Menikahi Pria Misterius

Disayang Tapi Tidak Dimanja



Disayang Tapi Tidak Dimanja

Su Wanwan mengedipkan matanya dan menggigit pena dengan mulut kecilnya, "Sepertinya... aku sedikit mengerti."     

Bukankah itu termasuk manajemen keuangan, atau saham?     

"Sayangku, kamu sekarang masih mahasiswa, belajar adalah prioritas utamamu. Kamu tidak akan kekurangan apapun. Suamimu adalah milikmu, kamu baru berusia dua puluh tahun sekarang, aku ingin bertanggung jawab untuk masa depanmu. Aku menyayangimu tapi aku tidak memanjakanmu, itu hanya akan menyakitimu. Hal yang sama berlaku juga untuk Ziyang."     

Kata-kata ini keluar dengan sangat mulus, tapi mulut Su Wanwan berkedut saat dia mendengarkan hal ini, lalu dia melemparkan pena, "Kapan kamu menyayangiku? Kenapa aku tidak merasakannya?"     

Sepanjang hari, kecuali untuk mencegah Su Wanwan untuk melakukan hal yang dia inginkan, sisa waktunya dipakai untuk melakukan hubungan suami istri!     

"Masih bilang kasih sayang?"     

Bukankah Huo Jingshen baru saja memasak untuknya, menunjukkan film padanya, dan membeli beberapa pakaian dan perhiasan?     

Huo Jingshen tersenyum, "Apa kamu pikir suamimu tidak menyukaimu sekarang? Kamu lupa dengan begitu cepat ya? Apakah perlu kita membahasnya lagi?"      

"Tidak perlu, tidak perlu." Su Wanwan buru-buru mengambil penanya, "Aku mau belajar lagi."      

"Baiklah, kerjakan dengan baik."      

Su Wanwan terdiam. Dia selalu merasa ada yang tidak beres dari suaminya. "Huh!"     

Su Wanwan saat ini menjadi takut saat mendengar kata-kata 'Pekerjaan Rumah', dan 'Membahas.'     

...     

Su Wanwan pikir dia akan terganggu dengan pria besar di sebelahnya.     

Tidak disangka, saat Su Wanwan benar-benar berniat serius untuk belajar, mengerjakan soal, menghafal kata-kata, menghafal tulisan dan membuat berbagai suara, Huo Jingshen tetap diam dan sibuk dengan urusannya sendiri...     

Dia merasa momen itu luar biasa harmonis, dan perasaan seperti ini membuat Su Wanwan senang.     

Mereka berdua seperti sedang berdamai satu sama lain, masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri, dan waktu berlalu dengan cepat.     

Pada saat Su Wanwan menyelesaikan semua tugasnya untuk hari itu, dia melihat ke arah jam, sekarang sudah hampir jam dua belas malam.     

Dia teringat kalau besok pagi dia harus bangun pagi-pagi untuk mengikuti kelas pagi, jadi Su Wanwan segera berdiri, "Aku sudah selesai, aku mau tidur."     

"Biar suamimu memeriksanya dulu." Lalu dia meletakkan laptopnya.     

Su Wanwan mengerucutkan bibirnya, "Ini adalah pertanyaan untuk CET 4, dan ini semua tentang hafalan. Kamu tidak perlu memeriksanya."      

Tapi Huo Jingshen sudah menghampirinya, lalu meraih buku "2017 English Level 4 Zhenti" dengan jari-jarinya yang indah, dia memeriksanya dengan serius lalu berkata dengan santai, "Kamu duluan saja naik ke atas dan berbaring."      

"Berbaring?"     

Su Wanwan tertegun sejenak, lalu dia merasa sangat malu, "Dasar bajingan tak tahu malu! Ini sudah jam dua belas, aku kan ada kelas besok pagi, sekali saja! sedikit lebih terkendali!"      

Huo Jingshen mengerutkan keningnya, matanya beralih dari buku latihan ke wajah Su Wanwan, ekspresi dan nada suaranya sangat serius, "Aku memintamu untuk naik ke atas lalu berbaring dan tidur, apa yang kamu pikirkan? Sepanjang hari, kecuali untuk melakukan hal itu, apa tidak ada hal lain yang bisa kamu pikirkan? Sayangku, apa kamu merasa malu? Apa kamu tidak bisa berpikir lebih sehat?"      

