Menikahi Pria Misterius

Apa Kamu Jatuh Cinta Dengan Pria Lain?



Apa Kamu Jatuh Cinta Dengan Pria Lain?

Saat menelpon, Mo Weiyi sedikit ragu, dan akhirnya memilih untuk menelpon nomor Mo Yaoxiong.     

Jantung Tuan Mo Yaoxiong tidak selalu baik di sepanjang waktu, dan kesehatannya tampaknya semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Belum lagi, kakeknya selalu berharap setiap hari agar Weiyi bisa hamil sesegera mungkin dan memberinya cicit.     

Weiyi tidak ingin membuat lelaki tua itu seolah menerima sebuah pukulan keras darinya, karena ini benar-benar berita dadakan.     

Ponsel Mo Yaoxiong dengan cepat terhubung, dan dia menyapa, "Yiyi, ada apa?"     

"Ayah." Tenggorokan Mo Weiyi kering, dan dia melanjutkan, "Aku ingin bercerai."     

Mo Weiyi menatap pria di ranjang rumah sakit itu, yang melihat dirinya dengan ekspresi muram. Weiyi tidak tahu kalimat mana yang pria itu dengar. Seolah menyentuh hatinya, bibirnya yang tipis tiba-tiba melengkung menjadi lengkungan tipis.     

Mo Weiyi langsung berbalik, tidak ingin pria itu melihat wajahnya.     

Di telepon, Mo Yaoxiong tampak ketakutan dengan menjawab, "Apa?"     

Mo Yaoxiong tiba-tiba menaikkan volume suaranya dengan tidak percaya, dan berkata lagi, "Yiyi! Apa maksudmu!"     

"Aku bilang, aku ingin bercerai." Mo Weiyi kata demi kata yang dia lontarkan terkesan sangat serius, "Kami sudah membahasnya, jadi..."     

"Omong kosong!" Mo Yaoxiong berteriak keras, kemudian dia melanjutkan, "Apa kamu tahu apa yang kamu bicarakan? Pernikahan bukanlah permainan anak-anak! Segera panggil Yebai, dan aku akan bertanya padanya apa yang terjadi."     

"Jangan tanya dia, kami sudah membahasnya." Jawab Mo Weiyi.     

"Berikan ponselmu pada Yebai!" Imbuh Mo Yaoxiong.     

"Sekarang, yang penting aku sudah memberitahumu." Mo Weiyi selesai dan menutup telepon. Setelah memilah emosinya, dia berbalik dan menatap pria di ranjang rumah sakit lagi, sambil mengatakan, "Aku sudah bilang ke Ayah."     

Pria yang duduk di ranjang rumah sakit itu mengangkat matanya dan menatap matanya. Lalu dia menjawab dengan ketus, "Aku bilang, telepon Kakek."     

Mo Weiyi mengerutkan bibir merahnya dan berkata, "Kakekku sedang tidak sehat, kejadian ini terlalu mendadak, aku tidak ingin membuatnya jantungan."     

Mo Weiyi pikir penjelasan ini masuk akal.     

Siapa yang tahu bahwa ejekan di bibir tipis pria itu menjadi semakin jelas, dan dia berkata, "Begitukah?"     

Mo Weiyi meremas jarinya, dan ketika dia akan berbicara, ponsel itu tiba-tiba berdering. Dan ternyata ponsel itu milik Xiao Yebai.     

Pria itu melirik ke meja, dan berkata, "Tolong ambilkan ponselku."     

Wajah kecil Mo Weiyi seolah tampak dingin, lalu dia menjawab, "Apa kamu tidak punya tangan?"      

Memberinya air tadi saja sudah tindakan besar menurut Weiyi.     

Xiao Yebai memandangnya dengan ringan, dan dia merespon, "Aku sekarang seorang pasien."     

Mo Weiyi terdiam sejenak.     

Mau tidak mau Mo Weiyi berjalan, dan ketika dia mengambil ponselnya. Dia secara otomatis bisa melihat ID penelpon di layar ponselnya..     

Mo Weiyi mengerutkan kening, menyerahkan ponsel itu pada Xiao Bai, dan berdiri di sampingnya untuk mendengarkan pembicaraan mereka.     

Xiao Yebai menjawab telepon, "Ayah."     

Seolah siluet pria tampan itu tetap tidak bergerak. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya Mo Yaoxiong katakan padanya. Dia hanya menjawab, "Aku di rumah sakit, dan Yiyi juga ada di sini."     

