Pamanku Kesalahanku

Masih Muda, Jangan Memikirkan Laki-laki



Masih Muda, Jangan Memikirkan Laki-laki

0Jawaban Xie Xize membuat suasana menjadi sunyi. Mo Yangyang membuka mulutnya, tetapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Ia hanya memandang Xie Xize sampai rona segar di wajahnya mulai memudar.     
0

Tiba-tiba....     

"Hik…"     

Mo Yangyang sangat kaget hingga buru-buru menutup mulutnya. Ia sangat terkejut hingga cegukan. Ini sangat tidak tahu diri, sangat memalukan.     

Mengapa Xie Xize begitu menakutkan? Keberanian yang susah payah dikumpulkannya, sekarang langsung hilang seluruhnya.     

"Aku... aku sebenarnya... hik... huhu…"     

Latiao menghela napas dan menggelengkan kepala. Apakah ayah murahannya ini bisa seyakin itu untuk mengejar orang yang dicintainya?     

Sangat mengkhawatirkan. Kenapa orang dewasa ini tidak tahu cara menghilangkan kekhawatiran?     

Xie Xize tiba-tiba tertawa rendah, seolah-olah awan kelabu telah hilang, membuat langit jadi cerah, membuatnya tampak mempesona.     

Melihat perubahan itu, Mo Yangyang merasa matanya hampir buta.     

Kemudian samar-samar ia mendengar lelaki di depannya ini berkata, "Dengan kemajuan seperti ini, bagaimana bisa waktu itu kamu berani kabur?"     

Mo Yangyang mengabaikan Xie Xize, tapi hatinya sangat ketakutan. Ia juga masih tenggelam dalam tatapan Xie Xize.     

Sosok Xie Xize yang mengerikan itu mengingatkan Mo Yangyang saat usianya 18 tahun. Kala itu, ia sudah mengumpulkan keberanian untuk menemui Xie Fengmian untuk menyatakan perasaannya.     

Mo Yangyang pun pergi ke rumah Keluarga Xie dan menemui Xie Fengmian. Mereka pergi ke ruang bunga mawar Keluarga Xie, lalu ketika perasaannya itu baru saja mau diungkapkan…     

Seketika Xie Xize berjalan perlahan dari balik dinding bunga. Tatapan matanya menyapu Mo Yangyang dan berkata, "Jangan pedulikan aku, kalian lanjutkan saja."     

Xie Xize sedang memegang gunting untuk memotong mawar, "krek, krek…" Dengan lembut, tanpa tergesa-gesa ataupun melambat. Ia juga mendengarkan Mo Yangyang.      

Jujur saja, hal ini membuat betis Mo Yangyang gemetar dan seluruh tubuhnya ikut merinding... Tepatnya, ia khawatir Xie Xize akan menggunakan gunting untuk memotong dirinya sendiri sedetik berikutnya!     

Tentang perasaan yang akan diungkapkan, tentang cinta diam-diam, semuanya jadi lupa di otaknya.     

Pada akhirnya, Xie Fengmian pun pergi, Mo Yangyang ditinggalkan.     

Xie Xize tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya memotong mawar, kemudian menyerahkannya kepada Mo Yangyang, "Ambilah!"     

Mo Yangyang tidak berani mengatakan sepatah kata pun. Ia mengambil mawar itu hanya karena permintaan Xie Xize. Ia terus menerima mawar-mawar darinya hingga mawar itu terkumpul sangat banyak di pelukannya. Sampai saat tangannya sudah tidak mampu lagi menerima mawar, barulah Xie Xize berhenti.     

"Paman Kelima, untuk apa mawar-mawar ini?"     

"Sebenarnya itu mau dibuang, tapi kalau kamu mau, ambil saja. Kalau tidak, buang saja ke tempat sampah."     

"Ei, kalau begitu... aku pergi dulu."     

Baru saja berbalik badan, ia mendengar suara tenang Xie Xize di belakangnya, "Mo Yangyang, kamu masih muda, jangan selalu memikirkan laki-laki."     

Kaki Mo Yangyang langsung lemas dan hampir saja tersandung saat mendengar ucapan tidak terduga itu. Ia sampai lupa tujuannya untuk kabur. Bagaimanapun, ia sangat takut dengannya sehingga dirinya terpaksa lari sambil memeluk mawar-mawar itu.     

Mo Yangyang berpikir, pasti Xie Xize mengira bahwa dirinya ingin menyerang keponakannya, jadi memberinya peringatan.     

Setelah memperingatkan, Mo Yangyang tidak akan berani mendekati Xie Fengmian lagi.     

Mo Yangyang hendak membuang mawar-mawar itu, tetapi ternyata duri-durinya telah dicabut.     

Pada saat itu ia ragu, jika mawar itu mau dibuang. Ehm… kenapa Xie Xize memotong duri-durinya?     

Mo Yangyang merasa sayang untuk membuangnya, jadi ia pun membawa pulang mawar-mawar itu.     

Selama seminggu penuh, kamarnya dipenuhi dengan aroma mawar.     

Setelah bertahun-tahun kemudian, ia merasakan tatapan kematian yang menyesakkan lagi dari lelaki yang sama. Sungguh menakutkan.     

Mo Yangyang melengkungkan jari-jarinya, lalu bersuara sangat pelan, "Aku... aku tidak bilang... ada... orang lain, aku hanya ingin bilang bahwa kamu... kamu tidak punya... bukti bahwa dia... dia…"     

Saat itu Xie Xize langsung menyela, "Kamu lihat dia."     

Mo Yangyang menoleh dan melihat bahwa Latiao menata piring-piring dengan rapi membentuk satu baris horizontal, kemudian anak itu mengambil sumpit dan mulai makan.     

Ketika akan berhenti minum sup, anak itu menjajarkan kedua sumpit dengan sangat rapi.     

Anak ini seperti robot kecil yang setiap gerakannya seakan sudah diprogram oleh penciptanya..     

Mo Yangyang menelan ludah. Ia pun teringat bahwa cara makan Xie Xize, bukankah juga serapi ini?     

Gangguan obsesif-kompulsif (OCD), sungguh mengerikan!     

Xie Xize pun memperhatikan Latiao, seolah menyaksikan dirinya yang masih kecil melalui terowongan waktu, "Apakah kamu masih membutuhkan bukti? Keberadaan Latiao adalah bukti terbaik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.