Menikahi Pria Misterius

Dimana Amplop Merahku?



Dimana Amplop Merahku?

0Setelah makan pagi, Xiao Yebai melihat jam, "Aku akan pergi ke konferensi pers, dan aku akan kembali untuk menemanimu setelah selesai."     
0

"Iya." Jawab Mo Weiyi.     

Kesalahpahaman di antara mereka telah diselesaikan, dan Mo Weiyi harus menjadi anak baik sekarang, "Kamu cepatlah pergi, jangan menunda pekerjaan."     

"Kalau kamu ada masalah, hubungi Rong An, nanti Bibi Jiang juga akan datang untuk menemanimu." Kata Xiao Yebai yang kemudian mengambil kunci mobil di atas meja. Tapi setelah itu tiba-tiba ada suara keras di luar pintu.     

"Tuan Xiao." Rong An muncul dari balik pintu     

Xiao Yebai berjalan keluar dan menutup pintu.     

Rong An berdiri di koridor dengan setelan hitam, di sampingnya berdiri pasangan muda yang telah menikah dan memiliki anak berusia tujuh atau delapan tahun.     

Begitu melihat Xiao Yebai, sang suami berkata, "Maafkan saya, Tuan Xiao, keributan tadi malam adalah ulah anak saya. Dia berlari dengan liar dan masuk ke kamar hingga membuat Nona Mo ketakutan dan terluka. Saya sudah mengajarinya, dan saya ke sini membawanya untuk meminta maaf kepada Nona Mo. Kami benar-benar minta maaf."     

Suami muda itu juga baru mendengar kejadiaan tadi malam saat dia datang ke rumah sakit pagi ini. Meskipun keluarga Mo tidak menuntutnya karena kejadian itu, dia tidak berani mengambil kesempatan dan segera membawa anak itu untuk mengakui kesalahannya.     

Sang istri juga buru-buru menjelaskan, "Anak saya sangat menyukai anak anjing, jadi saat mendengar seseorang mengatakan bahwa ada anak anjing di ruangan ini, dia langsung berlari masuk tanpa izin. Tidak disangka itu membuat Nona Mo ketakutan… Saya benar-benar minta maaf. Leilei, cepat minta maaf ke paman ini."     

Anak bernama Leilei itu sepertinya baru saja menangis, masih ada sisa air matanya di wajahnya, matanya juga masih terlihat merah. Mendengar apa yang dikatakan orang tuanya, dia segera mulai mengakui kesalahannya, "Paman, maafkan aku, aku salah, maafkan aku kali ini. "     

Xiao Yebai memandang anak itu, alisnya sedikit berkerut, "Kakak perempuan mana yang memberitahumu bahwa ada anak anjing di ruangan ini?"     

Ketika Rong An mendengar hal ini, ekspresinya sedikit berubah.     

"Bukan paman atau bibi, dia langsung bertanya kakak perempuan?"     

Leilei menyentuh kepala kecilnya kemudian berkedip seperti sedang berusaha keras untuk mengingatnya.     

Tapi mungkin dia masih ketakutan, jadi dia hanya bergumam untuk waktu yang lama, dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.     

"Sepertinya itu adalah perawat." Sang istri membantu menjawab, "Anakku masih kecil. Dia benar-benar hanya ingin bermain-main, dia tidak ada niat untuk menakut-nakuti orang, Tuan Xiao, anda memiliki banyak …"     

"Aku mengerti." Xiao Yebai berbicara tanpa ekspresi, "Kalian bisa pergi sekarang."     

"Terima kasih Tuan Xiao, terima kasih Tuan Xiao." Pasangan itu sangat gembira, dan setelah berterima kasih, mereka segera pergi membawa anak mereka.     

Suasana hening kembali melingkupi koridor.     

Setelah beberapa saat Xiao Yebai mulai membuka mulutnya, "Rong An."     

Rong An melangkah maju, "Tuan Xiao."     

"Pergi ke kantor keamanan untuk memeriksa cctv tadi malam, terutama..." Xiao Yebai menyipitkan mata hitamnya dan berkata perlahan, "Lantai dua puluh satu."     

