Pamanku Kesalahanku

Kumohon, Kembalikan Latiao



Kumohon, Kembalikan Latiao

0Xie Xize tiba-tiba teringat kata-kata yang diucapkan oleh Latiao, 'Aku sangat sedih melihat mamaku menangis!'     
0

Sekarang, ia akhirnya bisa mengerti.     

Ketika Mo Yangyang menangis, benar-benar terasa menyakitkan.     

Bagian paling lembut dari hati, nyatanya telah terluka lewat turunnya air matanya!     

Mo Yangyang sebenarnya sangat takut padanya, tetapi saat ini dirinya rela mendatanginya tanpa memperdulikan ketakutan itu hanya demi anaknya saja. Jadi... anaknya... apakah dalam bahaya?     

Hati Xie Xize bergetar, lalu ia buru-buru mengangkat tangannya untuk menepuk punggung Mo Yangyang, "...Lepaskan dulu, kalau... begini... aku tidak bisa... bicara."     

Kewarasan Mo Yangyang hampir hilang pada saat ini. Ia menggigit bibir dengan penuh kemarahan, keluhan, dan kebencian. Matanya memerah karena air mata dan hanya menatap Xie Xize lekat-lekat.     

Setelah beberapa lama, Mo Yangyang melepaskannya. Kemudian ia menggosok pipinya dengan punggung tangan, menggosoknya sekuat tenaga hingga wajahnya memerah.     

Xie Xize menggenggam lembut lehernya sendiri sambil batuk dua kali dan duduk dengan tenang, "Jangan menangis, ada apa dengan Latiao?"     

Xie Xize merasa ada sedikit penolakan di hati ketika menyebut nama Latiao.     

Kenapa, harus memberi nama anak itu dengan nama yang aneh?     

Ia ingin menanyakan itu, tetapi jika dirinya bertanya sekarang, situasinya mungkin akan buruk.     

Mo Yangyang menggertakkan gigi dan menatapnya, "Apa kamu sungguh tidak merasa malu dengan bertanya padaku? Ke mana kamu membawa Latiao? Xie Xize, kenapa hatimu sangat jahat?"     

Mendengar perempuan ini berkata demikian, Xie Xize tentu tercengang.      

Sebenarnya, ia ingin mengatakan, 'Dari mana kamu tahu aku jahat? Aku ini memang bisa saja bertindak lebih jahat.'     

Walau demikian, ia sungguh tidak tahu hal yang terjadi pada Latiao.     

Xie Xize menatap tajam ke arah Mo Yangyang. Menatapnya lebih dekat dan membuatnya merasa bahwa Mo Yangyang tampak lebih cantik daripada lima tahun yang lalu.     

Xie Xize menjelaskan dengan sabar, "Latiao menghilang? Aku saja masih berada di laboratorium dari tadi malam hingga jam 12 siang ini, lalu aku langsung pulang dan tidur. Hari ini aku belum melihatnya sama sekali."     

Sambil bicara, Xie Xize bangun dari tempat tidur. Lagi pula, Latiao menghilang dan anak itu harus segera ditemukan.      

Kecerdasan Latiao tidak seperti anak berusia empat tahun pada umumnya. Xie Xize percaya bahwa jika sesuatu terjadi, anak itu pasti akan meninggalkan petunjuk.     

Namun saat ini, Mo Yangyang sama sekali tidak mempercayai Xie Xize.     

Ia berteriak, "Xie Xize, jangan berbohong padaku. Guru TK bilang bahwa Latiao dibawa oleh orang suruhanmu, tolong kembalikan padaku...."     

Xie Xize berpikir itu tidak mungkin. Semua pengawalnya masih ada di sini. Tanpanya, siapapun tidak ada yang berani mengambil Latiao.     

Pasti ada sesuatu lain yang terjadi dalam hal ini, mungkin...     

Hati Xie Xize menegang, lalu ia buru-buru berkata, "Yangyang, tolong tenang dulu. Aku benar-benar tidak membawa anak itu. Jadi, apakah kamu mengakui bahwa itu anakku?"     

Mo Yangyang segera membantah, "Tidak, itu bukan anakmu. Dia tidak ada hubungannya denganmu. Jadi, kamu harus mengembalikan Latiao itu kepadaku. Dia adalah hidupku, tetapi kamu malah membawanya pergi. Apakah kamu ingin aku mati agar kamu bisa lega?"     

Xie Xize berkata, "Aku tidak menyembunyikan Latiao. Aku akan mencarinya sekarang."     

Melihat wajah Xie Xize yang masih tenang, kemarahan Mo Yangyang menjadi lebih kuat. Lalu tinjunya jatuh ke tubuh Xie Xize seperti rintikan hujan.     

"Kamu masih berbohong padaku? Kalau bukan kamu yang menculiknya, lalu siapa lagi?"     

Sambil memukul, gerakan Mo Yangyang menjadi lebih lambat dan semakin lambat. Akhirnya ia meraih lengan baju Xie Xize. Ia pun menangis dan memohon padanya, "Xie Xize, kembalikan anak itu kepadaku, oke? Dia tidak penting bagimu. Kamu bisa mendapatkan dan memiliki segalanya. Bagiku, anak itu adalah segalanya, kumohon padamu...."     

Air mata mengalir di pipi satu-persatu, Mo Yangyang berada di ambang kehancuran.     

Xie Xize merasa tidak nyaman. Ia pun meraih tangan Mo Yangyang untuk memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan, juga menekan wajahnya ke dada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.