Menikahi Pria Misterius

Hamil



Hamil

0"Benarkah?" Xu Jing masih tidak percaya     
0

Xu Jing merasa anaknya menunjukkan gejala saat awal kehamilan. Dia sudah pernah mengalaminya, jadi dia benar-benar paham tentang hal ini.     

"Beneran, aku hanya sedikit lelah akhir-akhir ini jadi aku tidak nafsu makan."     

"Apa kamu sudah periksa ke rumah sakit?" Tanya Xu Jing.     

Qu Yunyao tersenyum, "Kalau begitu aku akan memeriksanya besok, mungkin kondisi perutku sedang tidak baik."     

"Ibu akan pergi bersamamu." Kata Xu Jing.     

"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri. Lengan ibu juga belum sembuh."     

"Tidak bisa, ibu sangat khawatir."     

Qu Yunyao langsung terdiam.     

Melihat ekspresi wajah Xu Jing, Qu Yunyao tiba-tiba menjadi sedikit khawatir, apakah dia... Benar-benar hamil?     

Setelah apa yang terjadi terakhir kali, Qu Yunyao buru-buru mengambil penerbangan awal kembali ke Kota Nan, begitu dia mendarat, dia meminta Xu Rui untuk membelikannya pil kontrasepsi.     

Apakah pil KB juga bisa gagal?     

Sebenarnya Qu Yunyao merasa sangat khawatir, tapi dia tidak mau menunjukkan itu di wajahnya. Meskipun Xu Jing lemah dan tidak kompeten, tapi Qu Yunyao harus tetap berhati-hati dan tidak boleh kekhawatirannya terlihat oleh ibunya...     

**     

Setelah selesai makan malam, Xiao Yebai dipanggil ke ruang kerja oleh Mo Yaoxiong untuk berbicara masalah perusahaan.     

Pembicaraan mereka selesai pada jam sembilan malam.     

Xiao Yebai melihat waktu dan bertanya kepada pelayan di sampingnya, "Di mana putri?"     

Pelayan itu menjawab dengan jujur, "Putri pergi ke Vila Houshan."     

Houshan Villa adalah tempat tinggal eksklusif untuk para pelayan dan pengawal.     

**     

Sepuluh menit kemudian, Xiao Yebai masuk ke kamar dan melihat seorang pria dan wanita di samping tempat tidur.     

Rong An berbaring di tempat tidur dengan bekas luka di sekujur tubuhnya, sementara istrinya duduk di samping tempat tidur. Meskipun tidak mungkin untuk mengatakan seberapa dekat mereka, tapi...     

Ini terlihat sedikit mengganggu.     

"Tuan Xiao." Rong An langsung berusaha berdiri ketika melihat Xiao Yebai.     

"Jangan bergerak, kamu baru saja diobati." Mo Weiyi segera menahannya.     

Telapak tangan Mo Weiyi tergores dan sedang terbungkus kain kasa, namun jari-jari Mo Weiyi baik-baik saja, ramping dan sempurna. Mo Weiyi sedang membungkus tubuh pria itu dengan kain kasa.     

Rong An tidak mengenakan baju kerjanya karena dia sedang dihukum, tapi meskipun dia dibungkus dengan kain kasa, ototnya masih terlihat kuat dan kekar.     

Xiao Yebai memperhatikan mereka dengan mata yang memancarkan kesuraman dalam sekejap di balik lensa yang dia gunakan.     

Mo Weiyi tidak menyadarinya, dia berbalik untuk melihat Xiao Yebai, wajahnya yang menawan tersenyum manis, "Xiaobai, kamu menjemputku."     

Bibir tipis Xiao Yebai terbuka, "Sudah waktunya pulang."     

"Cepat sekali?" Mo Weiyi melihat ke arah jam.     

Baru jam sembilan lewat.     

"Atau." Nada suara Xiao Yebai datar, "Kamu ingin tinggal di sini malam ini."     

"Tidak mau, kalau begitu ayo kita pulang." Mo Weiyi segera berdiri, kemudian dia mulai menasehati Rong An, "Rong An, rawat lukamu ya, Shi Bo tadi bilang, jangan sampai lukanya terkena air, dan jangan banyak bergerak, terutama luka di wajahmu. Jangan lupa ganti kain kasa setiap hari, kalau tidak maka lukamu akan meninggalkan bekas."     

