Menikahi Pria Misterius

Jago Memanjat Rumah



Jago Memanjat Rumah

0Huo Jingshen merasa kesa sampai pelipisnya berdenyut tanpa henti. Setelah beberapa kali Su Wanwan memberontak, Huo Jingshen mulai mengancam, "Kalau kamu masih berulah, aku akan memukulmu."     
0

Su Wanwan langsung terdiam, dia seperti benar-benar merasa ketakutan.     

Huo Jingshen menghela nafas lega dalam hati, dan ekspresinya juga menjadi puas.     

Trik itu memang berguna, Su Wanwan paling takut ketika Huo Jingshen melakukan itu.     

Siapa tahu detik berikutnya.     

"Huhuhu... kamu jahat… huhuhu… kamu jahat."     

Su Wanwan menangis sejadi-jadinya.     

Mungkin karena mabuk, dia menangis begitu keras sampai air mata dan ingusnya turun bersama-sama, sial sekali nasibnya hari ini.     

Huo Jingshen duduk dan membiarkannya menangis untuk waktu yang lama. Saat tangisannya mulai mereda, Huo Jingshen bertanya dengan serius, "Kenapa kamu tiba-tiba kamu pulang? Bahkan kamu minum-minum dan membuat kekacauan di rumah, kamu juga tidak menjawab telepon. Apa yang kamu lakukan ini benar?"     

Mata Su Wanwan memerah, dia menangis sesenggukan.     

Huo Jingshen terus menceramahinya, "Apa kamu tahu kalau nenek sangat mengkhawatirkanmu, kamu sudah berusia 20 tahun, apa kamu tidak bisa bersikap lebih dewasa?"     

Bla… blaa… Huo Jingshen masih tidak berhenti menceramahinya, sedangkan Su Wanwan tetap tidak menjawabnya.     

Ketika dia melihat ke arah Su Wanwan, ternyata gadis itu memejamkan mata, "Sepertinya dia sudah tertidur."     

Sia-sia saja tadi dia menceramahinya panjang lebar.     

Setelah beberapa saat, Huo Jingshen duduk dengan pasrah dan mengambil kotak obat untuk mengobati luka di kaki Su Wanwan.     

Luka itu termasuk ringan, tapi luka lain di kaki kanannya terlihat lebih parah, ada luka seperti sayatan panjang dari lutut hingga betis dan mengeluarkan banyak darah.     

Meskipun sedang tertidur, Su Wanwan sampai berteriak kesakitan ketika Huo Jingshen mulai mengoleskan obat di lukanya, "Sakit."     

Huo Jingshen menenangkannya dan menunggu sampai gadis ini kembali tenang, kemudian bertanya, "Kenapa kakimu bisa terluka?"     

Su Wanwan memejamkan matanya dan mulai menjawab, "Tidak ada kunci… hiks... aku... aku memanjat dinding..."     

Huo Jingshen kaget     

"Istri yang pemberani, dia jago memanjat rumah." Huo Jingshen menghela nafas dan kembali mengoleskan obat di luka istrinya dengan telaten.     

…...     

Keesokan paginya.     

Su Wanwan menarik tirai jendela, langit di luar masih terlihat gelap, dia bangun dengan kepala yang masih pusing.     

"Kepalaku sakit sekali. Rasanya seperti mau pecah."     

Su Wanwan memang sudah lama tidak minum alkohol.     

Tadi malam dia sangat marah, tapi dia tidak punya tempat untuk meluapkan emosinya. Dia hanya membawa ponsel dan pulang dengan taksi. Sesampainya di rumah, dia mengobrak-abrik lemari dan mengeluarkan semua anggur yang dimiliki Huo Jingshen di dapur.     

Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh kepalanya, tapi dia tidak bisa bergerak.     

Dalam keremangan, Su Wanwan melihat Huo Jingshen sedang tidur di sampingnya mengenakan piyama.     

Tiba-tiba dia kembali teringat dengan kejadian di pesta ulang tahun tadi malam, kemarahannya kembali meluap sampai dia ingin menendang pria yang sedang tidur di sampingnya itu, tapi ketika dia mengangkat kakinya...     

