Menikahi Pria Misterius

Si Pria Brengsek



Si Pria Brengsek

0Di tengah tepuk tangan yang meriah, Huo Jingshen tetep duduk tidak bergeming, sedangkan Su Wanwan belum juga kembali.     
0

Pembawa acara sampai meminta berulang-ulang agar dia naik panggung, bahkan Chu Xiuhuang membungkuk dengan berpura-pura batuk lalu berkata, "Kak, bukankah lebih baik kalung itu dihadiahkan untuk istrimu sebagai kejutan?"     

Huo Jingshen memandang ke arah pintu masuk, lalu dia berdiri.     

Di tengah perhatian semua orang, dia berjalan perlahan ke atas panggung dan mengambil kalung giok dari petugas.     

Huo Jingshen adalah pria dengan tubuh yang tinggi dan tegap, dia tampan sekaligus menawan dan selalu menjadi pusat perhatian.     

Sayangnya… saat ini pasangan wanitanya sedang tidak terlihat.     

"Permisi, Direktur Huo, kenapa Anda bersedia membeli kalung seharga 2,52 juta yuan?"     

"Karena..." Huo Jing tersenyum sedikit, "Saya ingin menghadiahkan kalung ini untuk istri tercinta. 2 (Istriku), 250 (Aku cinta padamu)."     

"Pfft!" Chu Xiuhuang tertawa terbahak-bahak.     

Chu Xiuhuang bertanya dalam hati, "Aku sudah tahu arti angka '520', tapi apa makna dari angka '2' di bagian depan?"     

Chu Jingyi menatap panggung dengan senyuman sinis. Sebenarnya dia memang jatuh cinta dengan kalung giok berwarna hijau itu. Tapi setelah mendengar Huo Jingshen menawar dengan harga tinggi, dia tahu pria itu ingin memberikan kalung itu kepada istrinya, jadi dia sengaja bersaing dengan Huo Jingshen untuk menawar dengan harga tinggi.     

Bahkan dia rela menawar dengan harga yang sudah melebihi kemampuannya.     

"Wow, ini adalah pengakuan paling menyentuh yang pernah aku dengar. Selamat untuk Direktur Huo, dan selamat untuk Istri tercinta Direktur Huo."     

Terdengar suara tepuk tangan yang meriah dari para tamu.     

Setelah wawancara, Huo Jingshen turun dari panggung.     

Pembawa acara mulai mengeluarkan barang lelang berikutnya, kali ini adalah Lukisan 'Keindahan Sungai Luo He' yang dibuat oleh Tuan Chu sendiri.     

Suasana ruangan itu tiba-tiba menjadi tenang ketika Kakek Chu naik ke atas panggung untuk menjelaskan lukisannya secara rinci, para tamu mendengarkan penjelasan Kakek Chu dengan serius.      

Baru setelah Chu Jingyi menoleh secara tidak sengaja, dia menyadari bahwa Huo Jingshen sudah tidak berada di tempat duduknya, kemudian dia melihat ke sisi lain, ternyata Nyonya Huo juga tidak ada di sana.     

**     

Huo Jingshen menelepon ponsel Su Wanwan sambil berjalan di koridor.     

Nenek Huo di sampingnya juga merasa cemas sambil melihat jam.      

"Nenek, bawa Ziyang pulang dulu untuk tidur." Kata Huo Jingshen kepada neneknya.     

Saat ini waktu sudah menunjukkan jam sembilan lewat, Huo Jingshen meletakkan teleponnya, "Wanwan tidak menjawab teleponku, aku akan mencarinya ke kamar mandi."     

"Tidak terjadi apa-apa, kan?" Nenek Huo sangat khawatir.     

Malam ini adalah pesta ulang tahun Tuan Chu, jadi Nenek Huo juga mengajak Fu Ziyang. Sejak awal nenek Huo memang hanya berencana tinggal sebentar di acara ini, tapi sekarang dia tidak menyangka cucu menantunya menghilang.     

"Tidak apa-apa, dia bukan anak kecil lagi." Huo Jingshen menenangkannya.     

Karena hari sudah malam, jadi Nenek Huo hanya bisa menyetujui, "Baiklah, hubungi aku kalau kamu sudah menemukannya."     

