Pamanku Kesalahanku

Kebetulan Bertemu



Kebetulan Bertemu

0Mo Yangyang hanya tersenyum mencibir, lalu secepatnya membereskan mangkuk dan sumpit di atas meja.     
0

Yuanyuan menutup mulutnya lalu mendekati Mo Yangyang, "Kak Yangyang, apakah kamu... mengenal Qin Xiaochen?"     

Mo Yangyang menjawab tanpa mendongakkan kepala, "Aku tidak mengenalnya. Mungkin karena penglihatannya buruk, dia pun salah mengenali orang yang dilihatnya."     

Yuanyuan memikirkan sejenak, "Kurasa juga begitu... Qin Xiaochen itu. Namun, apakah kakak tidak tahu tentangnya sama sekali? Ngomong-ngomong, dia itu luar biasa…"      

"Debut awalnya saja dimulai melalui pertunjukan besar dan mewah yang berkelas internasional. Sebelum itu, pria itu sungguh belum dikenal oleh siapapun. Akan tetapi, dia mampu mendapatkan kehormatan yang besar atas kinerja luar biasanya. Dan juga, kudengar keluarganya sangat kaya...."     

Mo Yangyang tidak menanggapinya. Ia hanya sibuk dengan urusannya sendiri.     

Namun, ucapan Yuanyuan tentu tidak salah. Keluarga Qin memang dikenal sangat kaya. Lagipula, apakah putra kedua dari pengembang properti domestik seterkenal Tianqin Group bukanlah orang kaya?!     

Baru saja ketika Yuanyuan menyebut nama Qin Xiaochen, Mo Yangyang teringat bahwa lelaki itu memang pernah muncul ketika dirinya masih muda.     

Berdasarkan urutan generasi, Qin Xiaochen memanggil Nyonya Mo sebagai bibi sepupu. Saat itu, ia berusia dua tahun lebih muda dari Mo Yangyang. Waktu itu, ketika 8 pasang tamu keluarga Mo sedang bertamu, Qin Xiaochen dipukul dengan kejam oleh Mo Yangyang.     

Karena telah mengatakan bahwa Mo Yangyang sangat cantik. Pria itu juga bilang ingin menjadikannya istri di masa depan nanti, bahkan berani diam-diam menciumnya.     

Walau demikian, Mo Yangyang juga dipukuli saat itu. Apalagi, ia mendapat pukulan yang lebih parah.     

Sejujurnya, saat itu Keluarga Mo juga berniat mendukung Keluarga Qin, tapi Mo Yangyang memukul tuan muda Qin yang berharga. Dengan adanya kejadian itu, bagaimana mungkin Mo Yangyang tidak dipukuli juga?     

Peristiwa yang terjadi semasa kecil, benar-benar sudah terlewat bertahun-tahun dan hanya mengingat beberapa kejadian saja. Ya, seolah-olah kejadian itu sudah terjadi beberapa abad yang lalu.     

Ya, sudahlah! Lagi pula, Mo Yangyang tidak punya waktu untuk menghela napas karena dapat mengingatnya. Hal yang dipikirkannya saat ini adalah kemunculan Qin Xiaochen sungguh membuat firasatnya menjadi tidak baik.     

Kemunculannya ini juga menunjukkan bahwa tempat persembunyiannya sudah diketahui orang. Andai bukan Xie Xize menemukannya terlebih dahulu, keberadaannya di sini pun akan diketahui oleh orang lain.     

Ya, Badai akan datang. Dugaan yang seperti itu pun juga tidak bisa dihentikan!     

Karena tidak bisa dihentikan, maka hanya bisa dihadapi.     

Walau demikian, Mo Yangyang tidak lagi sendirian. Tepatnya, ia sudah punya anak.     

Yuanyuan masih saja ada di belakang Mo Yangyang dan mempromosikan kepopuleran Qin Xiaochen. Ketika mendongak dan melihat wajah Mo Yangyang, ia menemukan bahwa ada yang salah dengan ekspresi Mo Yangyang.     

Ekspresinya sulit untuk dideskripsikan. Jelasnya, wajahnya seakan diselimuti kabut tebal dan seketika berubah menjadi cerah. Ya, wajahnya tampak menemukan sesuatu yang tidak terduga     

*****.     

 Di tempat lain, Qin Xiaochen tampaknya masih mengutuk dalam hati. Tepatnya, ia tidak berhenti mengutuk Mo Yangyang.     

Gadis sialan itu, ternyata masih sama kejam dan brutalnya seperti ketika masih kecil. Sedikitpun tidak berubah sama sekali.     

Dengan perlakuannya itu, Qin Xiaochen harus mendapatkan kembali hal yang terlewatkan hari ini.     

Ia pun terus berjalan ke persimpangan tanpa berhenti sedikitpun. Kepala pelayan di belakangnya mengejar dan berteriak.     

Di tengah hujan dan kabut, deretan mobil hitam berhenti tanpa suara.     

Seorang pria berbaju hitam memegang payung hitam dan berdiri di samping setiap mobil. Pemandangan seperti itu dalam cuaca seperti ini tampak sangat menakutkan.     

Setelah melihat Qin Xiaochen, orang-orang itu berteriak serempak, "Tuan Muda Kedua…"     

Sudut mulut Qin Xiaochen berkedut, dari matanya sekilas muncul perasaan bersikeras tidak rela dengan sikap Mo Yangyang tadi. Ia menundukkan kepala dan masuk ke mobil dengan perasaan kesal. Sekejap kemudian, ia langsung berteriak "Kakak…!!!"     

"Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Suara itu menanggapi dengan sedikit dingin, serak dan mempesona.     

"Masih seperti…" Suara Qin Xiaochen tiba-tiba berhenti, lalu sekejap kemudian menggelengkan kepalanya. Setelah itu, ia kembali melanjutkan, "Tidak apa-apa, aku... aku menampar nyamuk di wajahku sendiri."     

Kakak tertua Qin Xiaochen, Qin Yuchen, melirik ke tempat asal adiknya berlari.     

******     

Setelah dua hari berturut-turut diguyur hujan, akhirnya cuaca cerah muncul hari ini.     

Pukul 05.30 sore, anak-anak di TK Mentari Kecil sudah dijemput oleh orang tuanya.     

Laotiao duduk di kursi mobil dengan sikap patuh, sambil menggoyangkan kedua kakinya yang pendek. Ia tersenyum manis, lembut dan imut, "Kebetulan sekali, paman. Kita bertemu lagi."     

Xie Xize memandang anak kecil gemuk yang kini sudah bertemu dengannya untuk yang kedua kalinya. Tatapan matanya serius dan tidak lembut, lalu berkata, "Bukan kebetulan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.