Menikahi Pria Misterius

Bibi Kecil



Bibi Kecil

0Su Wanwan berdiri di toko mainan yang mempesona di pusat perbelanjaan, tempat itu sangat ramai dengan suara anak-anak dan orang tua yang asik mengobrol, juga ada suara mainan.     
0

Kemudian, Su Wanwan melihat seorang anak laki-laki berdiri di depan layar lebar memainkan game remote control.     

Dia bermain dengan cukup baik.     

Anak laki-laki itu sepertinya baru berusia lima atau enam tahun, kepalanya sebesar semangka dan wajahnya yang tanpa ekspresi terlihat agak dingin.     

Su Wanwan pergi untuk melihatnya dan bertanya kepada penjual di samping, "Berapa harga mainan ini?"     

Penjual itu meliriknya, "Lima ribu delapan ratus yuan."     

Su Wanwan terdiam.     

Saat ini Su Wanwan tidak mampu membelinya, jadi dia langsung menyelinap pergi.     

Ketika dia berbalik, Su Wanwan mendengar suara wanita yang akrab di telinganya, "Ono, tidak bisakah kita bermain di rumah saja?"     

Ternyata itu adalah Chu Jingyi.     

"Bu, jangan memaksaku!" Nada bicara anak laki-laki itu terdengar kesal, dia juga berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris.     

Saat ini Chu Jingyi juga melihat Su Wanwan, dia tertegun sejenak, kemudian sedikit mengaitkan bibir merahnya.     

Su Wanwan mengangguk dan berbalik untuk pergi.     

Tidak disangka Chu Jingyi memiliki anak sebesar itu?     

Dia sudah punya anak, kenapa masih ingin merayu suaminya?     

Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?     

**     

Su Wanwan akhirnya membeli satu set kamus idiom dan juga amplop merah besar.     

"Uhuk, uhuk, uhuk."     

"Harganya tidak mahal dan juga sangat praktis, semoga si kecil bisa mengerti maksud baik si bibi kecil ini!"     

Ketika Su Wanwan tiba di kompleks di Distrik X, waktu menunjukkan pukul sebelas pagi.     

Su Wanwan mendengar suara anak kecil dari pintu vila, sepertinya ada lebih dari satu anak.     

Ketika dia masuk, dia melihat Fu Ziyang duduk di sofa ruang tamu dengan topi ulang tahun berwarna-warni di kepala kecilnya.     

Awalnya itu terlihat sangat lucu, tapi pria kecil itu ternyata memiliki wajah dingin dan dia terlihat sangat serius.     

Ada anak lain yang duduk di sebelah kiri dan kanan Fu Ziyang, salah satunya adalah Shi Luoluo, gadis itu mengenakan kemeja korduroi merah dan jumpsuit putih, rambutnya dikepang dua, dia terlihat sangat sangat menggemaskan.     

Yang lainnya adalah anak laki-laki gemuk dengan plester di hidung kecilnya, dia terlihat agak lucu.     

Saat dia melihat Su Wanwan, Fu Ziyang langsung menyapanya, "Bibi Kecil."     

"Ziyang, ini hadiah ulang tahun dari bibi kecilmu, apa kamu menyukainya?" Su Wanwan segera memberinya hadiah yang dipilih dengan cermat.     

Wajah kecil Fu Ziyang sedikit berkedut, "Terima kasih, Bibi, aku sangat menyukainya."     

"Baiklah." Su Wanwan menyentuh kepala kecilnya dan tersenyum, kemudian mengeluarkan amplop merah, "Oh iya, ini ada amplop merah untukmu."     

"Terima kasih, bibi."     

"Halo, kakak." Shi Luoluo juga menyapa Su Wanwan.     

Bocah gemuk itu juga melihatnya dan segera mengikuti, "Halo, kakak."     

Tapi Fu Ziyang tiba-tiba berbicara ketika Su Wanwan akan menyerahkan amplop merah itu, "Kamu tidak boleh memanggilnya kakak."     

Shi Luoluo memiringkan wajah kecilnya, "Tapi Huanhuan bilang kalau aku harus memanggil kakak saat bertemu dengan kakak yang cantik ini."     

