Pamanku Kesalahanku

Anak Ajaib!



Anak Ajaib!

0Botak bersaudara itu tercengang, ekspresi mereka langsung tergila-gila.     
0

Setelah beberapa saat, si botak meraung, "Bocah ingusan, apakah kamu... bercanda? Seorang bocah laki-laki berusia empat tahun, tetapi punya proyek menghasilkan uang yang menggiurkan, siapa yang mau ditipu olehmu?"     

"Ya, apa kamu kira kami ini bisa dibodohi lagi?"     

Latiao memandang kedua orang itu dengan tenang, lalu meletakkan tangan kecilnya di belakang, "Kalau tidak mencoba, bagaimana kalian bisa tahu bila hal yang kukatakan ini tipuan?"     

Ia memiringkan kepala sambil tersenyum. Ada kecerdasan yang tidak konsisten di wajah kecilnya yang lembut dan imut itu. Kemudian ia bertanya, "Paman-paman ini putus sekolah sebelum lulus dari SMP, kan?"     

Botak bersaudara itu terkejut, "Bagaimana kamu tahu?"     

Latiao melanjutkan, "Istri kalian juga kabur dengan seseorang, kan?"     

"Bagaimana kamu bisa tahu?"     

"Warnet ini tidak bisa terus beroperasi dan masih berhutang banyak kepada orang-orang, kan?"     

"Bagaimana kamu bisa tahu?"     

Suara mereka berdua semakin keras, juga wajah mereka penuh kejutan. Mereka memandang Latiao seolah-olah bertemu hantu.     

Latiao berbalik badan dan duduk lagi, "Jadi, aku ini anak ajaib sedangkan kalian tidak. Bertemu denganku hari ini adalah kesempatan kalian. Jika kalian melewatkannya, kalian tidak akan memiliki apa-apa dalam hidup kalian. Ck... hei, jangan jadi sengsara di hari tua kalian!"     

Hal-hal yang baru saja ditanyakan Latiao ini sebetulnya bisa dengan mudah disimpulkan dari kata-kata dan perbuatan kedua orang ini. Ya, deduksi seperti ini sesungguhnya tidak sulit.     

Sayangnya, mereka berdua sangat terkejut melihat Latiao yang bisa mengetahui semuanya.     

"Kak, dia ... dia ... dia monster kecil, ya?"     

Latiao menghela napas, "Ya sudahlah, membosankan berbicara dengan kalian. Kukira kalian ditakdirkan bertemu denganku dan aku akan membantu kalian. Namun sayangnya, kalian tidak mau. Jadi, aku juga tidak perlu berbaik hati pada kalian."     

Kakak botak berkata, "Kamu tu... tunggu… tunggu sebentar..."     

Sang Kakak pun menarik adiknya sedikit ke samping, lalu mereka berdua bergumam.     

Latiao mengambil minuman soda dan menyesapnya.     

Ya, masalah ini, beres.      

Si adik botak berbisik, "Kak, kamu percaya padanya? ... Jika kamu memberinya uang, kita tidak akan punya uang untuk makan malam. Kita harus pergi ke bawah jembatan untuk tidur, bahkan selimut rusak pun kita tidak punya."     

"Lihat berapa umurnya dan dia tahu segalanya. Mungkin dia benar-benar anak ajaib. Jika kesempatan kali ini terlewatkan, kita benar-benar miskin seumur hidup."     

Kakak botak itu menggertakkan giginya, lalu berbalik badan dan berjalan keluar.     

"Dik, mau kemana?"     

"Aku akan meminjam uang. Karena aku akan berinvestasi, jadi aku akan berinvestasi lebih banyak."     

******     

Ketika iring-iringan mobil Xie Xize berhenti di depan warnet kecil ini, Latiao membeli saham Xuanze Biotechnology dengan harga terakhir.     

Latiao mengumpulkan 300.000 yuan dari botak bersaudara itu, lalu memisahkannya untuk membeli tiga saham yang dianggapnya bagus.     

Ya, anak ini sejujurnya sudah bergelut di dunia saham seperti ini di sejak lama. Ia melakukan itu dengan sangat mudah seperti sedang makan.      

Mendengar suara bising di luar, Latiao mendorong camilan dan soda ke samping dan mematikan komputer, "Oke, orang yang akan memberi kalian uang sudah datang."     

Botak bersaudara berbalik badan dan melihat ke luar.     

Dengan keras, pintu ditendang dari luar, lalu sosok ramping bergegas masuk lebih dulu.     

Mo Yangyang berteriak, "Latiao...."     

Latiao berdiri dan mengulurkan tangan kecilnya, "Ma, aku di sini!"     

Mo Yangyang bergegas mendekat dan memeluk Latiao dengan erat di tangannya, "Apakah kamu baik-baik saja? Kenapa kamu ada di sini? Mama sangat mencemaskanmu, kamu tahu?"     

Latiao merasa sangat tertekan menatap mata merah dan sembab Mo Yangyang yang menangis. Ia memeluk leher ibunya dan menggosok wajah kecilnya yang lembut ke wajah ibunya, "Ma, aku baik-baik saja. Aku minta maaf karena membuatmu khawatir."     

Mo Yangyang tidak bisa menghentikan air matanya yang jatuh, lalu menarik tangan Latiao untuk memeriksa keadannya, "Kenapa kamu di sini?"     

Latiao melirik Xie Xize yang datang, lalu berkata dengan tatapan kosong, "Lho? Bukankah Paman Xie sudah bicara padamu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.