Pamanku Kesalahanku

Aku Sedih Melihatnya Menangis



Aku Sedih Melihatnya Menangis

0Kemarahan Xie Xize seperti api yang menyebar di hutan belantara, tidak bisa dipadamkan!     
0

Xie Xize tidak pernah semarah ini. Ia selalu mengendalikan emosinya dengan sangat baik. Bagaikan memainkan instrumen musik dengan penuh ketelitian, setiap pengendalian emosinya selalu tepat.     

Namun sekarang, setelah mendengar ucapan Latiao itu...     

Ia merasa bahwa dirinya tidak bisa lagi mempertahankan ketenangan seperti biasanya.     

Ucapan Latiao ini seperti diungkapkan secara tidak sengaja, tetapi mampu membuat hati Gao Dajun serasa dipukul. Ia dapat merasa bahwa kehidupannya telah hilang.     

Gao Dajun langsung melambaikan tangannya lagi dan lagi, "Tidak ... tidak, tidak ... sungguh tidak… itu hanya, itu hanya pertengkaran kecil antara anak-anak. Sepulang sekolah nanti, kami pasti akan mendidik anak kami…"     

Latiao terus memberi serangan dengan wajah bingung, "Usiaku masih muda, aku tidak paham terlalu dalam mengenai ucapan itu, tapi mamaku…"     

Latiao berhenti sejenak, matanya yang cerah kemudian redup dan menunjukkan ekspresi kesepian. Lalu ia bergumam, "Tapi, kenapa setiap kali bertemu dengan mamaku, semuanya memaki mamaku? Kenapa bahkan ada yang sampai melemparnya dengan batu?... Apakah kamu tahu kalau mamaku selalu menangis setiap kali pulang?"     

Latiao menundukkan kepala melihat kaki kecilnya, kemudian berkata dengan sedih, "Aku paling takut melihat mamaku menangis... Aku merasa sangat sedih ketika dia menangis!"     

Setelah menyelesaikan ucapannya, Latiao mengangkat tangan kecilnya untuk menggosok matanya, lalu bahunya berkedut dua kali.     

Walau Latiao tidak melihat ke atas, tetapi Xie Xize tahu bahwa anak itu sedang menangis.     

Kata-kata Latiao itu membuat jantung Xie Xize seperti ditusuk-tusuk oleh pisau tumpul dengan ganas. Itu sangat menyakitkan sampai dirinya tidak bisa mengeluarkan suara.     

Anaknya, bahkan wanita yang dicintainya itu... telah menjalani kehidupan seperti itu dalam lima tahun terakhir.     

Xie Xize meragukan kehebatan dirinya sendiri untuk pertama kalinya!     

Ia mengangkat tangan, lalu dengan lembut meletakkannya di bahu Latiao. Kemudian ia mengangkat kepala untuk menatap Gao Dajun. Pada saat ini, wajahnya tidak lagi tersirat kerendahan hati dan kelembutan seperti biasanya, melainkan hanya menunjukkan sikap dingin yang penuh ketidakpedulian.      

"Tuan Gao, serahkan anakmu padaku selama dua tahun. Setelah dua tahun, aku akan mengembalikan anakmu dalam kondisi yang baru."     

Sudut bibirnya sedikit terangkat, membentuk senyuman yang luar biasa mengejutkan. Akan tetapi, sikapnya ini juga terlihat kejam seakan sanggup membuat orang gemetar.      

Gao Dajun gemetar. Dua tahun...tentu saja tidak mau….     

Ia pun tiba-tiba berteriak, "Bajingan kecil... Kurang ajar kamu, ya! Siapa yang mengajarimu bersikap kasar? Mulutmu hanya digunakan untuk memaki orang saja, kenapa kamu tidak mati saja?... Aku harus sungguh-sungguh mengajarimu."     

Gao Dajun menampar Gao Tianbao, bahkan sampai menjatuhkannya ke lantai.     

Kepala Gao Tianbao membentur lantai, tangisannya yang tragis tiba-tiba terdengar di dalam kelas.     

Gao Dajun tahu bahwa jika tidak membuat Xie Xize puas hari ini, akan ada bencana tanpa akhir yang menunggu keluarga mereka kedepannya nanti.     

Ia pun secara terpaksa memukul anaknya sendiri, juga untuk melindungi anaknya sendiri.      

Sayangnya terlihat jelas bahwa istrinya tidak mengerti usaha kerasnya.     

Melihat putranya yang berharga dipukuli dengan sangat parah, ia menghela napas marah. Mana mungkin dirinya tahan dengan sikap suaminya ini? Ia pun langsung bangkit dan bergegas menuju Gao Dajun.      

"Gao Dajun, apa-apaan kamu ini? Kamu tidak bisa sabar, ya? Tega-teganya kamu memukuli anak kita, kamu laki-laki atau bukan?"     

"Marga Xie itu punya ayahmu atau leluhurmu, sampai-sampai kamu bertingkah seperti keturunannya? Bahkan dengan anak sendiri, kamu tega memukulnya! Kamu ini gila…."      

Fisik Nyonya Gao tidak kecil, wanita ini punya badan yang gemuk dan memiliki kekuatan yang besar. Tamparannya di kepala membuat Gao Dajun pusing tujuh keliling.     

Gao Dajun tidak sempat berteriak kesakitan, hanya bisa bergegas mengatakan, "Heh, wanita boros! Cepat tutup mulutmu, memangnya kamu akan mati kalau tidak bicara?"     

"Kalau bukan karena Keluarga He, kamu tidak mungkin bisa seperti sekarang… Awas saja sampai kamu berani menyerangku, ya!!!"     

"Kamu itu yang harusnya tutup mulut. Jinchuan adalah kota yang sangat kecil. Kamu pikir, Keluarga He itu memiliki dinasti? Kenapa kamu bodoh sekali?!"     

Gao Dajun dan istrinya saling mencabik-cabik, menampar, menarik-narik rambut, memukul, dan menendang. Latiao menyaksikan itu dengan tatapan bingung.      

Latiao menggelengkan kepala dengan penuh perasaan, kemudian melepaskan tangan Xie Xize dan berkata, "Lihatlah, laki-laki selalu mendatangkan masalah. Aku jadi yakin untuk memutuskan tidak mencarikan mamaku suami yang baru!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.