Pamanku Kesalahanku

Aku Tidak Membencimu



Aku Tidak Membencimu

0Saat Latiao selesai mengucapkannya, beberapa preman yang membungkuk dan masih sibuk mengepel lantai itu pun seketika jatuh ke lantai. Mereka kaget mendengar perkataan berani dari anak kecil itu.     
0

Di sisi lain, para pengawal Xie Xize berusaha keras memastikan bahwa ekspresi datar mereka tidak berubah. Mereka bahkan sengaja mendongak melihat ke atap dan pura-pura bertanya, 'Haruskah atap di atas juga dibersihkan?'     

Di sisi lain, Latiao sangat serius. Tetapi, semakin keras dirinya berusaha bersikap serius dan menunjukkan kemarahan, semakin banyak orang yang merasa bahwa anak ini terlihat sangat imut. Anak ini... memang terlalu menggemaskan.     

Bisakah kalian membayangkan kucing berusia satu bulan dan masih menyusui sedang memarahi serigala abu-abu buas?     

Latiao benar-benar marah, namun Xie Xize benar-benar berpikir bahwa anak ini sangat menarik!     

Bibir Xie Xize tersenyum. Dengan tangannya yang indah, ia memegang segelas air yang dituangkan Mo Yangyang kepadanya. Ia tidak berbicara atau marah, hanya tersenyum pada Latiao. Sejujurnya, ia diam-diam ingin tertawa karena anak ini.      

Latiao menggebrak meja dengan tangannya yang mungil, "Bicaralah!"     

Awalnya Latiao berpikir, jika Xie Xize memenuhi kriteria penyelidikannya, ia akan menyerahkan ibunya ke tangan ayah murahannya ini.     

Latiao percaya bahwa kemampuan Xie Xize bisa melindungi ibunya.     

Hanya saja...     

Saat tadi melihat Xie Xize mengulurkan tangannya ke Mo Yangyang, anak ini sudah merasa sangat kesal. Amarahnya ini seperti melihat perempuan kesayangannya sedang digoda oleh seorang gangster. Sedangkan Latiao, anak ini seperti seorang ayah yang ingin membunuh gangster itu.     

Xie Xize tersenyum, "Apa yang ingin kamu ketahui dariku? Kamu ingin aku bilang bahwa aku tidak…"     

Latiao menyela dengan keras, "Kamu jelas memilikinya!"     

Xie Xize mengikuti kata-katanya, "Ucapanmu benar, kalau begitu aku memilikinya!     

Latiao langsung terdiam.     

Namun sekejap kemudian, mulut kecil Latiao terbuka. Matanya yang besar dan lembab berkilat marah.     

Anak kecil ini tampaknya telah jatuh ke dalam perangkap ayah murahan ini lagi.     

Duh, menyebalkan sekali!     

Tangan kecil gemuk Latiao gemetar sambil menunjuk Xie Xize, "Kamu ... kamu …"     

Xie Xize mengulurkan tangan dan menekan telapak tangan berlemak kecil milik Latiao, "Jadi, apa pendapatmu tentang aku?"     

Ada senyum kecil di wajah Xie Xize. Matanya di balik lensa sedikit beriak. Senyuman yang ditunjukkannya bukan lelucon, melainkan pertanyaan serius.     

Latiao menarik telapak tangan kecilnya dengan cepat. Wajahnya yang putih dan lembut saat ini berwarna sedikit merah muda karena marah, tetapi itu malah membuatnya terlihat lebih lembut dan imut.     

"Paman, aku sungguh tidak menyangka. Nyatanya dengan memiliki alis tebal dan mata besar, kamu justru menyembunyikan suatu pikiran buruk di dalamnya. Aku benar-benar salah menilaimu. Apakah kamu menganggapku sebagai angin lalu saja? Ada aku di sini, jadi paman jangan pernah berpikir..."     

"Aku tidak membencimu!" ​​Kata-kata Xie Xize tidak ringan atau berat     

 Latiao berkata sambil cemberut, "Apa kamu bilang?"     

Xie Xize mengulangi dengan sabar, "Aku tidak membencimu, jadi, apakah kamu setuju?"     

Wajah kecil Latiao yang gemuk mulai gemetar. Kemudian ia menopang tubuhnya untuk berdiri, lalu kedua tangannya bersedekap. Ia bahkan menekankan setiap perkataannya, "Paman jangan pernah berpikir begitu, karena aku tidak setuju."     

Latiao merasa bahwa Xie Xize saat ini terlalu sembrono. Semua kesan baik yang didapatkannya dari rumah sakit sebelumnya, kini semuanya menjadi sia-sia.     

Xie Xize mengangguk, "Oh... kalau begitu sayang sekali"     

Tidak lama kemudian, pria ini berdiri dan lanjut berkata, "Katakan pada ibumu, sampai jumpa besok."     

Setelah selesai berbicara, ia mengulurkan tangannya untuk membelai lembut rambut Latiao.     

Latiao tentu tidak terima dan berkata, "Siapa yang akan menemuimu besok?... Hey ... bisakah kamu berhenti mengacak-acak rambutku …"     

Latiao mengulurkan tangan untuk merapikan rambutnya. Wajahnya terlihat tidak tahan.     

Pipi di sebelah kirinya tiba-tiba dicubit dan sebuah suara dari atas kepalanya terdengar, "Saatnya bagimu untuk menurunkan berat badan."      

Ucapan ini tentu membuat Latiao menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia pun mengumpat geram, "Si... alan....!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.