Menikahi Pria Misterius

Mematahkan Tangannya



Mematahkan Tangannya

0Song Quan melihat wajah Mo Weiyi yang terlihat malu-malu….     
0

Dia tersenyum dan ingin memeluk Mo Weiyi, kata-katanya juga menjadi semakin cabul, "Nona, ayo pergi dengan kakak, aku berjanji padamu..."     

Tiba-tiba sebuah tangan mencengkram lengan Song Quan dari belakang.     

Song Quan terlihat kesal, dia berbalik dan mulai memarahi orang itu, "Oh, idiot buruk macam apa ini…."     

Sebuah tinju tepat mengenai wajah Song Quan sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya.     

Cepat, kejam, dan akurat.     

Song Quan merasa hidungnya sangat sakit, dan segera cairan kental amis meluncur ke bawah.     

Song Quan mengulurkan tangan dan menyentuhnya.     

Darah!     

Song Quan langsung memaki, "Brengsek."     

Dia menatap pria berbaju hitam di depannya, "Siapa kamu?"     

Rong An mengabaikannya dan langsung menatap ke arah Mo Weiyi, "Putri, apa anda baik-baik saja?"     

Mo Weiyi melepaskan tangannya dengan jijik, "Kenapa kamu datang terlambat?"     

Rong An segera menundukkan kepalanya, "Maafkan saya Putri."     

"Bajingan ini, aku tidak tahu dari mana asalnya, dia benar-benar membuatku marah." Mo Weiyi merasa jijik, marah dan sedih, dia berkata dengan mata yang merah, "Beri bajingan ini pelajaran, dan lihat apakah dia masih berani berada di gerbang kampus."     

Setelah selesai berbicara, Mo Weiyi berbalik dan merasa jijik saat melihat Song Quan, jadi dia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.     

Song Quan mencoba mengejarnya, tapi Rong An meraih lehernya dengan satu tangan, kemudian meluncurkan tinjunya.     

Song Quan mencoba untuk membebaskan diri.     

Dia sering berkelahi dengan teman-temannya, tapi di luar dugaan, saat ini dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri.     

Kekuatannya saja tidak cukup.     

Rong An adalah pengawal yang terlatih secara profesional, dia hanya perlu meraih leher Song Quan dengan satu tangan untuk menghentikannya, kemudian melemparkan tinju dengan tangan kanannya dan mulai memukulnya beberapa kali.     

Pukulan demi pukulan, sederhana dan kasar terus menimpa wajahnya.     

Sejak awal Song Quan terus memaki Rong An, tapi kemudian dia sadar kalau orang ini tidak mendengarkannya sama sekali, Rong An terus meninjunya dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.     

Song Quan benar-benar dihajar habis-habisan, penglihatannya mulai kabur, dia tidak bisa melihat dengan jelas karena darah yang menetes ke matanya, wajahnya juga mulai mati rasa. Song Quan tidak lagi berani memaki, dan dia mulai merintih serta berteriak minta tolong.     

Banyak orang yang memperhatikannya yang sedang dipukuli, tapi tak ada satupun yang berani mendekat.     

Satpam kampus juga melihat sekilas, tapi karena mereka berdua tidak terlihat seperti mahasiswa, para satpam itu melambaikan tangan dan menyuruh penonton untuk segera bubar, setidaknya berkurang satu masalah.     

Seseorang yang lewat sempat berteriak, "Cepat tekan 0!..."     

Song Quan pun segera berteriak meski sedang kesakitan, "Jangan panggil polisi! Jangan..."     

Orang itu pun langsung terdiam.     

Sampai akhirnya mata Song Quan menjadi bengkak, wajahnya berlumuran darah, dan dia bahkan tidak bisa mengeluarkan suara kesakitan, dia hanya bisa merintih setelah dipukuli, kemudian Rong An akhirnya menghentikan pukulannya.     

Begitu Rong An melepaskan tangannya, Song Quan langsung jatuh ke tanah.     

Song Quan pikir ini sudah berakhir, tapi dia tidak menyangka Rong An tiba-tiba berbicara, "Tanganmu baru saja menyentuh putri."     

