Pamanku Kesalahanku

Kamu Adalah Keindahan Ketiga



Kamu Adalah Keindahan Ketiga

0Sebelum Latiao bisa mengatakan apa-apa, Xie Xize sudah mendorong pintu mobil dan membungkuk untuk turun dari mobil. Ia tidak berhenti melihat Latiao dan langsung pergi ke restoran kecil di seberang jalan.     
0

Latiao yang kecil dan hanya berkaki pendek, tidak bisa menghentikan Xie Xize sama sekali. Anak ini hanya bisa melihat dengan mata yang lebar pada aksi Xie Xize itu. Ia melemparkan diri sendiri ke samping dan langsung ikut turun dari mobil.     

Latiao menggembungkan wajahnya dan memandang ayah murahannya yang membalikkan wajah dengan sangat cepat.     

Xie Xize berlari di jalan. Meskipun gerakannya agak kaku dan seperti tidak mengenal jalan, tetapi mau tak mau caranya itu bisa dibilang sangat hati-hati.     

Namun bila itu terjadi sekarang, itu bagus. Hal ini langsung membuatnya menunjukkan diri dan hal ini menyenangkan sekali.     

Di sisi lain, Latiao menghela napas, 'Ma, jangan salahkan anakmu. Aku mungkin benar-benar tidak bisa membantumu sekarang.'     

Awalnya, ia masih ingin menguji ayah murahan ini beberapa kali lagi. Sayangnya, ayah murahan ini tampaknya sekarang benar-benar perlu menunjukkan dirinya     

Latiao turun dari kursi mobil dan hendak melompat keluar dari mobil. Tiba-tiba ada dua tangan yang mengulurkan ke arahnya dan menggendongnya untuk membantunya turun dari mobil.     

Latiao mendongak dan melihat bahwa itu adalah pengawal yang mengendarai mobil.     

Latiao dengan sopan berkata, "Terima kasih, Paman."     

Pengawal itu dengan cepat berkata "Ini memang seharusnya kulakukan...."     

Tidak peduli seberapa bodohnya dia, saat ini pasti akan muncul pertanda.     

Setelah dua langkah, Latiao berkata kepada pengawal, "Paman, sejujurnya sekarang aku merasa bahwa kamu agak kesulitan."     

"Hah?"     

"Maaf, aku merepotkanmu. Tetapi, tolong rapikan rambutmu yang terangkat itu dulu. Terimakasih."     

Setelah selesai berbicara, Latiao diturunkan oleh pengawal itu. Namun, anak kecil ini justru langsung melangkahkan kakinya yang pendek untuk berlari ke restoran kecilnya sambil berteriak, "Mama…"     

Pengawal hanya berekspresi melongo saat menyadari kebodohannya.     

*****     

Restoran sudah seperti kapal pecah, meja dan kursi hampir semuanya berantakan. Minuman-minuman di lemari es berserakan ke lantai, beberapa bahan yang disiapkan dari dapur seperti piring dan sumpit juga pecah berserakan di mana-mana.     

Sebuah restoran yang awalnya kecil, pada saat ini terlihat seperti telah dirampok.     

Di sana ada enam sampai tujuh pria garang. Sebagian dari mereka memiliki warna rampung yang mencolok dan ada juga yang menggunakan gaya cukur yang unik.      

Kegarangan dari mereka juga tidak hanya terlihat dari penampilan mereka namun juga aksesoris yang dibawanya. Tiga dari mereka tampak membawa tongkat baseball. Ada juga dari mereka yang merokok hingga membuat seluruh ruangan di restoran ini diselimuti asap.     

Mo Yangyang membawa pisau dapur di tangannya, sedangkan Yuanyuan menggigil ketakutan di belakangnya.     

Si pelopor keributan menginjakkan kedua sepatunya, membuat beberapa jejak lumpur ke tembok yang awalnya seputih salju. Kemudian ia menghembuskan asap berbentuk cincin dan mulai mengatakan sesuatu.      

"Kawanku makan makanan di restoranmu, lalu dia muntah dan diare. Sekarang dia masih di rumah sakit. Seorang lelaki yang biasanya garang dan galak, sekarang menjadi seperti udang berkaki lunak. Setengah hidupnya telah hilang. Mengenai masalah ini, kamu harus menjelaskannya sebagai penanggung jawab restoran ini…"     

Ketika orang-orang ini datang untuk membuat masalah, Mo Yangyang sedang sibuk di dapur belakang. Ia hanya dengan dingin menjawab, "Aku sudah bilang, aku tidak ingat bila temanmu pernah makan di restoranku. Aku selalu ingat dengan masalah yang berkaitan denganku, tetapi kalau bukan masalahku yang berkaitan denganku, siapapun kalian jangan pikir bisa memfitnahku."     

"Oh, keras kepala sekali. Teman-teman, apakah kalian mendengarnya? Dia berencana untuk tidak mau mengakui kesalahan!"     

"Kalau kamu tidak ingin mengaku, kamu harus bertanya dulu pada kawan-kawanku, mau melepaskanmu atau tidak."     

"Hey, kalau kamu tidak minta maaf padaku hari ini, aku akan menghancurkan restoranmu. Mulai sekarang, di sepanjang jalan ini, jangan harap kamu bisa membuka restoran ini lagi di sini…"     

Baru saja si pemimpin keributan itu selesai bicara, tiba-tiba terdengar suara dingin dan jernih yang dengan enteng menjawab mereka, "Benarkah?"     

Semua orang menoleh untuk melihat si pemilik suara. Mereka hanya mendapati gerombolan orang tiba-tiba bergerak minggir dan membuka sedikit jalan kepada pemilik suara itu.     

 Sosok tinggi nan menjulang itu berjalan muncul dari kegelapan.     

Ia mengenakan kemeja putih yang dibalut jas hitam dan diselubungi sebuah mantel panjang hingga mata kaki. Kacamata berbingkai emas terpasang di pangkal hidungnya. Bibirnya tipis, dagunya juga sempurna.      

Begitu pria itu mengangkat kepala dan bibirnya tersenyum sedikit, ekspresinya seolah-olah menginginkan nyawa salah seorang dari gerombolan pembuat onar ini.     

Mo Yangyang tiba-tiba teringat sebuah kalimat dalam puisi yang pernah dibacanya sewaktu sekolah menengah.      

—antara cahaya bulan dan salju, kamu adalah jenis keindahan ketiga yang menakjubkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.