Su Wanwan terdiam. "Sialan!"     

*     

*     

Keesokan paginya.     

Karena dia tidur nyenyak di malam sebelumnya, Su Wanwan bisa bangun lebih awal.     

Tidak disangka suaminya sudah turun ke lantai bawah lebih cepat darinya.     

"Ayo sarapan dulu."      

Huo Jingshen berdiri di samping meja makan dan sudah menggunakan kemeja dan celana panjang yang disetrika dengan baik sehingga dia terlihat sangat menawan.     

"Itu hanyalah binatang buas dalam mantel elit!" Pikir Su Wanwan.     

Siapa yang tahu kalau sebenarnya suaminya ini adalah orang jahat?      

"Selamat pagi bibi kecil."      

Su Wanwan terbatuk pelan dan menatap Fu Ziyang ketika mendengar pria kecil itu menyapanya, "Pagi, Ziyang."     

Lalu Su Wanwan berjalan mendekat.     

"Wow."     

Wonton kecil yang hangat, panekuk daun bawang, sosis goreng yang harum dan telur goreng, serta mentimun dingin, lobak manis dan asam parut, bunga rinpoche…     

Ini sudah lebih dari cukup.     

Su Wanwan segera menatap Huo Jingshen, "Kenapa kamu membuat begitu banyak sarapan?"     

Bahkan rasanya makanan ini terlalu banyak untuk tiga orang.     

Huo Jingshen tersenyum, "Kamu dan Ziyang belajar terlalu keras tadi malam, jadi aku akan memberi kalian nutrisi tambahan."     

Fu Ziyang memakannya sambil tersenyum, sementara Su Wanwan mengambil mentimun dengan sumpit dan membantingnya.     

"Huh! Jangan kira aku tidak tahu apa yang kamu maksud!"     

*     

*     

Setelah sarapan, Huo Jingshen yang berada di suasana hati yang baik langsung mengantar keduanya ke sekolah.     

Seperti biasa, mereka akan mengantar Fu Ziyang ke sekolahnya terlebih dulu.     

Huo Jingshen memarkirkan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah, "Ziyang, di sekolah kamu harus patuh, mendengarkan kata-kata guru dan jangan membuat masalah dengan anak-anak. Kamu masih muda, jadi jangan sampai memiliki pemikiran yang seharusnya belum boleh kamu miliki…"     

"Berhenti!" Su Wanwan buru-buru memotongnya.     

Huo Jingshen terdiam.     

"Ziyang, apa kamu melihat Luoluo di depan?" Su Wanwan tiba-tiba menunjuk ke depan.     

Fu Ziyang langsung mendongakkan kepalanya.     

Benar-benar.     

Shi Luoluo turun dari mobil merah, dia melambaikan tangannya dan berjalan masuk.     

Fu Ziyang segera mendorong pintu mobil hingga terbuka, "Selamat tinggal Paman Huo, selamat tinggal Bibi."     

Huo Jingshen terdiam.     

Fu Ziyang bahkan tidak menoleh ke belakang lagi, sementara itu wajah tampan Huo Jingshen berubah menjadi muram.     

"Cepat pergi, aku sudah hampir telat." Su Wanwan mengingatkan.     

Huo Jingshen tidak punya pilihan selain menyetir mobil itu keluar dari sekolah Fu Ziyang. Su Wanwan mengeluarkan kamus lagi dan terus menghafalkannya di sepanjang perjalanan.     

Huo Jingshen memperhatikan istrinya ketika mereka sedang berhenti di lampu merah, buku itu adalah pemberian anak bernama Jiang Shuhao pada istrinya.     

...…..     

"Tanggal berapa ujiannya?" Tanya Huo Jingshen secara tiba-tiba dengan suara rendah ketika mereka sampai di depan kampus.     

"Tanggal lima belas bulan depan."     

Lalu Huo Jingshen berbicara lagi, "Suamimu akan pergi untuk perjalanan bisnis sore ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.