Menikahi Pria Misterius

Perang Dingin



Perang Dingin

0"Haha." Huo Jingshen tersenyum dingin, "Kamu adalah istriku, aku punya hak untuk menyentuhmu."     
0

Su Wanwan merasa kesakitan, tapi dia sama sekali tidak bisa berkutik, suaminya sangat kuat sampai dia tidak bisa berbuat apa-apa.     

Kemudian, karena kemarahannya, Su Wanwan tiba-tiba membuka mulutnya dan menggigit Huo Jingshen dengan keras.     

Huo Jingshen mengerang kesakitan.     

Wajah tampan dan mempesonanya mulai menunjukkan ekspresi murka.     

Dia menatap Su Wanwan sambil merintih kesakitan. Dagunya yang baru saja digigit mulai mengeluarkan darah.     

Tapi Su Wanwan malah balas menatapnya dengan tajam…     

Rambut halusnya acak-acakan, wajah dan matanya merah menakutkan, seolah-olah dia bisa menangis di detik berikutnya.     

Hati Huo Jingshen kembali melunak.     

Dia mulai mencoba untuk menjelaskan, "Jangan menuduhku sembarangan. Perjodohanku dengan Jingyi sejak kecil hanyalah lelucon orang tua."     

"Haha, apa lelucon sampai memberikan kalung?"     

"Itu pemberian dari nenek. Aku sama sekali tidak mengetahuinya."     

"Kamu masih menggodanya!"     

"Kapan aku menggodanya?" Huo Jingshen tampak kebingungan.     

Su Wanwan terdiam.     

"Kalau kamu tidak percaya padaku, aku akan menelepon nenek sekarang."     

Kemudian Huo Jing langsung mengambil ponselnya dan menghubungi nenek Huo.     

Hasilnya...     

"Maaf, nomor yang Anda tuju untuk sementara tidak dapat dihubungi, silakan coba lagi."     

Dia meletakkan ponselnya dan berkata dengan serius, "Mungkin karena ini masih terlalu pagi, nenek belum bangun."     

"Kamu pasti sengaja!"     

Wajah Huo Jingshen berubah serius, "Lalu apa yang kamu inginkan?"     

Su Wanwan memalingkan wajah dan mengabaikannya.     

Suasana kamar itu menjadi sunyi.     

Huo Jingshen menatap istrinya.     

Rambut gadis itu acak-acakan, bulu matanya lentik dan matanya yang besar memperlihatkan sifatnya yang keras kepala.     

"Sudahlah." Kata Huo Jingshen, lalu dia mulai membatin…     

"Dia baru berusia 20 tahun, bisa dibilang dia masih anak kecil."     

"Pikirannya masih kekanak-kanakan, sama seperti Fu Ziyang."     

"Tidak, Fu Ziyang jauh lebih dewasa daripada dia."     

Perasaan Huo Jingshen mulai bercampur aduk, hatinya kembali melunak, lalu dia berbisik, "Sayang."     

Su Wanwan terdiam.     

"Istriku."     

Su Wanwan masih terdiam.     

"Istriku."     

Su Wanwan masih terdiam.     

"Anak manis."     

Tiba-tiba Su Wanwan menoleh ke arahnya, "Bisakah kamu berhenti bersikap menjijikan?"     

"Dia memanggilku anak manis."     

"Sungguh menjijikan!" Pikir Su Wanwan.     

Huo Jingshen mencubit pipinya yang bengkak sambil tertawa, "Suamimu berhutang kepadamu, kan?"     

Su Wanwan malas melihat ekspresi menggelikan suaminya, dia memalingkan kepalanya.     

Huo Jingshen tidak punya pilihan selain mengulurkan tangan dan membuka laci meja samping tempat tidur, lalu mengeluarkan kotak perhiasan yang sangat indah dan mengeluarkan sebuah kalung giok hijau dan melingkarkan kalung itu di lehernya.     

"Ini kalung yang dibeli suamimu untukmu tadi malam, apa kamu menyukainya?"     

Semua wanita menyukai perhiasan.     

Terlebih lagi, ini adalah kalung batu giok yang sangat berharga.     

Tidak disangka Su Wanwan menundukkan kepalanya sambil melirik, "Mau menebus dosa?"     

Su Wanwan mendengus, "Sebelum nenek membuktikan bahwa kamu tidak bersalah, perang dingin di antara kita masih berlanjut! Perang dingin masih berlanjut!"     

Huo Jingshen tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

…...     

Pagi itu direktur Huo tiba-tiba datang ke perusahaan sebelum pukul sembilan.     

Raut wajahnya terlihat muram, sepertinya suasana hatinya sedang jelek.     

Di luar lift di lantai pertama, sekelompok manajer ketakutan dan tidak berani mengajaknya berbicara setelah menyapanya.     

Tapi kemudian Ji Jie buru-buru muncul dan menghampirinya dengan penuh semangat, "Selamat pagi, Direktur Huo."     

Huo Jingshen mengangguk dengan dingin.     

"Direktur Huo, ada apa dengan mulut anda, apa karena istri..." Ji Jie langsung menutup mulutnya, dia tidak berani melanjutkan perkataannya.     

"Gawat, gawat, aku bertanya hal ini di depan para manajer." Pikir Ji Jie.     

Huo Jingshen menatapnya tajam.     

Ji Jie meringis, "Direktur Huo, maafkan saya."     

Huo Jingshen berkata dengan santai, "Ya, aku digigit oleh hewan peliharaan di rumah."     

Sekelompok manajer di sebelah mereka akhirnya menemukan topik yang sama dan mulai menimpali.     

"Apakah Direktur Huo juga suka memelihara hewan?"     

"Orang yang suka memelihara hewan biasanya penyayang."     

"Hewan peliharaan apa yang dimiliki Direktur Huo?"     

Huo Jingshen berpikir dan mengingat ada kucing liar kecil di rumahnya.     

"Kucing," jawabnya singkat.     

Setelah mendengar ini, sekelompok manajer segera mulai menyanjung:     

"Senangnya punya kucing, kucing itu sangat jinak!"     

"Pria yang memelihara kucing itu keren."     

"Sekarang cuacanya dingin, bisa membelai kucing, adalah suatu kebahagiaan."     

"Iya, iya...."     

Hanya Ji Jie yang bertanya, "Direktur Huo, bukankah hewan peliharaan anda adalah anjing serigala Jerman bernama Ko? Sejak kapan Anda mulai memelihara kucing, dan kucing itu melukai bibir Anda..."     

Lagi-lagi Ji Jie mendapat tatapan tajam dari Huo Jingshen sebelum menyelesaikan perkataannya.     

Lift untuk Direktur baru saja terbuka, dan pria jangkung yang tegas itu langsung masuk.     

Ji Jie menutup mulutnya sambil menyalahkan dirinya sendiri.     

"Dasar suka berbicara omong kosong!"     

"Dasar idiot!"     

"Dasar tidak peka!"     

...     

Saat Ji Jie duduk di ruangan kantornya, tiba-tiba dia mendapat panggilan dari Huo Jingshen, "Masuk ke ruangan sekarang."     

Nada suara Huo Jingshen terdengar dingin dan menyeramkan, Ji Jie seakan menerima perintah dari neraka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.