"Sampai jumpa, Paman Huo." Fu Ziyang melambaikan tangan kecilnya dengan patuh.     

Setelah mengantar mereka berdua, Huo Jingshen menunggu di luar kamar mandi.     

Karena cemas, alis matanya mulai berkerut dan bibirnya yang tipis mengerucut menjadi garis lurus. Dia tampak sedikit serius.     

Semakin lama, ekspresi pria itu menjadi semakin tegang.     

Sampai akhirnya seorang wanita keluar dari kamar mandi, Huo Jingshen maju selangkah dan bertanya, "Apakah masih ada orang di dalam?"     

Wanita yang ditahannya terlihat ketakutan, tapi ketika dia melihat wajah pria yang tampan dan luar biasa itu, dia langsung terpana dan bertanya dengan malu-malu, "Apa anda sedang mencari seseorang?"     

Huo Jingshen mengangguk dalam-dalam, "Bantu saya melihat ke dalam, apa masih ada orang di dalam?"     

"Baiklah." Wanita itu terlihat tersipu, tapi kemudian dia masuk dan mulai mencari.     

Tak lama kemudian dia keluar lagi, "Tuan, tidak ada orang di dalam, apa saya boleh bertanya..."     

Sebelum wanita itu selesai berbicara, Huo Jingshen sudah berbalik dan pergi.     

**     

Huo Jingshen mencari ke seluruh ruang pesta di lantai pertama, tapi dia tidak melihat sosok Su Wanwan, lalu dia berpikir untuk kembali ke rumahnya.     

Ketika Huo Jingshen memasuki halaman, dia melihat seluruh vila itu sudah terang benderang.     

Dia langsung masuk dan naik ke lantai atas, kemudian dia membuka pintu kamar, ternyata…     

Su Wanwan terlihat sedang berbaring di sofa masih dengan gaun merahnya, sepertinya dia sudah tertidur.     

Di meja juga ada berbagai macam botol bir, anggur merah dan anggur asing... meja itu benar-benar berantakan, ada beberapa botol yang sudah kosong, ada juga yang hanya minum beberapa teguk.     

Bau anggur yang kuat menyebar di seluruh ruangan ini.     

Huo Jingshen mengerutkan kening sambil menghampirinya.     

Wajah Su Wanwan menjadi merah karena minum, matanya terpejam, dia tidur sangat nyenyak.     

Hanya saja...     

Rok merahnya ternoda debu dan sepertinya baru saja tergores oleh sesuatu, juga ada noda darah di betis dan kakinya...     

Alis Huo Jingshen langsung berkerut semakin kencang.     

Dia mengambil ponsel di atas meja. Ponsel itu diatur ke mode hening, banyak panggilan tidak terjawab darinya tadi.     

"Gadis ini…"     

Huo Jing turun ke lantai bawah dengan pasrah.     

Lima menit kemudian, dia kembali ke kamar tidur dengan membawa kotak obat.     

Tepat ketika Huo Jingshen hendak mengobati lukanya, Su Wanwan tiba-tiba duduk dengan rambut acak-acakan di punggungnya, matanya menatap suaminya dengan pandangan kabur dan kemudian dia membuka mulutnya.     

"Brengsek!"     

Huo Jing terkejut.     

"Brengsek!" Su Wanwan berkata lagi, lalu menurunkan kakinya dari sofa dan hendak pergi.     

Huo Jingshen langsung menariknya, "Mau ke mana?"     

"Aku mau minum bir… hik, hik." Su Wanwan berkata sambil cegukan.     

"Minum, minum, minum, kamu sudah mabuk!" Huo Jingshen merasa seperti sedang mendidik anaknya.     

"Aku mau minum!" Huo Jingshen mendorong Su Wanwan kembali ke sofa setelah gadis itu mengatakan sepatah kata.     

Su Wanwan memanfaatkan mabuknya untuk mulai melawan, dia balas mendorong Huo Jingshen, mencakarnya, memegang dan menendangnya dengan kedua tangan dan kaki.     

Su Wanwan terus berteriak sambil mabuk, "Kamu tidak boleh menyentuhku... dasar brengsek... pembohong... hik, hik… Dasar kamu brengsek!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.