Pamanku Kesalahanku

Jatuh Di Sepasang Tangan yang Kuat



Jatuh Di Sepasang Tangan yang Kuat

0Bagian depan mobil itu telah rusak akibat tabrakan tadi, mengeluarkan asap dan percikan api. Sedangkan mobil yang ditabrak, kini terguling dan mengeluarkan asap tebal.     
0

Xie Xize seolah-olah keluar dari lubang meriam. Ia berjalan selangkah demi selangkah, berjalan ke arah Mo Yangyang.     

Pada saat itu, Mo Yangyang memiliki semacam ilusi. Andai ini mimpi dan bahkan jika seluruh dunia runtuh, Xie Xize tampak tidak akan mundur dan akan terus berjalan ke arahnya.     

Penglihatan Mo Yangyang sedikit buram. Ia mencoba melihat wajahnya dengan jelas, tetapi penglihatannya menjadi semakin buram.     

Kemudian, penglihatan di depannya gelap, lalu tubuhnya jatuh dan mendarat dengan tepat di sepasang tangan yang kuat.     

Suasana seketika terasa sunyi.     

Mo Yangyang membuka matanya. Rasa sakit di tubuh memberitahukannya bahwa dirinya masih hidup. Ia pun menghela napas lega!     

Tiba-tiba wajah bulat muncul di depan matanya, "Mama…"     

Mata Latiao sekarang tampak merah dan berkaca-kaca. Ia memanggilnya sambil menangis, air matanya membekas di bawah pipinya.      

Mo Yangyang tersenyum pada Latiao, "Sayang ... kenapa kamu menangis?"     

Ah, ia sungguh sangat bahagia. Apalagi dirinya masih hidup.     

Baginya, hidup adalah hal yang paling membahagiakan.      

Latiao menggosok matanya, "Mama, ini salahku, aku tidak melindungimu!"     

Hari ini sejak kejadian sebelumnya, bahkan berlanjut sampai saat Gao Dajun meminta Mo Yangyang untuk mengantarkan makanan. Latiao awalnya berpikir bahwa setelah Gao Dajun sudah dibereskan, Mo Yangyang pasti tidak akan mengalami bahaya.     

Namun setelah melihat kejadian ini dirinya tidak menyangka. Ya, ibunya tetap tidak bisa terhindar dari bahaya.     

Saat bermain menyusun balok di sekolah tadi, Latiao tidak bisa berkonsentrasi dan merasa ada sesuatu yang terjadi.     

Ia langsung menelpon ibunya, tetapi tidak ada yang mengangkat.      

Khawatir tentang sesuatu, Latiao pun mencari Xie Xize.     

******     

Lebih dari satu jam kemudian, Xie Xize membawa Mo Yangyang yang tidak sadarkan diri ke rumah sakit. Setelah memastikan bahwa kondisi Mo Yangyang tidak terlalu parah, ia segera pergi... dengan yakin.      

Dalam posisi terlentang di tempat tidur, Mo Yangyang ingin mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Latiao. Namun ketika mengangkat tangan, lukanya tidak sengaja tersentuh. Alhasil, ia menarik napas dalam karena merasakan rasa yang amat sakit ini.     

Sejak jatuh menggelinding di tangga saat itu, Mo Yangyang memiliki banyak memar di tubuhnya.     

"Mama baik-baik saja, Latiao sudah melindungi Mama dengan sangat baik. Latiao adalah jimat Mama. Keberadaanmu akan membuat mama baik-baik saja!"     

Mo Yangyang pun melihat sekeliling. Ia baru sadar bahwa dirinya sudah berada di ruang perawatan yang mewah.      

Ia ragu-ragu sejenak, lalu bertanya, "Di mana orang itu?"     

Latiao tidak mengerti, "Siapa?"     

"Itu…" Mo Yangyang menggerakkan bibirnya, lalu melanjutkan, "Itu... siapa yang membawa mama ke rumah sakit?"     

La Tiao memiringkan kepala kecilnya dan berkata, "Ibu dibawa oleh beberapa orang yang sangat antusias!"     

Mo Yangyang mengerutkan kening. Oh, ternyata bukan pria itu? Apakah dirinya sedang berhalusinasi?     

Melihat ekspresi ibunya ini, Latiao berpikir dalam hati. Ya, reaksi ibu terhadap ayah murahan itu... benarkan seharusnya sangat membencinya?     

******     

He Xinlan, terbaring di rumah sakit menunggu preman bayarannya melaporkan kabar baik itu. Namun pintu kamar tempatnya dirawat itu seketika dibuka, kemudian beberapa orang berpakaian hitam masuk.     

Wajah He Xinlan sangat ketakutan sampai ekspresi wajahnya berubah, "Kalian... siapa?"     

Orang-orang itu tersenyum dan berkata, "Jangan takut, Nyonya Gao. Kami semua adalah warga negara yang taat hukum. Hanya saja, tuan kami sedang sangat bersemangat sehingga menyiapkan hadiah keramahan untuk Anda."     

Setelah berbicara, salah satu dari mereka menyemprot wajah He Xinlan dengan sesuatu yang tidak diketahuinya, lalu membuat He Xinlan pingsan.      

Ketika tersadar, ia menemukan bahwa dirinya sedang duduk di kursi dalam kondisi tubuh tidak berdaya. Selain dirinya, anak dan suaminya juga ada di situ dalam keadaan yang tidak sadarkan diri.      

He Xinlan sangat takut sampai jantungnya hampir pecah. Tubuhnya terus gemetar. Ia tidak tahu keberadaan dirinya ini. Suasananya sangat suram dan dingin. Di depannya juga tampak sebuah meja operasi. Di atas meja itu ada sesuatu yang ditutupi dengan kain putih.      

Dalam situasi yang membingungkan ini, ia tentu menjerit dengan keras, "Tolong...Tolong.. .Apakah ada orang?..."     

"Sudah bangun, ya!" Suara dingin itu seperti es yang pecah.     

He Xinlan melihat Tuan Xie yang dilihatnya ada di taman kanak-kanak waktu itu muncul. Lelaki itu mengenakan jas putih dan menggenggam sebuah pisau bedah tajam di tangannya. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, ia juga berjalan perlahan menghampirinya!     

Aura Tuan Xie saat ini sangat mengintimidasi, seperti iblis!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.