Menikahi Pria Misterius

Tidak Bisa Hidup Tanpa Uang



Tidak Bisa Hidup Tanpa Uang

0Su Wanwan mengira foto yang diambilnya kurang bagus, jadi dia berdiri di jendela dan menyesuaikan sudut gambar, kali ini dia tersenyum dan mengambil selfie lagi dan mengirimkannya.     
0

Ia merasa fotonya sudah sempurna.     

Lalu…     

[Sayang kirim foto lagi.]     

"Sialan!"     

Kemarahan Su Wanwan segera meluap, [Apa dua foto tadi tidak cukup untuk kamu lihat!]     

Tapi jawaban Huo Jingshen malah membuat Su Wanwan semakin kesal, [Kirim foto full body.]     

Su Wanwan langsung marah, [Aku sendirian di asrama, bagaimana bisa aku memotret full body sendiri?]     

"Lagipula, bukankah sudah cukup bagus bisa melihat wajah? Kenapa dia masih harus melihat seluruh tubuh? Apa yang dia ingin lakukan dengan foto seluruh tubuh?"     

Kemudian Huo Jingshen langsung meminta panggilan video.     

Su Wanwan terbatuk dua kali dan akhirnya dia menekan tombol jawab.     

Layar ponsel langsung menampilkan wajah tampan seseorang yang sangat besar.     

Saat dia mengangkat ponselnya…..     

Su Wanwan tersipu.     

"Astaga!"     

"Kenapa kamu tidak memakai pakaian!" Su Wanwan segera menjauhkan ponselnya, agar dia tidak bisa melihatnya.     

Di layar menunjukkan pria itu tidak mengenakan apa-apa di tubuhnya, meskipun dia tidak bisa melihat bagian bawah karena ukuran layar, tapi Su Wanwan bisa melihat suaminya yang telanjang dada.     

Huo Jingshen berkata, "Ini baru jam tujuh pagi di London, dan aku baru saja bangun."     

Su Wanwan tidak menjawab, "Baiklah."     

"Sayang." Huo Jingshen berkata dengan suara rendah, "Apa kamu merindukan suamimu?"     

"Tidak." Kata Su Wanwan dengan tegas.     

Wajah Huo Jingshen segera berubah menjadi muram, "Jadi seperti itu, aku baru teringat karena kemarin buru-buru dinas ke luar negeri, suamimu sampai lupa memberi uang saku untukmu..."     

"Aku rindu, rindu, rindu." Su Wanwan segera memotongnya.     

Su Wanwan tidak bisa hidup tanpa uang.     

"Siapa yang kamu rindukan?" Huo Jingshen mengangkat alisnya. Tatapan itu benar-benar arogan dan jahat.     

"Aku merindukanmu." Su Wanwan menundukkan kepalanya, "Demi uang."     

Bagi Su Wanwan, suaminya yang ada di depan layar ini terlihat menjijikan.     

"Siapa aku?" Huo Jingshen menggodanya dengan sengaja.     

Su Wanwan terbatuk dua kali, "Suami."     

"Tambahkan dan katakan secara bersama-sama."     

Su Wanwan menggertakkan giginya, lalu meremas tenggorokannya dan berkata, "Aku merindukan suamiku, dan suamiku akan memberiku uang!"     

Huo Jingshen tidak bisa menahan tawa, "Bagus, cium suamimu."     

Kali ini, Su Wanwan langsung cemberut, "Bisa tidak kamu tidak menyusahkanku!"     

"Demi lima ribu yuan, cium atau tidak?"     

 "Aku tidak mau."     

"Sepuluh ribu yuan."     

"Aku bahkan tidak ingin 10.000 yuan."     

"Lima puluh ribu yuan."     

"Suamiku, mwahhhh." Su Wanwan segera berteriak.     

Huo Jingshen terdiam.     

"Dasar pecinta uang!"     

Su Wanwan menerima transfer WeChat sambil tersenyum, dia menerima 50.000 yuan itu!     

"Oke, aku mau melanjutkan belajarku dulu, sampai jumpa."     

"Baiklah, kita lanjutkan nanti malam."     

"Terus kamu akan memberiku uang saku lagi?" Mata Su Wanwan berbinar.     

Kalimat "suami, mwahh" bisa menghasilkan 50.000 yuan.     