"Ya, benar." Pria gemuk kecil itu terus berteriak.     

Fu Ziyang memasang wajah dingin dan ekspresi serius, "Dia adalah bibi kecilku, jadi kamu tidak boleh memanggilnya kakak perempuanmu, jika tidak urutan generasi akan kacau."     

Wajah Su Wanwan menjadi muram.     

"Senioritas?"     

"Apa-apaan?"     

Shi Luoluo bertanya dengan suara selembut susu, "Lalu aku harus memanggilnya dengan sebutan apa?"     

Bocah gemuk itu melanjutkan, "Ya, lalu aku harus memanggilnya apa?"     

Fu Ziyang berkata dengan serius, "Kalian juga bisa memanggilnya bibi kecil."     

Lalu…     

Shi Luoluo memanggil dengan patuh, "Halo, bibi kecil."     

Bocah gemuk itu juga mengikutinya, "Halo, bibi kecil."     

Su Wanwan terdiam.     

Su Wanwan baru berusia dua puluh tahun, mengapa tiba-tiba dia memiliki begitu banyak keponakan kecil?     

Untungnya saat itu Nyonya Huo segera keluar, "Su Wanwan, ini adalah teman sekelas Ziyang, mereka datang untuk merayakan ulang tahun Fu Ziyang.     

Su Wanwan mengangguk, baru saja Su Wanwan hendak berbicara ...     

"Nenek, Anda salah." Bocah gemuk itu tiba-tiba berbicara, "Shi Luoluo adalah pacar Fu Ziyang, dan aku teman baik Fu Ziyang!"     

Shi Luoluo menatapnya dengan acuh tak acuh.     

Wajah Fu Ziyang terlihat sangat serius.     

Nyonya Huo tertawa, "Oh, ternyata pacar, maaf, nenek sudah terlalu tua, jadi nenek mudah lupa."     

Bocah gemuk itu terus menjelaskan, "Karena saat aku bertengkar dengan Fu Ziyang, aku tidak bisa mengalahkannya, jadi aku memberikan Shi Luoluo kepada Fu Ziyang sebagai pacarnya!"     

Su Wanwan terdiam.     

Ternyata bocah gemuk ini adalah pelaku dalam pertarungan hari itu, tidak heran ada plester di hidungnya.     

"Ayahku berkata kalau seorang pria harus rela mengaku kalah. Benar kan, Fu Ziyang?"     

Fu Ziyang tersenyum, "Ya."     

"Ayahku juga bilang kalau tujuan pacaran adalah menikah, jadi kalau Fu Ziyang dan Shi Luoluo menikah, maka Shi Luoluo akan menjadi saudara iparku."     

Fu Ziyang terseyum lagi, "Ayahmu benar."     

Su Wanwan terdiam.     

"Apa-apaan ini!"     

"Kalian berdua anak bawang, apa kalian pernah meminta pendapat gadis itu?"     

Su Wanwan melihat kearah Shi Luoluo lagi, dia sedang memegang permen lolipop tujuh warna di tangan kecilnya, dan wajahnya sangatlah imut.     

Dia sepertinya tidak tahu bahwa hidupnya telah diputuskan dengan sangat cepat.     

**     

Meski pesta itu hanya dihadiri oleh tiga anak kecil, tapi pesta ulang tahun berlangsung meriah.     

Su Wanwan bermain dengan anak-anak itu sebentar setelah makan siang.     

Sebenarnya, tujuan utamanya adalah untuk bermain dengan Shi Luoluo dan bocah gemuk itu, tapi ternyata Nyonya Huo ikut bermain dengan mereka.     

Fu Ziyang duduk di sofa dengan khusyuk, dia memandang Kakek Huo yang sedang duduk di kursi Taishi dan membaca koran dari kejauhan.     

Sekitar pukul tiga sore, bocah gemuk itu menerima telepon dari ayahnya dan dibawa keluar oleh seorang pelayan.     

Su Wanwan melihat waktu dan bertanya, "Luoluo, apa ibumu akan menjemputmu?"     

Shi Luoluo menggelengkan kepalanya, "Huanhuan yang akan datang dan menjemputku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.