Kemudian Xiao Bai menjawab beberapa kalimat, "Tubuhku sedikit tidak sehat." dan "Yah, dia ingin bercerai."     

Mendengar kalimat ini, Mo Weiyi hampir tidak bisa mengendalikan ekspresinya yang berkedut.     

Sial.     

"Pria sialan ini! Apa maksudmu... dia ingin cerai? Meski tidak salah, tapi…"     

Xiao Yebai mengangkat kelopak matanya dan menatapnya dengan ringan, lalu dia meletakkan ponsel di tangannya, "Ayah ingin bicara denganmu."     

Mo Weiyi benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi.     

Melihat bahwa Mo Weiyi tidak segera menjawab telepon, Xiao Yebai meletakkan ponselnya kembali di meja samping tempat tidur. Seolah Xiao Bai lelah menahannya.     

Mo Weiyi meliriknya. Ternyata telepon itu masih terhubung.     

Samar-samar Mo Weiyi bisa mendengar suara Mo Yaoxiong. Setelah beberapa saat, dia mengulurkan tangan, mengambilnya. Dan dia menyapanya, "Ayah."     

Mo Yaoxiong bertanya, "Yiyi, apa kamu jatuh cinta dengan pria lain?"     

Mo Weiyi tercengang dan terdiam untuk beberapa saat.     

"Siapa itu? Siapa namanya? Yiyi cepat bilang!" Mo Yaoxiong terus bertanya.     

"Tidak." Mo Weiyi menjawab dengan tidak sabar, dan pada saat yang sama, mau tak mau menatap pria di ranjang rumah sakit itu lagi.     

Mo Yaoxiong tampak lega dan menjawab, "Sebaiknya jangan cerai. Yiyi, karakter Yebai memang dingin. Tetapi di dalam hatinya hanya ada dirimu. Selama bertahun-tahun, dia telah melakukan begitu banyak hal untuk perusahaan dan untuk keluarga Mo kita. Sebagai seorang Istri, kamu harus memperhatikannya. Selama itu bukan masalah prinsip, jangan asal-asalan mengungkit kata cerai."     

"Aku tidak asal bilang ingin bercerai." Nada bicara Mo Weiyi tampak dingin, dan dia melanjutkan, "Aku benar-benar ingin bercerai."     

Di ranjang rumah sakit, mata pria itu seolah menyipit dengan dingin.     

"Beri tahu aku nomor bangsal Xiao Bai, dan aku akan pergi ke sana sekarang." Mo Yaoxiong berteriak dengan arogan.     

Mo Weiyi memberikan nomor bangsal Xiao Bai, dan akhirnya dia menambahkan, "Ngomong-ngomong, tolong mintal dua pelayan ke sini."     

Setelah menutup telepon, Mo Weiyi meletakkan ponselnya di meja, sambil berkata, "Karena masalah sudah ku katakan, aku akan pulang dulu."     

"Kamu mau ke mana?" Tanya Xiao Bai.     

Mo Weiyi menyentuh ujung rambutnya yang halus dan lembut dengan sikap acuh tak acuh, lalu dia menjawab dengan sinis, "Kita kan akan bercerai, untuk apa kamu peduli?"     

"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Ujar Xiao Bai.     

"Itu bukan urusanmu" Mo Weiyi sedikit tidak sabar.     

"Kenapa kamu tidak menelepon Kakek?" Xiao Bai bertanya sekali lagi.     

Mo Weiyi langsung menjawab, "Bukankah aku sudah bilang, kalau kakekku sedang tidak sehat, jadi aku tidak mau mengganggunya."     

"Bohong." Kata Xiao Bai dengan wajah tampak serius.     

Mo Weiyi menatapnya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata dengan sinis, "Memangnya kenapa? Apa kamu kira aku khawatir Kakek tahu dan akan memaksamu melaksanakan hukum keluarga Mo lagi? Kumohon padamu jangan berspekulasi seenaknya. Berhentilah menjadi orang yang egois, oke? Biar ku beritahu, aku sudah memikirkannya sebelum bilang ingin bercerai, jadi, aku sudah membayangkan semua konsekuensi setelah perceraian."      

Benar saja, wajah tampan Xiao Yebai tiba-tiba seolah menjadi dingin, mata hitamnya seperti menyipit menjadi garis lurus yang panjang dan sempit. Rahangnya seolah menegang, dengan memiliki kemarahan yang sangat terlihat jelas, seperti ada kesan…agresif pada dirinya.     

Mo Weiyi hanya menatapnya dengan wajah yang arogan, dan tiba-tiba ada semacam perasaan ketakutan di hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.