Pamanku Kesalahanku

Aku Bersedia Menggendongnya



Aku Bersedia Menggendongnya

0Latiao hanya bisa menjawab, "Aku…!"     
0

Ia pun mengangkat kepala dan kedua matanya yang jernih itu menunjukkan kobaran api kecil yang menyala. Gigi susu yang seimut beras ketan itu menggertak dan berderit, "Beraninya kamu…"     

Xie Xize menyela kata-kata Latiao dan menusuknya lagi dengan perkataannya yang kejam, "Anak kecil yang gemuk... sebagai seorang laki-laki, maukah kamu membiarkan ibumu tidak terus-menerus menggendongmu? Kamu tidak malu?"     

Latiao menutupi dadanya dengan tangan, 'Aku…'     

Mo Yangyang tidak tahan untuk mengejek, "Dia itu anakku, aku bersedia menggendongnya terus. kenapa kamu harus peduli dengan itu?"     

Xie Xize memandangnya ke samping, "Ya, aku juga harus peduli!"     

Mendengar jawaban singkat itu, Mo Yangyang tercengang....     

Apakah Xie Xize ingin mengatakan bahwa Latiao juga anaknya sehingga dirinya bisa menggendongnya kapan saja?     

Mo Yangyang tiba-tiba panik, "Kamu... kembalikan anakku padaku!"     

Xie Xize berhenti menatap Mo Yangyang, lalu berkata kepada pengemudi, "Aku lelah. Kalau sudah sampai, bangunkan aku."     

Setelah mengatakan itu, ia memejamkan mata untuk tidur.     

Melihat sikap acuh tak acuh pria ini, Mo Yangyang tentu tercengang….     

Latiao juga membencinya. Sangat marah, ayah murahannya ini… ternyata berhati jahat, bermuka tebal, dan lelaki bajingan!     

Mo Yangyang menggertakkan gigi     

"Xie Xize...."     

Sayangnya Xie Xize tidak merespon.     

"Xie Xize...." Mo Yangyang memanggil sekali lagi.     

Sepertinya ia sudah diabaikannya.     

Mo Yangyang pun mengepalkan tangannya erat-erat dan seakan ingin memukulnya.     

Namun beberapa saat kemudian, Xie Xize membuka mata. Matanya memerah dan penglihatannya sedikit buram, "Kenapa tidak memanggil lagi?"     

Mo Yangyang pun kesal, "Kamu...."     

Ternyata tadi... pria ini hanya mempermainkan Mo Yangyang.     

Xie Xize pun mencubit sedikit wajah Latiao yang sedang marah.     

"Apakah menurutmu kedengarannya bagus ketika ibumu memanggil namaku?"     

Latiao membuka mulutnya, lalu dengan hati-hati memandang ibunya yang telah dipermainkan oleh ayahnya yang menyebalkan ini.     

Ooo... tidak tahan lagi.     

Latiao membuka mulutnya dan ingin menggigit tangan Xie Xize.     

Namun beberapa detik kemudian,     

Xie Xize meremas wajah kecil Latiao dan berkata dengan serius, "Giginya agak tidak teratur. Mari kita perbaiki itu minggu ini."     

Mo Yangyang tidak tahan lagi, lalu meraung, "Apanya yang mau kamu perbaiki! Dia baru berusia empat tahun dan gigi susunya belum hilang. Xie Xize, sia-sia kamu menjadi dokter! Sebenarnya, bagaimana kamu menempuh pendidikan hingga dapat gelar setinggi itu?"     

Latiao menggelengkan kepala, menatap Xie Xize dengan sedih.     

Tatapan mata marah itu seolah-olah tertulis, "Xie Xize, tamat sudah riwayatmu, sungguh tamat. Kamu benar-benar membuat orang yang berharga itu kesal."     

Xie Xize terbatuk, menutupi rasa malunya, dan menutupi mata Latiao, "Kamu akan mengerti nanti."     

Ia belum pernah membesarkan anak sebelumnya, tetapi di masa depan... dirinya akan memahaminya secara bertahap.     

Latiao pun menggelengkan kepalanya, "Huhuhu...."     

Mo Yangyang mengulurkan tangan untuk menarik tangan Xie Xize, "Cepat lepaskan tangannya, dia tidak nyaman...."     

Xie Xize kebetulan menahan tangan Mo Yangyang dengan punggung tangannya. Tidak peduli seberapa panjang Mo Yangyang mengulurkan tangan, Mo Yangyang tidak bisa melakukannya.     

Lalu Xie Xize tanpa sadar menggerakkan tangannya ke pojok pintu dan melepaskan anak itu begitu saja.      

Akhirnya, Latiao yang telah mendapatkan kembali kebebasannya bisa mengeluarkan ekspresi serius. Ia mengulurkan telapak tangan kecilnya untuk merapikan rambut dan merapikan pakaiannya.     

Kemudian Latiao melihat ke atas lagi. Ada kebencian yang mendalam di matanya, "Paman, kalau kamu melakukan ini, kamu akan kehilangan dukunganku."     

Xie Xize menjawab, "Tidak akan."     

Latiao terkekeh, "Itu akan terjadi. Aku sebagai seorang laki-laki, apa bagusnya duduk di pelukan seorang pria? Biarkan aku turun."     

Setelah bicara, Latiao turun dari pelukan Xie Xize dan duduk di antara kedua orangtuanya. Ia berhasil menyelamatkan tangan Mo Yangyang.     

Kedua tangan Latiao bersedekap dan duduk di antara mereka berdua tanpa berbicara. Ia memberi tahu Xie Xize bahwa tindakannya yang seperti ini dapat membuat orang yang berharga ini marah. Apalagi, anak ini akan susah dibujuk olehnya.     

Latiao mengangkat kepala dan berkata dengan bangga kepada Xie Xize, "Tangan ibuku, selain aku, hanya ayah tiri di masa depan yang bisa memegangnya. Paman, kamu belum boleh mendapat kesempatan itu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.