Pamanku Kesalahanku

Panggil Aku Ayah



Panggil Aku Ayah

0Setelah Yuanyuan berlari pergi, hanya Mo Yangyang sendiri yang tersisa di restoran.      
0

Ia pun menundukkan kepala dan menghela napas panjang. Tidak peduli apapun, Yuanyuan telah pergi. Setidaknya, suasana hatinya ini sudah tidak begitu kacau.      

Mo Yangyang memang memiliki bukti yang cukup di tangannya, tetapi orang tua Yuanyuan dan keluarga Tuan Han punya hubungan yang dekat. Dengan adanya hubungan seperti itu, jadi sangat sulit untuk melaporkan Yuanyuan ke polisi.     

Jika Yuanyuan dipenjara, orang tua Yuanyuan akan berlari ke rumah dan menangis. Mereka bisa menjadikan ini sebagai masalah dan memilih gantung diri, karena mereka tidak akan tahan dengan berita seperti itu.     

Kemudian Mo Yangyang mengalihkan pandangannya pada dekorasi restorannya yang cerah. Seketika kepalanya pening.      

Ia akhirnya mengambil ponsel untuk mengirim pesan WeChat pada Lan Dongzhi.     

Mo Yangyang, [Dongzhi, aku sangat panik, Xie Xize datang lagi....]     

Lan Dongzhi tidak segera membalas. Mo Yangyang tentu mengerti, di jam ini biasanya Lan Dongzhi masih tertidur lelap.     

Mo Yangyang pun meletakkan ponselnya, lalu berdiri untuk merapikan restoran sejenak.      

Akan tetapi, restoran ini sudah menjadi dasar kehidupannya. Tidak peduli apapun yang ingin dilakukan Xie Xize, entah lelaki itu mengenalinya atau tidak, ia tetap tidak akan meninggalkan tempat ini. Ya, restoran ini akan terus beroperasi.     

Mo Yangyang mengeluarkan selembar kertas putih, lalu menulis tiga kata di atasnya dengan spidol, "Lowongan Pekerjaan, 135xxxxxxx". Setelah itu, ia mengeluarkannya dan menempelkannya di pintu.     

Saat berbalik badan untuk kembali, ponselnya pun berdering.      

Mo Yangyang mengira itu adalah jawaban dari Lan Dongzhi, jadi ia bergegas mengambilnya.     

Setelah membukanya, Mo Yangyang rasanya ingin membanting ponselnya.      

Karena untuk bisnis, jadi akun WeChat Mo Yangyang tidak menetapkan persyaratan apapun untuk menambahkan teman. Selama orang itu tahu nomor ponselnya, orang itu bisa secara otomatis berteman dan bisa berkomunikasi dengannya.      

X.Xz, [Pinggang Bos sangat ramping. Saat memegangnya, terasa seperti pinggang orang yang pernah melahirkan!]     

Mo Yanyang menggertakkan gigi hingga giginya hampir hancur, "Xie, Xi, ze …"     

******     

Ketika Xie Xize pergi, ia bilang bahwa dirinya akan bertemu Latiao besok. Tetapi sebelum hari esok tiba, keduanya bertemu di sore hari.     

Di taman kanak-kanak!     

Seorang guru muda memandang lelaki di depannya. Wajahnya tersipu dan cara bicaranya tergagap, "Tuan... adalah orang tua dari Han Weilan?!"     

Xie Xize tersenyum, "Ah, maaf. Saya sudah merepotkan Bu Guru."     

Guru muda itu menjadi salah tingkah, "Ti... Ti... Tidak, Weilan sangat pintar dan pengertian... Kali ini... kami tidak akan menyalahkannya... tidak akan menyalahkannya... Ayah Weilan, silakan bujuk dia…"     

"Baik, terima kasih, Bu Guru!"     

Di taman bermain kecil untuk kanak-kanak, Xie Xize berjalan menghampiri Latiao yang sedang duduk sendirian di ayunan.     

Latiao tahu sosok yang menghampirinya itu tanpa melihat ke atas, lalu ia mendengus, "Kenapa kamu ke sini?"     

Xie Xize berkata, "Angkat kepalamu."     

Latiao mengangkat kepalanya. Matanya yang besar dan bundar penuh dengan tatapan polos, "Bukankah kamu pernah bilang bahwa ini masalah yang perlu dihadapi dengan tangan dan kepala? Aku sudah menggunakan tangan dan kepalaku."     

Di wajah putih kecil Latiao, ada sedikit memar di mata kirinya. Selain itu, anak ini juga mendapat bekas lebam yang dengan cepat berwarna kemerahan di dahinya.     

Melihat luka di wajah anak itu, tatapan mata Xie Xize menjadi sedikit dingin, "Ya, tetapi aku tidak mengajarimu untuk berkelahi!"     

Latiao terkekeh, "Kamu pikir aku ingin melakukan itu? Anak itu tiba-tiba meminta bantuan ayahnya!"     

Latiao hari ini menghabisi seorang anak yang lebih kuat darinya. Ia melakukannya secara rahasia dan tidak ada orang yang melihatnya.      

Namun, karena anak itu biasanya bertengkar dengan Latiao, ia pun menuduh Latiao yang telah menyakitinya. Ia juga bilang akan memanggil ayahnya untuk menghakimi Latiao.      

Bahkan jika tidak ada bukti, ayah anak itu adalah tulang punggung keluarga yang sangat kaya raya. Alhasil, ia bisa datang memukul Latiao tanpa peduli kebenaran yang ada.     

Jika tidak dilerai guru, Latiao pasti akan semakin sial.      

Xie Xize menjernihkan tenggorokannya, "Kamu bisa memanggilku ayah."     

Dua kaki pendek Latiao berayun, lalu ia marah dengan suara imut kekanakan, "Memanggilmu ayah? Paman, kamu sangat lucu. Bahkan ayahku yang telah tiada akan sangat marah dengan itu."     

*******     

Sampai jumpa besok. Sudahkah kalian memberi pesan pada si imut hari ini? Apakah kalian sudah vote novel ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.