Rong An mengangguk dan menjawab dengan tegas, "Baik."     

Xiao Yebai mengerucutkan bibirnya yang tipis, di bawah cahaya lampu pijar yang terang di ruangan itu, seluruh kontur wajahnya menjadi agak dingin dan tajam.     

Setelah Mo Weiyi selesai berbicara, Xiao Yebai berbalik dan hendak pergi, tapi suara istrinya terdengar di belakangnya lagi, "Jangan khawatirkan aku untuk sementara waktu, Kakek sudah mengatur pengawal baru untuk mengikutiku, tapi jangan khawatir, setelah kamu sembuh, aku akan meminta Kakek untuk segera mempekerjakan kamu lagi padaku."     

"Baik."     

"Kalau begitu aku pergi dulu. Kalau kakek mau menghukummu lagi, kamu harus lebih pintar dan meminta Shi Bo untuk meneleponku terlebih dahulu. Jangan bodoh, mengerti?"     

"Baik."     

Xiao Yebai terdiam di tempatnya, dia memasukkan tangannya ke dalam saku celana jasnya secaraperlahan, punggungnya yang tertutup setelan hitam terlihat tegak, ekspresinya dingin tapi tenang.     

"Baiklah, aku pergi dulu."     

"Putri, hati-hati di jalan."     

Xiao Yebai mengangkat kakinya dan pergi dengan wajah tanpa ekspresi.     

Di koridor luar, sebelum Xiao Yebai mencapai sudut, tiba-tiba terdengar langkah kecil di belakangnya, diikuti oleh aroma yang pekat, disertai dengan tubuh lembut yang tiba-tiba menggantung ke lengan Xiao Yebai, di saat yang bersamaan terdengar suara halus dari Mo Weiyi, "Xiaobai, tunggu aku."     

Xiao Yebai masih berjalan dengan kakinya yang panjang, tapi dia memelankan langkah kakinya.     

Mereka berdua turun ke bawah, kemudian di bawah lampu jalan, mereka melewati jalan batu biru dari rumah Kakek Mo itu, hingga akhirnya mereka sampai ke depan ruang utama bergaya Cina.     

Begitu mereka masuk ke dalam mobil, Mo Weiyi menyentuh perutnya, "Bagaimana ini, aku sedikit lapar."     

Xiao Yebai tidak mengatakan apa-apa, dia langsung menyalakan mesin mobil.     

"Xiaobai, aku tiba-tiba ingin makan steak Dihong, apa kamu mau menemaniku makan?"     

Mo Weiyi sama sekali tidak makan bukan karena tidak lapar, pertama karena dia marah, dan kedua karena dia khawatir.     

Tadi dia berlari ke belakang dan menjenguk Rong An yang sedang terluka, dan untungnya lukanya tidak serius. Setelah mengobrol dengan Rong An, akhirnya Mo Weiyi merasa lega dan rasa laparnya tiba-tiba muncul, lalu punggungnya tiba-tiba terasa pegal.     

Tidak disangka, Xiao Yebai masih mengabaikannya dan mengendarai mobil keluar villa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

Tidak peduli seberapa dingin suaminya, tapi Mo Weiyi tahu kalau suaminya sedang marah!     

"Xiaobai, kenapa kamu mengabaikanku?"     

Xiao Yebai masih tidak berbicara.     

Dia mengemudi dengan serius, wajahnya lembut, tampan, tapi juga menunjukkan sikap dingin yang tidak boleh didekati siapapun.     

Mo Weiyi membungkuk dengan hati-hati, dan berbisik dengan genit, "Xiaobai, aku benar-benar lapar, tadi aku tidak makan satu gigitan pun dari makan malam tadi."     

"Kenapa kamu tidak makan?" Akhirnya Xiao Yebai berbicara.     

Mo Weiyi segera berkata, "Apalagi kalau bukan karena kakek. Setiap kali dia kehilangan kesabaran tanpa sebab, dia tidak mau menjawab telepon, dan dengan sengaja memanggil Rong An kembali lalu menghukumnya. Sangat keterlaluan!"     

"Kamu sangat mengkhawatirkan Rong An?" Suara pria itu tenang seperti biasanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.