Menikahi Pria Misterius

Perempuan Lemah



Perempuan Lemah

0Namun, dia telah mengabaikan satu hal, Mo Weiyi tidak pernah hamil sekalipun. Saat dia mengatakan itu, dia hanya asal bicara dan sengaja ingin membuat Mo Weiyi terlihat menyedihkan... Jadi dia tidak terlalu memikirkannya.     
0

Setelah Qu Yunyao pergi, Mo Weiyi segera menelepon orang rumah dan meminta Shi Bo untuk menyuruh seseorang membawakan hadiah yang ada di kamarnya ke Vila Teluk Lishui agar Qu Yunyao tidak mengingatkannya lagi dan lagi. Itu benar-benar menjengkelkan.     

.....     

Xiao Yebai segera kembali setelah menyelesaikan prosedur kepulangan.     

Mo Weiyi mendekatinya dan meraih lengan Xiao Yebai, dia mengangkat wajahnya dan menatapnya dengan gigi yang bersinar, "Xiaobai, sebentar lagi adalah hari ulang tahunmu, kali ini aku ingin memesan kamar presiden Huashang, boleh?"     

Xiao Yebai berkata dengan suara rendah, "Terserah kamu saja."     

Mo Weiyi merasa sangat senang, dia langsung membuat reservasi sambil berjalan.     

Terakhir kali, karena si pelacur Xiao Zhiwei tiba-tiba kembali ke China, dia mengacaukan semua rencananya. Kali ini, dia harus merencanakan dengan baik dan membiarkan Xiao Yebai memiliki ulang tahun yang tak terlupakan!     

*     

*     

Setibanya di Vila Teluk Lishui, Xiao Yebai berganti pakaian dan pergi ke perusahaan, sementara Mo Weiyi berendam lama di kamar mandi.     

Hampir setengah hari Mo Weiyi habiskan waktunya untuk berendam, dia melihat ada panggilan tak terjawab dari Su Wanwan.     

"Su Wanwan sayang, aku di rumah. Aku demam dan izin tidak hadir."     

"Kamu benar-benar perempuan lemah. Sedikit-sedikit kamu terluka atau sakit. Kamu benar-benar tidak tekun belajar." Su Wanwan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluh.     

"Oh iya, aku tidak bisa menemanimu makan hari ini, aku akan menemanimu besok."     

"Baiklah, Jaga dirimu baik-baik."     

"Oke."     

*     

*     

Su Wanwan menutup telepon dan pergi ke kantin sendirian.     

Karena hari ini tidak ada Mo Weiyi, dia berencana hanya membeli makanan dan membawanya ke asrama, tapi tiba-tiba seseorang memanggilnya saat dia hendak pergi.     

"Wanwan."     

Bai Ruwei sedang duduk di meja makan di dekat lorong, kursi di depannya terlihat kosong, "Tidak ada orang di sini, makan di sini saja."     

Su Wanwan tampak ragu-ragu, lalu dia berjalan mendekat.     

"Wanwan, aku menerima telepon dari kantor Mo pagi ini. Mereka mengatakan kalau beasiswaku disetujui. Terima kasih banyak."     

"Untuk apa berterima kasih padaku?"     

"Pasti kamu telah mengatakan hal-hal baik kepada Kak Mo. Wanwan, kamu benar-benar orang yang sangat baik. Aku bahkan tidak tahu bagaimana harus berterima kasih."     

"Aku tidak berbuat banyak, selain itu, masalah itu tidak ada hubungannya denganku."     

Dia selalu merasa bahwa Bai Ruwei sedikit terlalu ramah dan positif.     

"Ngomong-ngomong, apa kamu akan pergi melihat pidato di auditorium sekolah sore ini?" Tanya Bai Ruwei sambil tersenyum.     

"Pidato apa?"     

"Mengenai bagaimana menjadi seorang wanita yang hebat, pembicaranya kalau tidak salah seorang pelukis cantik yang baru saja kembali dari luar negeri, namanya... Chu Jingyi?"     

Wajah kecil Su Wanwan terlihat muram, "Aku tidak pergi."     

"Wanita yang hebat?"     

"Dilihat dari sisi manapun Chu Jingyi sama sekali tidak cocok disebut hebat, dia mencoba berhubungan dengan suami orang lain, lalu dari mana bisa dia disebut sebagai wanita yang hebat?"     

Bai Ruwei menatapnya dengan hati-hati, "Wanwan, apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"     

"Tidak ada hubungannya denganmu." Setelah itu Su Wanwan menundukkan kepalanya dalam-dalam dan kembali makan dalam diam.     