"Baiklah."     

*     

*     

Setelah Su Wanwan terbangun, dia menyadari kalau ponselnya mati, dan kemudian teringat tadi malam dia disiksa oleh seseorang di dalam mobil, lalu dia pingsan...     

"Dasar bajingan sialan!"     

Dia mengambil tasnya dan menemukan bahwa amplop merah di dalamnya masih ada di sana, tetapi saat dia meremasnya.     

"Sial!"     

"Kenapa uangnya sudah tidak ada?"     

Ia buru-buru berpakai dan turun ke bawah, Ji Jie yang sedang duduk di sofa ruang tamu langsung berdiri ketika melihat Su Wanwan dan membungkuk 90 derajat, "Nyonya, selamat pagi!"     

"Pagi."     

Su Wanwan buru-buru menyapanya, lalu bergegas ke ruang makan, "Huo Jingshen, kau bajingan..."     

Di meja makan, Fu Qi dan Fu Ziyang menatapnya.     

Bajingan yang dia panggil itu sudah mengenakan kemeja putih yang bersih dan rapi, dia sedang minum kopi dengan santai, lalu meletakkan cangkir dengan anggun, suaranya hangat dan tenang, "Ayo sarapan."     

Su Wanwan merasa malu karena terlalu ceroboh setelah mengetahui ada orang lain di situ, jadi dia hanya bisa diam dan duduk di samping Fu Ziyang.     

Huo Jingshen dan Fu Ziyang terdiam.     

Fu Qi tampaknya sedang dalam suasana hati yang buruk, wajahnya terlihat dingin, jadi dia menyelesaikan sarapannya dengan ekspresi diam yang aneh.     

"Fu Qi, kamu pergi dengan Ji Jie menggunakan mobil ke bandara. Ziyang, aku antar kamu ke sekolah dulu."     

"Paman Huo, aku bisa naik bus sendiri." Pria kecil itu menawarkan dengan sungguh-sungguh.     

Huo Jingshen melengkungkan bibir tipisnya, "Aku akan mengantarmu untuk terakhir kalinya hari ini, dan mulai besok, aku akan mengatur sopir pribadi untukmu."     

"Baiklah." Fu Ziyang tidak memaksa, lalu ia memutar tubuhnya dan turun dari kursi.     

Ketika orang-orang sudah pergi, Su Wanwan segera menghampiri dan meraih lengan pria itu, "Brengsek, di mana amplop merahku!"     

"Amplop merah apa?" ​​Huo Jingshen mengangkat alisnya dengan sombong, membuat Su Wanwan sangat ingin menamparnya.     

Dia kembali bertanya dengan marah, "Amplop merah yang diberikan adikmu kepadaku. Aku jelas-jelas memasukkannya ke dalam tas tadi malam. Kamu mengambil semua uangnya kan, cepat kembalikan padaku! Itu uangku!"     

Ia berbicara sambil mengulurkan tangan kecilnya untuk meminta uangnya.     

Huo Jingshen langsung memegang tangannya dan berkata dengan lembut, "Uangmu?"     

"Ya, uang yang diberikan adikmu, bukannya itu uangku?"     

Huo Jingshen tersenyum kecil, "Sayang, kamu seluruhnya adalah milikku, dan uangmu adalah milikku."     

Su Wanwan tiba-tiba melebarkan matanya, "Sialan, apa kamu tidak punya malu, kamu adalah CEO perusahaan besar, dan kamu masih mau merebut uang yang tidak seberapa di amplop merah itu?"     

Huo Jingshen berkata dengan sangat lembut, "Sayangku, kamu masih kuliah, jadi kamu tidak boleh menghabiskan uang dengan boros."     

Setelah selesai berbicara, Huo Jingshen berjalan ke lemari es dengan kakinya yang ramping lalu mengambil dompet hitamnya yang diletakkan di atas lemari es, dia mengeluarkan beberapa ratus yuan dari dompet itu.     

"0 0 0, mau tidak?"     

Su Wanwan marah, "Tidak bisakah kamu memberi lebih banyak?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.