Menikahi Pria Misterius

Tidak Boleh Kehilangan Kesempatan



Tidak Boleh Kehilangan Kesempatan

0"Stasiun Televisi?" Tanya Su Wanwan.     
0

Zhao Qian'er menjelaskan dengan detail, "Ya, kesempatan ini sangat langka. Jika kamu melakukannya dengan baik, kamu tidak perlu khawatir tentang unit magang tahun depan. Jika kinerjamu baik, mungkin kamu bisa langsung bekerja tetap di sini."      

Zhao Qian'er adalah penduduk asli Nancheng, dan dia memiliki kepribadian yang sangat ceria, jadi dia sangat cocok untuk bekerja di stasiun TV.     

Hanya saja Su Wanwan tidak terlalu tertarik.     

Zhao Qian'er berkata lagi, "Merayakan tahun baru di jaman sekarang tidak begitu menyenangkan. Apa kamu tidak ingin memikirkannya lagi? Kita sekarang memiliki orang dalam seperti Pak Di, saat surat magang datang kita bisa dengan cepat mengambil tesis kelulusan dan sebagainya. Aku adalah orang pertama yang memberitahumu, kata Pak Di, dia hanya butuh tiga orang. Jika kamu tidak mengambil kesempatan ini sekarang, mungkin saja akan jatuh ke orang lain. Lebih baik kamu pikirkan lagi, jangan sampai melewatkan kesempatan ini, karena kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi!"      

Su Wanwan berpikir sejenak, tiba-tiba berkata, "Baiklah kalau begitu."     

Ada satu bulan waktu liburan, kecuali beberapa hari di Tahun Baru, setiap hari Su Wanwan hanya di rumah… uhuk, itu benar-benar liburan yang tidak masuk akal.     

"Bagus, kalau begitu aku akan menuliskan namamu dan menghubungimu lagi nanti." Kata Zhao Qian'er.     

"Baik." Balas Su Wanwan.     

Setelah menutup telepon, Su Wanwan menelepon Huo Jingshen lagi.     

Kali ini, akhirnya bisa tersambung. Saat hendak berbicara, Su Wanwan mendengar suara wanita yang manis menjawab teleponnya dan berkata, "Halo."     

"Siapa kamu?" Su Yan mengerutkan kening, lalu dia melanjutkan, "Kenapa kamu menjawab telepon Suamiku?"     

Fu Qi tidak mengharapkan Su Wanwan untuk bertanya secara langsung, jadi dia tertegun sejenak di telepon, dan kemudian suara gadis manis itu berkata lagi, "Aku Fu Qi, kakak Jingshen sedang mandi, aku khawatir kamu akan buru-buru menjemputnya. Ada apa? Apa ada masalah yang perlu kusampaikan ke Suamimu?"     

"Suamiku tidak membutuhkanmu untuk memberitahunya! Selamat tinggal!" Setelah mengatakan ini, Su Wanwan langsung menutup telepon.     

Bajing*n. Sial*n!     

Su Wanwan bekerja keras untuk mengemudi ke bandara dan menunggu lama. Huo Jingshen ternyata sudah tiba di rumah tanpa mengatakan apa-apa, dan membawa Fu Qi kembali. Dia bahkan meminta Fu Qi untuk menjawab panggilannya dan dia masih mandi?     

"Ahhhh sialan, aku sangat marah!     

Jadi ketika mobil melaju ke pusat kota, Ye Qitian tiba-tiba menelepon, nada suara Su Wanwan sangat agresif dan menjawab, "Kenapa!"     

"Dek, apa ujian akhirmu sudah selesai?" Tanya Ye Qitian.     

Su Wanwan menggertak dan berkata, "Ada apa, cepat katakan!"     

"Kamu Su kecil yang tidak berperasaan, kamu juga sudah lama tidak bertemu denganku, namun kamu begitu kejam padaku..." Ujar Ye Qitian.     

Su Wanwan menambahkan, "Cepat bicara kalau kamu ingin bicara sesuatu! Kalau tidak, aku akan menutup teleponnya"     

Ye Qitian buru-buru berkata, "Aku akan terbang kembali ke Los Angeles besok, apa bisa kamu memberiku alamatnya?"     

Su Wanwan membalasnya dengan sedikit bingung, "Alamat?"     

"Ya!" Ye Qitian melanjutkan perkataannya, "Berhenti bicara omong kosong, cepat beri aku alamatnya, dan aku akan segera ke sana."     

