Pamanku Kesalahanku

Beraninya Kamu Mencelakai Orang Terdekatku?



Beraninya Kamu Mencelakai Orang Terdekatku?

0Orang seperti Xie Xize ini... memiliki penampilan yang membuat orang sulit menebak tujuannya. Perawakannya begitu polos, sederhana dan lembut.     
0

Selain itu kata-kata mengerikan seperti yang diucapkannya tadi, juga bisa memberi pemandangan lain kepada orang yang tidak mengenalnya. Ya, Xie Xize mengucapkan kata mengerikan itu seolah-olah mengajak orang lain untuk minum kopi.     

Wajah He Xinlan pun terlihat takut dan semakin pucat, pupil matanya terus menyusut dan bibirnya seolah kehilangan rona cerahnya, "Tidak, tidak ... aku tidak mau ... tolong, jangan! Aku tidak ingin mati…"     

Alis Xie Xize sedikit mengernyit, "Benarkah?"     

"Jadi kamu tidak ingin mati? Sayangnya, bagaimana kalau menurutku kamu terlihat ingin mati?"     

He Xinlan terus menggelengkan kepala, "Tidak... tidak ... sungguh aku tidak mau…"     

Lagi pula siapa yang memohon ingin mati? Kecuali kalau dirinya benar-benar gila!     

Gao Dajun yang ada di samping tidak berani mengatakan sepatah katapun. Alasannya jelas, ia takut Xie Xize tiba-tiba akan mengarahkan tangannya itu ke arahnya.     

Gao Dajun tidak bodoh. Pada saat ini, sikap Xie Xize pada He Xinlan ini membuat dirinya sedikit mengerti penyebab keluarganya bisa sampai di sini. Mungkinkah istrinya melakukan sesuatu yang bodoh tanpa sepengetahuannya?     

Senyum di wajah Xie Xize tiba-tiba menghilang.     

Dia menatap dari atas. Tatapan matanya dingin dan suram, "Tidak mau? Lalu bagaimana kamu bisa berani mencelakai orang terdekatku?!"     

He Xinlan merasa sulit bernapas dan sepertinya ingin pingsan. Ia terus menelan ludah, "Aku... aku…"     

Pada saat ini, He Xinlan akhirnya mengerti alasan Xie Xize menangkapnya.     

Pasti karena perbuatannya telah diketahui oleh Xie Xize.      

Tapi, kenapa Xie Xize bisa tahu secepat ini?     

Ia saja belum mendapat telepon dari preman suruhannya!     

Bagaimana caranya lelaki bermarga Xie ini tahu?      

Lalu ia pun teringat, jika tugas yang diberikannya kepada para preman itu sudah terlaksana. Dengan demikian, bukankah itu berarti Xie Xize ini sungguh akan membunuhnya?     

He Xinlan menggelengkan kepala berulang kali dan menolak untuk mengakui perbuatannya, "Aku tidak tahu, apa yang... yang Anda bicarakan? Aku tidak tahu…."     

Xie Xize tiba-tiba tertawa. Di telinga suami-istri Keluarga Gao ini, tawa itu terdengar mengerikan.      

Xie Xize pun berkata, "Jika kamu tidak menyukai virus ini karena terlalu lambat untuk membuat orang mati, tidak masalah. Kamu masih punya pilihan lain."     

"Kebetulan hari ini laboratorium telah memurnikan atropin."     

Keluarga Gao tidak tahu menahu soal atropin, tetapi mereka tahu bahwa itu jelas bukan sesuatu yang baik.     

Xie Xize berkata kepada asistennya, "Ambilkan atropin, pilihkan yang paling murni."     

Asisten menjawab, "Baik."     

Xie Xize tersenyum tipis, "Lamanya waktu untuk mendapatkan kematianmu memang tidak akan pasti. Oleh karena itu, kematianmu akan bergantung pada ketahanan tubuhmu terhadap atropin."     

Asisten membawa beberapa jarum suntik.     

Xie Xize berkata, "Walau demikian, obat ini pasti akan membunuhmu dalam waktu satu jam!"     

Setelah mengatakan itu, Xie Xize melambaikan tangan pada asistennya.      

Tidak butuh waktu lama, asisten sudah berjalan kembali dengan membawa jarum suntik.     

Gao Dajun ketakutan ketika melihat asisten itu membawa lebih dari satu suntikan di tangannya.     

Kemudian ia berteriak histeris, "Bodoh, apa yang kamu lakukan di belakangku? Aku akan kena getah dari ulahmu…"     

Melihat bahwa suntikan itu akan masuk ke dalam dagingnya, He Xinlan menangis, "Jangan bunuh aku, jangan bunuh aku ... aku akan bicara… aku akan mengatakan semuanya…."     

"A...aku...aku sangat marah, jadi... aku menyuruh beberapa orang untuk memberinya pelajaran... Aku ingin memberinya pelajaran... pada ibu Han Weilan. Aku... aku tahu perbuatanku salah, aku tidak berani lagi... aku benar-benar tidak berani melakukannya lagi…"     

He Xinlan menangis sampai hidungnya merembeskan banyak ingusnya. Ia pun terus memohon, "Jangan... tolong, jangan bunuh aku... aku... aku adalah seorang ibu dan memiliki seorang anak. Anak-anakku tidak bisa hidup.. tanpa ibunya…"     

Ekspresi Xie Xize yang awalnya lembut itu tiba-tiba berubah ketika He Xinlan mengatakan ini.     

"Lalu anakku?"     

Ya, ada tatapan yang amat suram di wajahnya, "Ibu dari anakku, haruskah dia mati?"     

Xie Xize menekankan ucapannya satu-persatu dengan amat geram. Gigi pun mengerat erat hingga giginya hampir hancur.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.