Pamanku Kesalahanku

Jangan Bergerak, Patuhlah



Jangan Bergerak, Patuhlah

0Saat melihat keadaan di aula restoran, Mo Yangyang hanya bisa bertanya-tanya. Ya, di mana penampilan arogan dan garang dari para pembuat onar yang diperlihatkan sebelumnya? Saat ini, mereka memojokkan diri di sudut sambil menyeringai kesakitan. Bahkan, tidak ada yang berani mengeluarkan suara.     
0

Mo Yangyang merasa ngeri ketika melihat beberapa pecahan porselen masih menancap dalam di kulit mereka. Semua ini... memang ulah Xie Xize.     

Tangan Mo Yangyang yang memegang piring sedikit bergetar.     

Namun yang lebih lucu adalah, ketika mereka melihat Mo Yangyang keluar. Mereka semua mengarahkan pandangan kepadanya untuk meminta bantuan.     

Mo Yangyang hanya melirik mereka dengan tatapan dingin, lalu menundukkan kepala. Mereka telah membuat dosa, jadi mereka harus pergi berlutut untuk membalasnya.     

Lagi pula, Mo Yangyang tidak merasa dirinya adalah seorang Dewi. Jadi, apa pentingnya mengampuni para pembuat onar ini? Selain itu, ia juga harus banyak bicara lagi untuk menyelamatkan mereka dari Xie Xize.     

Mo Yangyang menggertakkan gigi, berjalan dengan kepala tertunduk, dan meletakkan dua piring di depan Xie Xize.     

Xie Xize tampaknya tidak menyadari bahwa dirinya adalah Mo Yangyang. Perempuan ini pun pura-pura tidak kenal dan berkata, "Terima kasih."     

Mo Yangyang mengangguk, tidak berbicara, dan berbalik badan untuk pergi.     

Xie Xize tiba-tiba bertanya, "Apakah ada air? Aku sedikit haus."     

Mo Yangyang meremas telapak tangannya dan berbalik badan untuk pergi menuangkan air yang akan diberikan kepada Xie Xize.     

"Terima kasih."     

Xie Xize memandang Mo Yangyang, "Kamu sepertinya tidak suka berbicara?"     

Mata Latiao dan Mo Yangyang sebenarnya sangat mirip. Anak kecil itu pun memancarkan ekspresinya dengan sangat jelas, lembab berkaca-kaca. Matanya seperti mata anak kecil yang baru lahir, sangat naif dan lugu. Mata itu sangat jernih bagaikan langit sehabis hujan, tanpa debu sedikitpun.     

Mata inilah yang tidak pernah dilupakan Xie Xize setelah melihatnya lima belas tahun yang lalu.     

Mo Yangyang menundukkan kepala. Jantungnya berdebar kencang. Jika tidak menghirup nafas dalam-dalam, jantungnya mungkin bisa berhenti berdetak.     

Latiao pun keluar dari dapur belakang. Melihat pemandangan yang kacau ini, wajahnya agak suram.     

Ya, ayah murahannya itu tahu segalanya dengan jelas. Namun ia masih tidak mengungkapkannya, haha...     

"Mama... Kak Yuanyuan sudah selesai menyiapkan makanannya, kemarilah…"     

Hah, padahal situasinya belum kondusif, namun Latiao sudah maju dan berteriak demikian.     

Pemberitahuan anaknya itu pun membuat Mo Yangyang kembali dengan cepat ke dapur. Ia pun meninggalkan Xie Xize.     

Sebaliknya, tatapan Xie Xize mengikuti Mo Yangyang sampai gadis itu menghilang dari pandangan. Kemudian, ia menatap Latiao dan tersenyum padanya.     

Latiao tentu mendengung.     

Xie Xize mengambil sumpit dan berkata pelan, "Kulihat suasana di sini rasanya jadi tidak nyaman. Sangat sulit bagi kalian untuk memulihkan situasi seperti semula."     

Orang-orang yang menggigil ketakutan itu segera menjawab dengan suara bergetar, "Tidak sulit, tidak sulit... Tidak sulit sama sekali…"     

Ketika Mo Yangyang selesai memasak dan menyajikan semua hidangan yang dipesan oleh Xie Xize, ia melihat situasi di luar sudah kembali bersih.     

Semua meja dikembalikan ke posisi semula dan puing-puing di tanah sudah dibersihkan. Orang-orang pembuat onar itu bahkan melepas baju mereka untuk mengepel lantai. Mereka menyeka lantai dengan cermat dan sukarela....     

Mo Yangyang menyajikan sup terakhir, lalu bersiap untuk bergegas pergi.     

Tiba-tiba, tangannya ditahan.     

"Apakah tanganmu terbakar?" Suara yang merdu itu terdengar seperti angin musim semi di bulan April. Nada bicaranya yang mengagumkan itu berhembus ke telinganya.     

Tangan kering dan hangat itu melingkari pergelangan tangan Mo Yangyang. Kekuatan cengkramannya tidak besar, tetapi Mo Yangyang tidak bisa melepaskannya.     

Di sisi lain, Mo Yangyang sejujurnya merasa ketakutan dan kesal, 'Apanya yang terbakar, sialan!' Lagi pula, lukanya ini terjadi karena hanya dua kali terkena cipratan minyak panas. Apalagi, luka ini juga tidak membuat tangannya melepuh.     

Ia berusaha keras untuk melepasnya, tetapi Xie Xize tampaknya juga tidak mau mengendurkan genggamannya.     

Walau demikian, tangan Mo Yangyang yang digenggamnya memang seputih salju, berukuran kecil, dan memiliki beberapa tanda merah di punggung tangan. Pemandangan ini tentu sangat menarik perhatian dan sulit untuk dilepas olehnya.      

Tatapan mata berwarna kuning kecoklatan milik Xie Xize pun berubah jadi dalam, "Jika luka melepuh dan tidak diobati tepat waktu, luka itu bisa saja mengalami infeksi…"     

Pengawal Xie Xize sudah membawa obat melepuh yang biasanya disiapkan Mo Yangyang dari meja kasir. Lalu, ia menyerahkannya kepada Xie Xize, "Ini Tuan!"     

Meski perhatiannya itu mampu menggoda perempuan biasa, namun Mo Yangyang tampaknya merasa kesal. Apalagi, perlakuan pengawal itu juga sangat tidak diharapkannya, 'Huh, seenaknya sekali kamu mengambil barang orang lain dan memperlakukannya seperti milikmu sendiri?'     

Mo Yangyang menggertakkan giginya dan mencoba melepaskan tangannya.Tiba-tiba gerakan kecil Xie Xize membuat seluruh tubuhnya gemetar akibat jari ramping Xie Xize menggosok telapak tangannya.     

"Jangan bergerak, patuhlah! Ini akan segera selesai."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.