Bai Ruwei juga tidak berani berbicara lagi.     

…..     

"Wanwan, aku akan bekerja dulu, lain kali aku akan mentraktirmu dan Kakak Mo makan siang." Kata Bai Ruwei setelah selesai makan.     

"Tidak perlu." Su Wanwan langsung menolak.     

"Tapi aku benar-benar berterima kasih kepada kalian. Sebelumnya biaya kuliahku setiap semester terlalu mahal tapi, sekarang aku telah mendapatkan beasiswa, aku bisa menghemat banyak uang. Aku sangat ingin mentraktir kalian makan enak."     

"Sungguh tidak perlu." Kata Su Wanwan, "Dalam waktu dekat aku harus mengikuti ujian bahasa inggris tingkat empat, dan aku akan jarang datang ke kampus, jadi pasti kita akan susah bertemu. Kalau kamu punya uang, simpan saja dulu. Kalau perlu kamu juga bisa menggunakannya untuk mencari pekerjaan setelah lulus nanti, untuk mencari rumah dan segala macam keperluan setiap hari, yang semuanya membutuhkan uang."     

"Aku mengerti." Bai Ruwei mengangguk, "Kalau begitu jika nanti ada kesempatan, aku akan mentraktir kalian. Pokoknya, aku tidak akan melupakan bantuan yang telah kalian berikan kepadaku. Bagiku, kalian adalah penolongku."     

Su Wanwan terdiam, ia lalu berpamitan dengan Bai Ruwei, dan karena dia tidak ada kelas lagi sore ini, jadi dia langsung kembali ke asrama.     

Mungkin karena ujian akan segera tiba, seluruh murid sibuk mengulang pelajaran dan bahkan Lin Qiao itu juga sibuk belajar.     

Selain itu, Huo Jingshen juga sedang dinas, tidak ada yang mengusiknya lagi! Su Wanwan memutuskan untuk tidak pulang bulan ini!     

Dia merogoh kamus bahasa Inggris dari dalam tas kemudian berbaring di tempat tidur dan mulai menghafal tanpa ada gangguan.     

Tapi ketenangan itu tiba-tiba berakhir sampai ketika teleponnya berdering.     

Kali ini yang menghubunginya adalah Zhao Qian'er.     

"Wanwan, ada seorang pelukis cantik yang memberikan pidato nanti sore. Apa kamu mau pergi bersamaku?"     

"Tidak mau."     

"Lihat saja sebentar, Kalau tidak menarik kita keluar..."     

"Tidak mau, kalau mau pergi, pergi saja sendiri, Aku tutup teleponnya!" Setelah itu, Su Wanwan langsung menutup teleponnya.     

"Satu orang, dua orang, kenapa mereka harus pergi menyaksikan pidato si nenek lampir?"     

"Lalu aku harus duduk dan mendengarkan wanita itu berbicara dan bertepuk tangan untuknya?"     

"Haha."     

"Tidak sudi."     

Tak disangka beberapa saat kemudian Zhao Qian'er kembali menelponnya, "Astaga, aku kenal wanita cantik ini, dia adalah teman pamanmu!"     

Su Wanwan terkejut, "Pamanku?"     

"Benar, bukankah kita pernah bertemu pamanmu di luar warnet Hero, si Tuan Huo itu, yang saat itu sedang bersama wanita cantik ini."     

Su Wanwan terdiam.     

"Apa aku harus bertanya padanya nanti, sebenarnya ada hubungan apa antara dia dan Tuan Huo? Mungkin..." Zhao Qian'er sangat bersemangat mengatakan itu.     

"Coba saja!"     

Su Wanwan tiba-tiba duduk, "Zhao Qian'er, jika kamu berani menyebut Huo Jing... Tuan Huo, kita putus pertemanan!"     

"Kenapa kamu begitu berlebihan? Nanti ada sesi tanya jawab, akan kutanyakan, siapa suruh kamu tidak datang?"     

"Pokoknya, kamu tidak boleh menanyakan hal itu, apakah kamu mendengarkanku?"     

"Memangnya kenapa?"     

"Pokoknya tidak boleh!"     

Zhao Qian'er terdiam.     

Apakah caranya meminta terlalu berlebihan?     

"Dengar tidak?"     

Zhao Qian'er berdehem, "Baiklah."     

Setelah menutup telepon, Su Wanwan menjadi semakin marah ketika dia memikirkan wanita itu.     

