Pamanku Kesalahanku

Aku Juga Merasa Dia Tidak Pantas



Aku Juga Merasa Dia Tidak Pantas

0Mo Yangyang benar-benar terpana. Otaknya langsung kosong dan tidak tahu cara untuk bereaksi atas ucapannya itu.     
0

Samar-samar ia mendengar tawa seseorang dengan suara rendah di telinga. Suara rendah itu terdengar manis, seperti bisa bergema di hatinya.     

"Masih sangat bodoh. Jadi sebenarnya bagaimana caramu bisa bertahan selama lima tahun ini?"     

Tanpa berpikir, Mo Yangyang tanpa sadar menjawab, "Anakku saja yang memang pintar!"     

"Ya, bisa dibilang dia memang berguna."     

Mo Yangyang berpikir, anaknya sangat berguna dengan baik!     

Tiba-tiba, bibirnya tampak melunak. Ia seperti disambar petir dan tanpa sadar membuatnya hampir hancur.     

Ketika Mo Yangyang sadar dari lamunan, Xie Xize sudah lama menghilang.     

Angin dingin bertiup, Mo Yangyang pun menggigil. Ia jadi teringat dengan rubah yang berlari di tengah malam pada sebuah cerita karya Liao Zhai.     

Xie Xize pasti, pasti...     

Mo Yangyang menggetarkan betisnya dan perlahan naik ke atas.     

Dunia ini mengerikan. Ia berharap besok dirinya dapat membuka mata dan menyadari bahwa ini hanyalah mimpi buruk belaka. Ya, pada kenyataannya bisa dianggap bahwa Xie Xize tidak pernah muncul!     

Mo Yangyang hampir tidak tertidur malam itu. Ia terbangun oleh mimpi buruk beberapa kali setelah tertidur. Ia bangun di pagi hari dan kepalanya masih pusing.     

Namun matahari telah terbit. Tidak peduli caranya melarikan diri, hari baru akan selalu ada untuk dihadapi.     

******     

Hari Sabtu, Mo Yangyang mengajak latiao keluar seperti biasa.     

Dari kejauhan, mereka melihat ada empat orang duduk di paviliun di tepi gedung apartemen. Dua perempuan dan dua laki-laki.     

Kedua laki-laki itu memunggungi mereka, sementara dua perempuan lainnya bisa dikenali secara sekilas.     

Kedua perempuan itu berbicara dengan penuh semangat kepada laki-laki di sebelah mereka.     

"Putri Keluarga Han sangat tidak senonoh. Tengah malam tadi, dia menggoda lelaki liar di apartemen. Sungguh aku tidak nyaman melihatnya."     

"Waktu dulu dia datang, dia sedang hamil. Lalu dia bilang bahwa suaminya sudah mati. Aku sangat yakin, pasti dia tidak tahu siapa ayah dari anaknya itu?"     

"Benarkah? Kenapa rumit sekali?"     

"Ya Tuhan, benarkah? Kalau aku punya anak perempuan seperti itu, aku pasti sudah membunuhnya sejak lama. Nak, aku akan memberitahumu, dia adalah rubah berusia seribu tahun, pasti sangat mahir…"     

"Kalau begitu, aku benar-benar ingin bertemu dengannya."     

"Anak muda, jangan pernah berpikir seperti itu... Oh, dia ada di sini…"     

Mo Yangyang mendorong motor listrik dengan Latiao yang duduk dengan patuh di kursi belakang. "Bibi Wang, Bibi Li, selamat pagi." Sapanya.     

Latiao dengan patuh berkata, "Selamat pagi, Nenek Wang, Nenek Li!"     

Bibi Wang bertanya, "Mau bawa Latiao ke restoran?"     

"Ya, kalau tidak pergi ke taman kanak-kanak hari ini, aku biasanya menyuruhnya untuk menghitung keuangan di restoran. Kalau bukan dia yang menghitung, aku nanti salah hitung."     

Kata-kata Mo Yangyang sangat memukul hati Bibi Wang. Cucunya sudah berusia 10 tahun, tetapi sekedar penambahan dan pengurangan angka saja tidak bisa.     

Latiao tersenyum pada Bibi Wang, lalu berkata, "Nenek Wang, Zhuang Zhuang lusa kemarin datang kepadaku untuk minta dibantu mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau nenek pulang nanti, tolong beritahu dia bahwa pekerjaan rumahnya itu terlalu mudah, dan sangat tidak seru."     

Mo Yangyang menyeringai, "Oh, iya. Bibi Li, bisakah bibi pulang dan memberi tahu putramu. Jangan terus-terusan mengirim barang ke restoran kami. Di restoran kami benar-benar tidak ada kekurangan apa-apa. Kalau salah meletakan, semuanya bisa hilang."     

Wajah tenang Bibi Li berubah dalam sekejap. Putranya telah mengejar Mo Yangyang selama lebih dari dua tahun dan itu menjadi duri di hatinya.     

Latiao pun membuatnya semakin kesal dengan menambahkan, "Nenek Li, Paman Li sepanjang hari diam-diam memberiku uang dan bersikeras membelikanku mainan. Meskipun aku tidak memintanya, tapi aku juga masih sangat marah dengan sikapnya itu."      

"Lagi pula, Ibuku sudah mengajariku sejak kecil untuk tidak boleh serakah. Maaf, aku merepotkan nenek untuk memberitahu Paman Li agar jangan melakukan itu lagi, itu sangat membuatku kesal."     

"Meskipun Paman Li telah berulang kali bilang bahwa dirinya akan selalu bersikap baik padaku saat menjadi ayah tiriku. Namun, kurasa dia tidak cocok dengan ibuku!"     

Mendengar semua ucapan anak kecil ini, Bibi Li langsung murka, "Ka... Ka... Kalian, dasar murahan...."     

Tiba-tiba terdengar jelas sebuah suara laki-laki, "Ya, aku juga merasa dia tidak pantas."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.