Pamanku Kesalahanku

Sadarlah, Lalu Pergilah



Sadarlah, Lalu Pergilah

0  Hati Mo Yangyang bergetar, langkahnya berhenti.     
0

  Selama lima tahun ini, ia tidak pernah mengenalkan dirinya dengan nama Mo Yangyang. Namun pada saat ini, di tempat ini, tiba-tiba ia mendengar nama ini lagi.     

  Hal semacam ini seperti melempar batu ke genangan air yang tenang!     

  Mo Yangyang yang menerima gelombangnya dapat merasakan suasana hatinya menjadi sedikit gemetar.     

  Namun dengan cepat, ia bisa menenangkan emosinya.     

  Mo Yangyang langsung melangkah menuju meja kasir. Ia membuka laci dan mengeluarkan uang sebanyak 32 yuan.     

  Wanita ini pun berjalan ke arah pria paruh baya yang matanya masih memerah itu. Tepatnya, pria paruh baya yang masih sedikit tercengang dengan situasi di depannya.     

  Sambil memberikan uang kembalian itu, Mo Yangyang segera berkata, "Terima kasih atas kunjungan Anda, hati-hati di jalan."     

  Mungkin setelah takut saat melihat Xie Xize, Mo Yangyang jadi merasa cukup berani. Ya! Tidak peduli seberapa buruk situasi di depannya, itu tidak pernah lebih buruk saat dibandingkan dengan momen mendebarkan di hotel tadi.     

  Oleh karena itu, sikap Mo Yangyang terlihat sangat tenang saat ini.     

  Pria paruh baya itu tidak menjawab, Mo Yangyang pun meletakkan uang kembalian itu di meja dan membereskan piring-piring ini.     

  Tiba-tiba, si pria muda meraih pergelangan tangan Mo Yangyang, "Mo Yangyang... Kamu benar Mo Yangyang, kan? Kamu dulu…"     

  Mo Yangyang mengangkat kepala, lalu menatap orang itu dengan tatapan dingin, "Tuan, ini restoran kecil, bukan rumah sakit yang bisa merawat penyakit Anda. Aku tidak tahu nama yang Anda sebut, tetapi kurasa ada masalah dengan penglihatan Anda."     

  Mendengar tanggap acuh tak acuh itu, Wajah tampan pria muda itu langsung memerah, "Kamu…"     

  Mo Yangyang pun menarik pergelangan tangannya dengan paksa, "Kusarankan Anda menghubungi nomor 120 sekarang juga supaya Anda bisa dirawat tepat waktu. Jika tidak, Anda dapat terlambat menyembuhkan diri Anda."     

  Pria paruh baya itu dengan cepat meraih tangan pemuda pemarah itu, "Tuan Muda…"     

  Pemuda itu menggertakkan giginya dan bicara dengan marah, "Aku tidak mungkin salah tebak, kamu itu Mo Yangyang. Hah... aku tidak menyangka bahwa ucapan Mo Shixuan ternyata benar. Keluarga Mo sudah setuju membawamu kembali…,"      

  "Sayangnya, kamu memang tidak tahu berterimakasih dan malah mencuri uang dari Keluarga Mo untuk kabur. Ternyata kamu bersembunyi di sini. Perempuan yang tidak tahu berterimakasih dan berhati jahat seperti kamu ini harus…"     

  Byur....     

  Pemuda itu tiba-tiba disiram air, membuat semua kata-kata ejekan yang akan dilontarkannya pun kembali masuk ke dalam tenggorokannya.     

  Mo Yangyang menatapnya dengan dingin, "Kamu sudah sadar? Keluar kalau kamu sudah sadar."     

  Dalam ingatan Mo Yangyang, ia tidak pernah mengenal orang ini.     

  Anehnya, pemuda ini mengenal Mo Shixuan. Hal ini menunjukkan bahwa lelaki ini pasti memiliki hubungan dengan Keluarga Mo.     

  Apapun yang berhubungan dengan keluarga Mo...     

   Mo Yangyang sudah tidak ingin membahasnya!     

  Akan tetapi, ia benar-benar tidak tahu bahwa setelah melarikan diri pada tahun itu, keluarga Mo ternyata masih menambah reputasi buruk padanya. Ya, Mo Yangyang dituduh telah mencuri uang untuk kabur....     

  Mengingat orang-orang di Keluarga Mo, Mo Yangyang sungguh ingin mengatakan sesuatu pada mereka, 'Dasar tidak tahu malu!'     

  Jika ia tidak segera kabur kala itu, mungkin sekarang dirinya sudah mati.     

  Sisa air siraman masih mengalir perlahan di wajah lelaki itu. Bola matanya yang terkejut pun memelotot sampai hampir jatuh.     

  Ia pun menunjuk ke arah Mo Yangyang, "Kamu, kamu, kamu... berani menyiramku! Percaya atau tidak, tuan muda ini akan menghancurkan restoranmu. Aku akan membuatmu…"     

  Plak…!!! Tiba-tiba terdengar tamparan keras di wajahnya.     

  Mo Yangyang baru saja menghempaskan pergelangan tangannya dan berkata, "Apakah sudah merasa lebih baik? Pergi dan obati jika kamu sakit, jangan ditunda lagi."     

  Pria muda itu memegangi pipinya dengan sikap yang sombong dan menjengkelkan. Pada saat ini, ia hanya bisa tercengang dan tidak bisa percaya....     

  Di sisi lain, pria paruh baya itu sangat ketakutan hingga dirinya duduk di bangku sambil memegangi dada. Ia seolah-olah bisa kehabisan napas di detik berikutnya.     

  Apalagi... saat melihat tuan mudanya yang sudah besar ini ditampar... untuk yang pertama kalinya!     

  Mo Yangyang berkata dengan tidak sabar, "Kamu harus bersyukur karena yang kusiramkan tadi adalah air, bukan minyak cabai!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.