"Dasar bajingan sialan!"     

Padahal sudah tidak ada siapapun yang mengganggunya, masih saja ada kekacauan yang harus dia hadapi.     

"Zhao Qian'er tidak mungkin menanyakan hal itu, kan?"     

"Jika terus mengingat namanya…"     

"Sial!"     

"Bukankah semuanya sudah terungkap saat itu?" Su Wanwan merasa sedikit kesal.     

Karena semakin tidak tahan, dia membuka WeChat kemudian membuka chat Huo Jingshen.     

Sejak pria itu mengatakan dia akan melakukan perjalanan bisnis, keduanya belum saling menghubungi, dan pesan terakhir mereka adalah beberapa hari yang lalu.     

Dia ingin mengirim pesan untuk memarahinya, tapi layar ponselnya tiba-tiba menyala dan kemudian…     

[Huo Jingshen meminta untuk melakukan panggilan video denganmu.]     

"Apa-apaan!"     

Mata besar Su Wanwan langsung melotot.     

"Panggilan video?"     

Saat ini Su Wanwan sedang berbaring di tempat tidur yang acak-acakan, dan kamarnya juga berantakan.     

Su Wanwan dengan cepat merapikan kamarnya, lalu berencana untuk mengangkat panggilan itu saat dia telah beres merapikan, tapi di tengah kesibukannya, panggilan itu terputus.     

Kemudian Huo Jingshen mengirim pesan.     

Hanya ada satu simbol.     

[?]     

Su Wanwan berdehem, lalu mulai mengetik dan bertanya kepadanya: [Apa yang sedang kamu lakukan?]     

Huo Jingshen menjawab dalam sedetik: [Aku merindukan sayangku, dan aku ingin melihat sayangku.]     

Su Wanwan terdiam.     

"Dia baru dinas sehari!"     

[Sedang sibuk?]     

Su Wanwan kemudian menjawab: [Ya, Aku sedang di kelas.]     

Huo Jingshen mengirim emoticon senyum, kemudian…     

[Sayang kamu jahil sekali, kamu tidak ada kelas sore ini.]     

"Sial!"     

"Su Wanwan kembali memelotot, apa orang ini punya mata-mata?"     

"Bagaimana dia tahu kalau aku tidak ada kelas sore ini?"     

Huo Jingshen kembali mengirim pesan: [Aku beri satu menit, kamu harus membuat panggilan video]     

Su Wanwan terdiam: [Bukankah sama saja seperti mengirim pesan?]     

[Tidak sama, suamimu mau melihatmu.]     

Su Wanwan berpikir sejenak, dia merapikan rambutnya lalu mengambil ponselnya dan berfoto, kemudian mengirimkan foto itu pada Huo Jingshen     

[Lihat anak jelek ini!]     

*     

*     

London, Inggris.     

Huo Jingshen hendak melakukan panggilan video lagi, tetapi Su Wanwan mengirimkan foto selfie.     

Dari latar belakangnya, bisa ditebak dia sedang berada di asrama.     

Rambutnya yang tidak diikat berwarna hitam dan keriting semakin terlihat indah dan halus. Gadis itu memiliki wajah yang kecil putih dengan garis wajah yang tegas.     

Dia juga tidak memakai riasan, tapi mata almond yang indah itu menatap kamera seolah-olah sedang menatapnya, matanya terlihat berbinar-binar, tanda lahirnya juga terlihat indah di ujung matanya, dan matanya melihat lurus lekat-lekat, seakan tertuju padanya...     

Huo Jingshen melihat ke bawah, Su Wanwan mengenakan sweater hitam dengan desain leher V, memperlihatkan lehernya yang ramping. Tulang lehernya yang halus dan ramping terlihat sangat mencolok.     

Mata hitam Huo Jingshen terbenam.     

"Dia seperti peri!"     

Melihat selfie ini saja sudah membuatnya sedikit...     

*     

*     

Kemudian, Su Wanwan menerima pesan.     

[Sayangku, kirim gambar lagi.]     

Su Wanwan memutar matanya, dia mengambil selfie lagi dan mengirimkannya.     

Tidak disangka.     

[Sayang, kirim lagi.]     

Su Wanwan mengira foto yang diambilnya kurang bagus, jadi dia berdiri di jendela dan menyesuaikan sudut gambar, kali ini dia tersenyum dan mengambil selfie lagi dan mengirimkannya.     

Ia merasa fotonya sudah sempurna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.