Suara itu berat dan dingin, seolah-olah tidak memiliki emosi.     

Sebelum Song Quan bisa bereaksi, dia merasa lengan kanannya tiba-tiba terangkat. Samar-samar Song Quan merasakan sesuatu yang buruk akan menimpanya, tapi sebelum dia punya waktu untuk berpikir, tiba-tiba "krek."     

"Ah!"     

Song Quan menjerit, dia tidak bisa menahannya lagi dan langsung pingsan.     

**     

Di dalam mobil, Mo Weiyi dengan putus asa menyeka tangan kanannya menggunakan tisu basah.     

Dia merasa sangat kotor setelah disentuh oleh pria itu untuk waktu yang lama!     

Pintu mobil terbuka dan Rong An masuk.     

Mo Weiyi mengangkat kepalanya, "Kenapa lama sekali?"     

Rong An tidak mengatakan apa-apa dan menyalakan mesin mobil.     

Mo Weiyi menoleh dan melihat ke luar. Di tempat tadi dia berdiri, sekarang penuh dengan orang yang berkerumun.     

Dia buru-buru menoleh, "Rong An, kamu tidak membunuhnya, kan?"     

Rong An mengendarai mobil keluar, "Tidak."     

"Baguslah."     

Rong An telah bersama Mo Weiyi selama bertahun-tahun, bahkan beberapa tahun lebih awal dari Xiao Yebai. Begitu Rong An tiba di keluarga Mo, dia diperintahkan oleh Tuan Mo untuk menjadi pengawal Mo Weiyi.     

Menurut Kakek Mo, di antara pengawal yang lain, Rong An adalah yang paling kuat dalam meninju, dan tentu saja, dia juga yang paling tampan karena sejak kecil Mo Wei selalu memperhatikan wajah.     

"Hanya mematahkan tangannya." Lanjut Rong An. Dia mengatakan itu solah mengatakan dia baru saja makan dua steak untuk makan siang hari ini.     

Mo Weiyi mengangguk, "Jangan beritahu Xiaobai tentang hal ini, aku baik-baik saja, dia hanya menyentuhku."     

"Baiklah putri."     

Mo Weiyi berpikir kalau pria itu adalah sejenis penguntit psikopat.     

Meskipun dia belum pernah melihatnya, tapi Mo Weiyi sering mendengar bahwa ada beberapa penguntit yang suka nongkrong di gerbang kampus, mereka mengenakan mantel tanpa memakai apa-apa di dalamnya. Ketika gadis-gadis lewat, mereka tiba-tiba melepaskan mantel dengan cara yang tidak senonoh dan tersenyum.     

Ketika gadis-gadis itu ketakutan, mereka akan semakin merasa senang.     

"Orang seperti ini, harus diberi pelajaran, agar dia tidak berani datang lagi." Pikir Mo Weiyi. Kemudian dia tidak terlalu memikirkannya lagi.     

Setelah sampai di rumah, Mo Weiyi mencuci tangannya untuk waktu yang lama.     

Tepat jam 8 malam Xiao Yebai sampai di rumah dan merasa kalau istrinya... bau sabun.     

**     

Malam itu di sebuah rumah sakit di kota Nancheng.     

Song Quan tiba-tiba terbangun dengan rasa sakit yang mengikis tulang.     

"Lengannya sudah diobati." Song Quan mendengar ucapan dokter itu, "Wajahnya terluka parah, terutama batang hidungnya patah, akan butuh waktu yang cukup lama untuk pulih."     

"Baiklah, terima kasih dokter."     

Seluruh wajah Song Quan terbungkus kain kasa, lengannya terasa sangat sakit, matanya memar, saat ini dia berjuang untuk melihat orang-orang itu, hingga secara samar dia bisa melihat kalau itu adalah seorang gadis muda yang sedang berdiri di dalam bangsal.     

Terlihat seperti masih umur 20 tahunan.     

Setelah dokter pergi, dia menyeringai dan bertanya, "Siapa kamu?"     

Li Feifei bertanya sambil tersenyum, "Kamu sudah bangun?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.