"Haoling, Jiuli Club house dekat Huanyu. Aku akan mengirimkanmu lokasinya." Jawab Su Wanwan.     

"Baik." Kata Ye Qitian.     

Su Wanwan segera menutup telepon, menyalakan navigasi, dan mengemudi langsung menuju club house.     

 **     

Vila Tianquan Huangting.     

Setelah telepon ditutup, Fu Qi segera kembali ke ruang tamu. Begitu Fu Qi meletakkan ponsel kembali di atas meja, dia mendengar suara anak itu, "Bibi, kenapa kamu menjawab telepon Paman Huo?"     

Fu Qi mengangkat kepalanya dan menatap pria kecil itu.     

Fu Ziyang baru saja turun dari lantai atas dan menatapnya dengan matanya yang besar, dengan wajah tembem seolah penuh keseriusan. Meskipun dia baru berusia lima tahun, nada tanyanya membuatnya merasa sedikit bersalah.     

Fu Qi berkata dengan lembut, "Bibimu yang menelepon. Aku takut dia sedang terburu-buru, jadi aku membantu menjawabnya."     

Fu Qi pikir penjelasan ini cukup jelas, siapa tahu...     

"Paman Huo tidak suka orang lain menyentuh barang-barangnya." Fu Ziyang berkata dengan jelas.     

Dituduh demikian oleh seorang anak berusia lima tahun, wajah Fu Qi menjadi sedikit panas, dan dia berkata, "Ziyang, kamu belum bertemu denganku selama beberapa bulan, dan kamu belum menciumku, kan?"     

Fu Ziyang mengerutkan bibirnya dan mengganti topik pembicaraan, "Bibi, kenapa Ayah tidak datang menemuiku?"     

"Ayahmu ada di rumah sakit." Kata Fu Qi.     

"Apa Ayah sakit?" Wajah kecil Fu Ziyang yang selalu tenang segera sedikit khawatir.     

"Yah, ayahmu..." Belum selesai bicara, pembicaraan Fu Qi langsung dipotong oleh seseorang.     

"Fu Qi." Suara yang agak keras terdengar, membuat Fu Qi langsung menutup mulutnya, dan wajahnya juga sedikit gugup.     

Huo Jingshen keluar dari ruang kerja. Ketika dia sampai di sana, dia melirik telepon di atas meja kopi, mengulurkan tangan dan mengambilnya, lalu menatap Fu Qi sambil mengatakan, "Ikut aku ke ruang kerja."     

"Oh." Fu Qi panik di dalam hatinya, bangkit dan mengikuti.     

 **     

Interiornya cerah, seluruh ruangannya berwarna hitam, putih dan abu-abu, yang persis sama dengan gaya seluruh vila. Rak buku di dua dinding penuh dengan berbagai buku, dan ada beberapa lukisan terkenal sederhana di dinding, yang menonjolkan sikap pemiliknya.     

"Fu Qi." Kata Huo Jingshen.     

Fu Qi buru-buru menjawabnya dan menatap pria yang duduk di belakang meja, "Kakak Jingshen, apa ada yang ingin kamu katakan padaku?"     

Huo Jingshen meletakkan ponsel dan menatapnya, kemudian dia mengatakan, "Kamu baru saja menjawab teleponku."     

Fu Qi mengangguk, memikirkan kata-katanya untuk waktu yang lama, lalu dia menambahkan, "Kakak ipar yang menelpon tadi. Dia menelpon dua kali berturut-turut. Aku tidak berani mengganggumu dan takut dia terburu-buru, jadi aku menjawab panggilan itu. Kakak, kamu tidak menyalahkanku, kan?"     

"Jangan sentuh ponselku lagi lain kali." Jawab Huo Jingshen dengan ketus.     

Fu Qi hanya bisa menjawab, "Kakak Jingshen, baik."     

Huo Jingshen memandangnya dengan acuh tak acuh, dan dia berkata lagi, "Kakakmu terluka parah, dan situasi politik di negara Y sedikit bergejolak, itu sebabnya kamu dikirim kembali ke Tiongkok agar aku membantu merawatmu..."     

"Baik." Kata Fu Qi dengan suara pelan.     

"Dan juga..." Suara dingin Huo Jingshen terdengar lagi, "Jangan beri tahu Ziyang tentang Xihan yang dirawat di rumah sakit dengan luka tembak, dia hanya anak kecil."     

"Oh, aku tidak memperhatikan hal itu. Maafkan aku." Fu Qi hanya bisa menunduk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.