, Mo Yangyang pun pergi memasak.     
0

Di sisi lain, Latiao masih sedang menikmati lolipopnya sambil duduk di sebelah Xiao Chu dan menyaksikannya mengupas bawang putih.     

Latiao menolehkan wajah gendutnya sembari bertanya, "Kak Xiao Chu, kalau aku ingin melenyapkan seseorang, menurutmu... apakah ada cara kejam yang sempurna untuk melakukan itu?"     

Xiao Chu meletakkan siung bawang putih yang sudah bersih tanpa rusak sedikitpun dari tangannya ke telapak tangan Latiao. Kemudian ia tersenyum.     

Senyuman seorang remaja, seperti es dan salju yang mencair. Ya, sungguh polos dan lembut!     

Akan tetapi dari luar, tiba-tiba Fei Nanluo bergegas masuk seperti embusan angin, "Latiao, di mana ibumu?"     

Belum juga Latiao membuka mulut, lelaki itu sudah melesat ke dapur!     

"Kak Yangyang, tolong aku. Temani aku ke pesta amal, ya? Aku benar-benar tidak menemukan teman perempuan untuk kuajak ke sana. Mereka tidak layak untukku, jadi tolong, kalau kamu tidak membantuku, nanti aku ditertawai."     

Mo Yangyang merespon, "Aku masih mau berjualan."     

"Jangan khawatir, aku pasti akan mengganti kerugianmu berlipat ganda. Kumohon, kakakku yang baik. Bantu aku....!"     

Kemudian Fei Nanluo menyeret Mo Yangyang keluar sambil berlari dengan terburu-buru.     

Mo Yangyang hanya bisa berteriak untuk meminta Xiao Chu menutup restoran, "Xiao Chu, tolong tutup restorannya dan antar Latiao pulang..."     

Dengan suara derit, Latiao menggigit lollipop dan berkomentar dengan kesal, "Kak Xiao Chu, apakah menurutmu orang-orang ini mengkhawatirkan ibuku?!"     

Xiao Chu mengangguk.     

"Jika bukan karena usiaku yang masih kecil, aku akan menendang para lelaki yang menyebalkan ini satu-persatu."     

Mendengar gerutuan anak kecil ini, Xiao Chu sekali lagi hanya mengangguk.     

Namun setelah sepuluh menit Mo Yangyang diseret keluar oleh Fei Nanluo, Xie Xize seketika datang untuk mencarinya di restoran.     

Begitu pria ini masuk, ia melihat sekeliling ruangan dan tidak menemukan orang yang diharapkannya, "Di mana ibumu?"     

Latiao menjawab, "Hah, laki-laki lagi...."     

Jemari mungilnya dengan cepat memutar manik-manik sempoa.     

Xie Xize bertanya sekali lagi, "Mana ibumu?"     

Latiao menjawab, "Dibawa pergi oleh seseorang dengan naik mobil."     

"Siapa?"     

Latiao tersenyum kepadanya dan berkata, "Kak Nanluo. Dia membawanya ke pesta amal. Mamaku pasti akan sangat menonjol malam ini. Sayangnya... dia bukan pendamping wanitamu!"     

Sedetik berikutnya, tubuh Latiao tiba-tiba terangkat ke langit, "Hei, apa yang kamu lakukan?"     

 ******     

Pada pukul 8 malam, Mo Yangyang melihat banyak orang berpakaian glamor di pesta. Tiba-tiba ia merasa seolah-olah hidupnya ada di abad yang berbeda.     

Lima tahun yang lalu, Mo Yangyang sering berpartisipasi dalam pesta semacam ini. Namun sekarang, mengingat masa lalu itu, ia merasa masa-masa itu seperti hanya terjadi di hidupnya yang telah lalu itu.     

Mo Yangyang sedikit melamun. Fei Nanluo mengira Mo Yangyang sedang gugup. Ia pun mencoba menghiburnya, "Kak Yangyang, jangan takut, tersenyum saja."     

Mo Yangyang hanya berdeham begitu saja untuk merespon.     

Acara amal pun dimulai, Fei Nanluo dipersilahkan untuk berbicara di atas panggung.     

Mo Yangyang sendiri tampaknya ingin menemukan tempat yang sepi. Namun saat sedang menembus beberapa kerumunan ini, tiba-tiba ada seseorang yang menghentikannya.     

"Bos Han, kamu juga datang ke sini?"     

Mo Yangyang berbalik badan. Ia melihat He Xinyue yang telah berdandan cantik, "Nona He."     

Pria paruh baya di sebelah He Xinyue memandang Mo Yangyang dengan ekspresi yang terkejut, "Ini…"     

He Xinyue menjelaskan dengan santai, "Grup kami baru-baru ini ingin membeli tanah di bagian selatan kota ini. Nah, kebetulan dia adalah pemilik restoran kecil di jalan kecil itu. Kudengar masakannya enak."     

Pria itu langsung menatapnya dengan tatapan menghina, "Oh …"     

He Xinyue sedikit tersenyum pada Mo Yangyang, "Kalian mengobrol saja pelan-pelan. Aku masih ada urusan di sana."     

Mo Yangyang tersenyum dingin, lalu berbalik badan untuk pergi.     

Namun langkahnya dihentikan oleh pria paruh baya itu, "Aku ingin tahu apakah aku... bisa mengajak Bos Han berdansa?"     

"Tidak bisa."     

Pria paruh baya itu mengejar Mo Yangyang ke tempat yang jumlah orangnya lebih sedikit. Tanpa berpura-pura lagi, ia meraih lengannya. "Pemilik restoran kecil datang ke tempat ini, bukankah tujuannya untuk mencari lelaki kaya? Aku tertarik dengan wajahmu, jangan mempermalukanku!" Ucap pria itu.     

Mo Yangyang menyingkirkan tangannya, "Huh, pergilah!"     

Adegan perselisihan antara keduanya tertangkap oleh sepasang bola mata kuning kecoklatan yang ada di kejauhan sana. Si pemilik mata itu menyipitkan mata dan berjalan sambil membawa segelas sampanye.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.