Pamanku Kesalahanku

Ayah Murahan yang Licik



Ayah Murahan yang Licik

0Wajah para pria yang berbuat onar ini pun hanya menatap tidak percaya.     
0

Siapa yang maju duluan?     

Apa maksudnya dia berkata seperti itu?     

Pengawal Xie Xize terkekeh di dalam hati. Tentu saja mereka hanya akan maju untuk cari mati. Ya, setidaknya untuk melampiaskan kekesalan yang dirasakan Xie Xize saja!     

Apakah orang-orang ini sungguh ingin melihat tuannya ini marah?     

Si pemimpin pembuat onar itu bertanya kepada Xie Xize, "Hei kawan, apa maksudmu?"     

Xie Xize mengangkat alisnya sedikit dan menjawab, "Tidak mengerti, ya? Keterlaluan…"     

Pria ini pun tersenyum, sangat lembut seperti angin musim semi, tanpa serangan sedikit pun, "Tidak apa-apa, nanti juga akan segera mengerti."     

Xie Xize memandang Mo Yangyang, "Kamu... masih belum memasak juga? Aku sedikit lapar, bisakah agak cepat?"     

Suara Xie Xize yang lembut itu membuat bola mata yang kuning kecoklatan di balik lensa itu seolah-olah memancarkan ribuan cahaya. Walau duduk di tengah kekacauan, pria ini masih terlihat mulia di singgasananya.     

Mo Yangyang tentu hanya terdiam.     

Hah, dia sungguh datang ke sini untuk makan?     

"Untuk sementara, adegan di tempat ini mungkin tidak cocok ditonton oleh perempuan. Jadi, masuklah…" Tambah Xie Xize     

Latiao yang terjebak dalam kerumunan akhirnya bisa bergegas masuk, "Mama...." Setelah itu, ia terkejut sesaat ketika melihat restorannya diobrak-abrik menjadi seperti ini. Ia tercengang sejenak, kemudian di matanya segera terlintas kilatan cahaya ganas.     

Pada saat ini, ia tidak berminat untuk peduli tentang kotor atau tidaknya tempat ini. Ia menginjak ubin yang rusak di tanah untuk bergegas menghampiri Mo Yangyang lalu memeluk kakinya, "Ma, apakah kamu baik-baik saja? Apakah mereka menyakitimu?"     

Mo Yangyang berlutut, lalu menyentuh wajah Latiao. Kemudian, ia menggelengkan kepala.     

Xie Xize berkata dengan tidak tergesa-gesa, "Oh, untuk sementara, kejadian ini juga tidak cocok ditonton oleh anak-anak."     

"Jadi, bawa anak itu masuk bersamamu." Imbuhnya.     

Hati Mo Yangyang bergetar mengetahui Xie Xize dan Latiao datang satu demi satu.     

Jadi... Xie Xize-lah yang menculik Latiao dari taman kanak-kanak!     

Apa yang sebenarnya ingin dilakukannya?     

Mo Yangyang punya firasat buruk di dalam hatinya. Sekarang situasinya tidak baik, ia menyeret Latiao masuk ke dapur tanpa berpikir panjang.     

Yuanyuan ragu-ragu sejenak, lalu ikut masuk.     

Setelah masuk dapur, Mo Yangyang buru-buru bertanya kepada Latiao, "Apakah orang asing itu yang membawamu dari sekolah?"     

Latiao memandang ibunya dengan mata basah yang besar dan mengangguk, "Ya, dia adalah paman yang kutemui di rumah sakit waktu itu. Hari ini, aku bertemu dengannya dan bilang akan mengantarku pulang...."     

"Apa yang dikatakannya padamu?"     

Latiao menggelengkan kepala, "Tidak bilang apa-apa...."     

"Lalu, apakah dia tidak bilang dirinya adalah…" Saat mau menanyakannya, Mo Yangyang seketika urung melanjutkan.     

Mo Yangyang pun mengangkat tangannya dan menyentuh atas kepala Latiao dengan lembut, "Lain kali... Jangan pergi dengan orang asing begitu saja, mengerti? Kamu membuat kakek-nenek dan ibu cemas."     

Latiao mengangguk, "Hmmm, tidak akan."     

Ia menghela napas panjang dan berkata dalam hati, 'Aku juga tidak menginginkannya, dia adalah ayah murahan dan terlalu licik.'     

Tiba-tiba, ada jeritan di luar, kemudian... terdengar umpatan yang tidak tertahankan. Selanjutnya disusul dengan suara jeritan satu demi satu...     

Mo Yangyang tentu sangat takut hingga buru-buru menutupi telinga putranya.     

Di sisi lain, Yuanyuan juga sangat ketakutan sehingga lebih mendekat ke arah Mo Yangyang, "Kak... Kak Yangyang... apakah kamu akan tetap... memasakkan makanan yang dipesan orang itu?"     

 Mo Yangyang melirik situasi menyedihkan yang ada di luar. Lalu, ia pun menggertakkan giginya, "Ya!"     

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, jeritan di luar menjadi lebih tenang dan disertai dengan tangisan belas kasihan.     

Mo Yangyang sendiri masih fokus memasak seledri, bunga bakung, kastanye dan kubis. Ia juga meminta Yuanyuan untuk mengantarkannya ke luar. Namun, Yuanyuan menggelengkan kepala karena tidak berani.     

Tidak ada cara lain, Mo Yangyang yang harus keluar sendiri.     

Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu melangkah keluar dari dapur belakang. Mo Yangyang mendapati para pembuat onar di luar sedang memegangi kepala mereka dan tubuhnya gemetar di sudut dinding.     

Saat melihat ke bawah, ia melihat mereka semua bertelanjang kaki. Mereka berdiri di... ubin yang pecah, sehingga bercak darah menodai tanah. Pemandangan itu membuat punggung Mo Yangyang merasa dingin.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.