Terdengar suara "Buk" yang keras dan Su Wanwan menjerit.     

Huo Jingshen yang sedang tertidur langsung bangun lalu mengulurkan tangan untuk menyalakan lampu samping tempat tidur.     

Seketika kamar itu menjadi terang seperti siang hari.     

Huo Jingshen melihat Su Wanwan sedang berbaring di lantai berlapis karpet dengan piyama bermotif beruang merah muda.     

Huo Jing merasa geli dan kasihan, dia segera bangun dari tempat tidur dan membantu Su Wanwan kembali ke tempat tidur.     

Dahi gadis itu terlihat merah dan bengkak, sepertinya tadi dia membentur meja.     

"Dia bisa jatuh saat tidur, apa dia ini anak kecil berusia 3 tahun?" Huo Jingshen benar-benar tidak berdaya melihat tingkah istrinya itu.     

"Bukannya kamu sedang tidur? Apa yang sedang kamu lakukan di pagi-pagi buta seperti ini?"     

"Sakit..." Su Wanwan memejamkan mata, kepalanya menjadi sakit lagi setelah jatuh.     

"Di mana yang sakit?" Huo Jingshen bertanya hampir tanpa sadar.     

"Sakit... sakit sekali..." Su Wanwan merintih kesakitan.     

Hati Huo Jingshen melunak, dia mengangkatnya dan mengusap bagian dahi istrinya yang merah dan bengkak dengan lembut.     

Untungnya, kulitnya tidak terkelupas.     

Tepat ketika Huo Jingshen akan mengangkat tangannya, Su Wanwan meraih tangan itu dan meletakkannya di pelipisnya, "Di sini sakit."     

Huo Jingshen memeriksa lukanya.     

Tadi malam Sebelum tidur, Huo Jingshen tidur istrinya menyeka tubuh dan membersihkan riasan di wajahnya.     

Sekarang gadis dalam balutan piyama merah muda ini sudah terlihat segar. Wajahnya masih terlihat merah setelah bangun, kedua matanya masih belum bisa terbuka lebar, bulu matanya lentik.     

"Salahmu sendiri, kamu terlalu banyak minum anggur, wajar saja kepalamu sakit!" Huo Jingshen berkata dengan kasar, tapi tetap mengusap luka di dahi istrinya.     

Su Wanwan menjawab, "Siapa suruh kamu membohongiku!"     

"Kapan aku berbohong padamu?"     

"Sekarang aku sudah tahu semuanya." Ketika dia mengatakan ini, Su Wanwan merasa sedih, "Kamu berbohong padaku, dulu kamu bilang, kamu hanya berteman dengan Chu Jingyi, dan dia sudah menikah. Tapi kenyataan sebenarnya kalian sudah dijodohkan sejak kalian kecil, dan dia kembali ke sini untuk bisa bersama denganmu lagi."     

"Bagaimana dia bisa tahu tentang hal ini?" Pikir Huo Jingshen dalam hati.     

Su Wanwan melihat Huo Jingshen tidak menjawab, dan itu membuatnya bepikir pria itu tidak mengelak, lalu Su Wanwan mendorong suaminya, "Pembohong, brengsek, jangan menyentuhku!"     

Dia menendang tepat ketika Huo Jingshen meraih tangannya, lalu dia menendang lagi sampai beberapa kali.     

Su Wanwan terus seperti itu sambil memaki, "Pembohong, kamu pembohong, brengsek, hik... Dasar brengsek!"     

Huo Jingshen mulai tidak tahan dengan rengekan Su Wanwan, "Apa aku perlu menebus dosa kepadamu?"     

Su Wanwan berteriak seperti orang gila, "Dasar brengsek, jangan berani-berani kamu menyentuhku!"     

Huo Jingshen berhenti, "Katakan sekali lagi."     

Su Wanwan memelototinya dengan kedua matanya yang indah, kemudian mengulangi, "Dasar brengsek, jangan berani-berani kamu menyentuhku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.