Kalau Su Wanwan mengatakan hal itu lagi, mungkinkah dia bisa mendapatkan mobil mewah?     

Huo Jingshen tersenyum sedikit, "Kita lanjutkan dengan panggilan video."     

Su Wanwan terdiam.     

Tidak tahu malu.     

**     

Beberapa hari kemudian, hari-hari Su Wanwan berlalu dengan damai.     

Sampai di akhir pekan, tepat setelah dia bangun tidur, Nyonya Huo meneleponnya.     

"Wanwan, hari ini adalah hari ulang tahun Ziyang. Ayo datang ke rumah untuk makan siang."     

"Baiklah nek."     

Karen Fu Ziyang ulang tahun, Su Wanwan segera berkemas setelah menjawab telepon, lalu dia pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli hadiah ulang tahun.     

Tidak disangka, begitu Su Wanwan turun, dia melihat dua teman sekelasnya berdiri di gerbang asrama.     

...     

Lin Qiao menatap Su Wanwan, temannya yang lain mendekat dengan anggun dari sisi lain.     

Su Wanwan memakai mantel tunik putih dengan gaun bagian dalamnya berwarna merah muda, dia mengenakan sepatu bot pendek, dan juga tas tangan kulit anak sapi bersablon sutra di tangannya, Su Wanwan terlihat sangat cantik dan modis.     

Lin Qiao tidak berbicara, tapi teman sekelas perempuan di sampingnya menyapa lebih dulu, "Su Wanwan, apa kamu akan pergi berkencan?"     

Su Wanwan terlalu malas untuk menjelaskan, dia hanya tersenyum dan pergi.     

Teman sekelasnya itu mendecakkan lidahnya, "Su Wanwan ini terlalu dingin, bukan?"     

Lin Qiao mencibir, "Dia memang sangat dingin, apa kamu melihat tas tangan yang dia bawa?"     

Teman sekelas itu sibuk melihat tas yang dipakai Su Wanwan.     

"Tas itu harganya lebih dari 80.000 yuan."     

"Apa? lebih dari 80.000 yuan? Gila mahal sekali?"     

"Gadis itu adalah gold digger, Su Wanwan adalah simpanan om-om kaya. Tas 80.000 yuan tidak ada artinya, dibanding dengan biaya hidup yang diberikan om-om kaya itu pasti ratusan ribu yuan."     

Teman sekelas itu mengerutkan keningnya, "Masa sih? Aku pikir Su Wanwan terlihat sangat polos, tidak mungkin kan dia seperti itu?     

"Apa kamu tidak percaya?" Lin Qiao mencibir, "Apa kamu mau ikut denganku untuk mengikutinya? Aku jamin dia berkencan dengan pria tua yang jahat."     

"Bukankah hal ini tidak baik?"     

"Sudah, ikuti aku saja." kata Lin Qiao, menyeretnya untuk mengikuti diri Su Wanwan.     

Su Wanwan berjalan tanpa melihat ke belakang, karena di pagi hari ada banyak orang pergi ke kantin untuk makan, dia tidak melihat ada orang yang mengikutinya di sepanjang jalan.     

Baru saja Su Wanwan meninggalkan gedung asrama dan pergi ke luar, tapi dia langsung berbalik dan berjalan menuju bagian belakang kampus.     

Teman sekelasnya itu mulai berbisik, "Dia sepertinya tidak akan berkencan."     

Lin Qiao juga mulai mengerutkan kening, "Su Wanwan berpakaian sangat indah, kenapa dia tidak pergi berkencan dengan om-om kaya itu?"     

Kemudian, dia melihat Su Wanwan pergi ke tempat parkir di belakang kampus, dia mengeluarkan sebuah kunci mobil lalu menekan tombol buka kunci dan masuk ke dalam mobil merah dan pergi.     

"Apa kamu melihatnya?" Lin Qiao terkejut dan bersemangat. "Dia dulu selalu bersama pria berbeda yang mengendarai mobil mewah untuk menjemputnya setiap saat. Sepertinya sekarang Su Wanwan membujuk om-om kaya itu untuk membelikannya mobil!"     

Teman sekelas itu terdiam.     

"Benar-benar mengejutkan!"     

**     

Saat ini Su Wanwan benar-benar tidak tahu hadiah apa yang disukai anak laki-laki berusia lima atau enam tahun.     

Dan uangnya juga terbatas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.