Pamanku Kesalahanku

Pukul Saja Sampai Mati



Pukul Saja Sampai Mati

0Latiao melirik keluarga yang terdiri dari tiga orang itu berlutut padanya. Mereka merendahkan hati, memohon belas kasihan, menangis, merasa malu dan sengsara saat ini.     
0

Namun, Latiao tidak bisa merasakan simpati sama sekali. Ia bahkan merasa ini tidak cukup, dan jauh dari cukup.     

Pada kejadian sebelumnya, tepatnya saat kedua orang tua Gao Tianbao memberikan luka kepada Mo Yangyang, hal itu seperti tusukan ribuan pedang yang menusuk hatinya. Sangat menyakitkan dan tersiksa.     

Dengan mengandalkan kekayaan dan kekuasaan, Keluarga Gao itu tidak memperlakukan orang lain sebagai manusia. Mereka menggunakan cara yang paling kejam dan bengis untuk menginjak-injak martabat orang lain. Setelah itu, mereka hanya akan tertawa saat melihat orang lain berjuang kesakitan.     

Mereka sungguh tidak pantas diperlakukan sebagai manusia.      

Gao Tianbao setengah tahun lebih tua dari Latiao, tetapi tubuhnya sebenarnya jauh lebih gemuk daripada Latiao. Karakternya benar-benar manja dan dia sok menjadi jagoan di taman kanak-kanak ini.      

Akan tetapi, guru dan mayoritas anak sangat menyukai Latiao, jadi perhatian mereka terfokus pada Latiao.     

Pada saat ini, Gao Tianbao terus menyeka air matanya. Dua gigi depannya rontok, sehingga udara dapat masuk ketika membuka mulutnya!     

Gao Dajun yang ada di samping berulang kali meminta maaf, "Aku benar-benar minta maaf, Tuan Xie, ini semua karena ketidaktahuan kami. Kami benar-benar tidak tahu bahwa dia adalah… putra Anda. Jika aku mengetahuinya, aku akan memukul anakku sampai mati, dan aku akan menyuruhnya untuk tidak menyentuh anak Anda sedikitpun!"     

Xie Xize merespon asal-asalan, "Oh, ya sudah. Pukul saja dia sampai mati."     

Ia berkata dengan santai, tidak menunjukkan keseriusan dalam ucapannya.      

Latiao melirik Xie Xize. Ayah murahan ini benar-benar tidak lucu.     

Sikapnya tidak berubah… hatinya sangat kejam, amat jahat.      

Ya, pria ini benar-benar berhati seperti itu.      

Xie Xize mengoleskan obat merah untuk menyeka luka di dahi Latiao, "Hei, duduk yang baik. Jangan bergerak, nanti kubawa ke rumah sakit loh!"     

Di belakangnya, Gao Dajun langsung tersedak. Mulutnya terbuka dan tidak tahu langkah yang dapat dilakukannya setelah ini.      

Istrinya yang telah menundukkan kepala dan berlutut di tempat tanpa berbicara ataupun bergerak, mendengar kata-kata Xie Xize, ia langsung segera mengangkat kepala dengan wajah marah.      

Nyonya Gao pun memelototi Xie Xize dengan kejam, lalu berbalik untuk melihat Gao Dajun. Ia menggertakkan gigi, seolah-olah berkata, 'Jangan berani-berani menyentuh anak kita, atau kamu akan mendapat balasannya!'     

Nyonya Gao sejujurnya belum tahu identitas Xie Xize. Ia bersedia berlutut karena ditarik oleh suaminya. Ketidaktahuannya ini tentu membuatnya rasa amarahnya tidak reda.     

Lagi pula, wanita ini terbiasa menggertak orang di Jinchuan. Kejadian seperti ini adalah yang pertama kali baginya. Situasi yang membuatnya tidak bisa melampiaskan amarahnya saat merasa sangat kesal.      

Xie Xize mendongak dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kenapa kamu tidak melakukannya?"     

Gao Dajun terus menyeka keringat dingin di dahinya, "Tu... Tuan Xie…, a… anak kami ma… masih kecil, A… Anda lihat… bisakah anda…"      

Latiao tiba-tiba berkata, "Berarti di mata paman, aku bukan anak kecil. Jadi, aku bisa paman pukuli dengan seenaknya?"     

Ucapan polos anak kecil itu seketika dapat membungkam mulut semua orang.     

Saat itu juga, dengan tidak mengetahui yang benar dan yang salah, Gao Tianbao langsung berteriak, "Anak liar… memukulmu itu… pantas…"     

Nyonya Gao menggertakkan gigi. Ia merasa bahwa ucapan putranya benar, bahwa spesies anak liar itu memang pantas dipukul!     

Inilah yang diajarkannya pada Gao Tianbao di rumah. Jika tidak, tidak mungkin anak berusia 4 setengah tahun ini bisa memaki seperti ini.     

Kapas di tangan Xie xize berhenti mengoles, suhu di dalam ruangan tiba-tiba turun.     

Wajah Gao Dajun seketika sangat suram dan tertekan. Ia awalnya telah mengambil inisiatif untuk membawa keluarganya yang beranggotakan tiga orang ini berlutut untuk memohon belas kasihan, tetapi malah dirusak oleh anaknya sendiri.      

Latiao menghela napas dan merentangkan setengah tangannya. Ia pun mengangkat bahu, "Sering sekali anak tanpa ayah diejek oleh orang lain…"      

"Gao Tianbao telah mengejekku selama dua tahun. Pada awalnya, aku hanya menangis diam-diam dan pulang untuk mencari mamaku. Namun semakin lama, tepatnya saat aku semakin sering diejek olehnya, aku sampai lupa cara untuk marah." Tambahnya.     

Xie Xize mengangkat kepala, bahkan senyum yang biasa terpanjang di sudut bibirnya hilang, "Ternyata... sudah dua tahun!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.