Menikahi Pria Misterius

Xiaobai Membujuk Sang Putri, Dengan Memberinya Makan



Xiaobai Membujuk Sang Putri, Dengan Memberinya Makan

0Sebelumnya Mo Weiyi selalu berpikir, tidak peduli Xiao Yebai menyukainya atau tidak, selama dia ada di sisinya, dia tetap suaminya, bahkan meskipun dia bersikap dingin setiap saat, dia juga tetap merasa senang, bahagia, dan puas.     
0

Tapi hari ini, dia terluka, karena pria itu tidak mau membelikannya pangsit kepiting.     

Mo Weiyi memikirkan sikapnya yang tadi, dia memang merasa seperti wanita yang suka memerintah dan egois.     

Mo Weiyi pun mulai bertanya-tanya. Apa sikap Xiao Yebai yang selalu begitu dingin dan pendiam itu karena dia lelah berurusan dengan temperamennya?     

"Baiklah!" Mo Weiyi memutuskan akan tetap seperti saat ini. Di matanya, sifat dasarnya sudah seperti ini, "tapi aku tidak akan berbohong padanya bahwa aku kehilangan handphone."     

Perpaduan dendam baru dan lama membuat Mo Weiyi menangis. Hingga akhirnya, dia tertidur dengan air mata karena terlalu lelah menangis.     

…..     

Tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur, tiba-tiba Mo Weiyi merasakan sesuatu menyentuh pipinya. Sesuatu yang hangat, lembut, dan memiliki aroma yang sangat kuat.     

Mo Weiyi membuka matanya. Dia melihat siluet Xiao Yebai yang tampan dan acuh tak acuh.     

Pria itu duduk di samping tempat tidur dengan memegang dua sumpit bambu yang menjepit sebuah pangsit dengan jari-jari putihnya yang ramping, Xiao Yebai menatapnya tanpa ekspresi.     

Meskipun dia masih saja dingin dan pendiam, Mo Weiyi merasa bahwa hatinya seperti ditiup angin musim semi di bulan Maret. Semua keluhan dan kekecewaan yang tadi dia rasakan seperti hilang dalam sekejap. Hatinya terasa hangat dan terus-menerus berbunga-bunga.     

Mo Weiyi bisa menahan senyum manis di bibirnya, dia mulai bertanya dengan malu-malu dan lembut, "Apa kamu baru saja membelikanku pangsit?"     

Xiao Yebai menjawab "iya."     

Hanya karena satu kata itu, Mo Weiyi sehat kembali.     

Dia duduk dan berkata dengan suara lembut, "Kalau begitu suapi aku makan."     

Mo Weiyi pun mulai membuka mulutnya, menunjukkan sederet gigi putih yang halus. Xiao Yebai memegang sumpit bambu dan memasukkan pangsit ke mulutnya dengan hati-hati. Kemudian dia menyendokkan sup yang di hisap dengan sekali teguk.     

Wajah oval Mo Weiyi terlihat memerah, sudut matanya juga merah, dan bulu matanya pun basah. Sangat jelas terlihat bahwa dia baru saja menangis.     

Xiao Yebai menurunkan bulu matanya, menyembunyikan emosi sementara di bawah matanya.     

"Enak." Mo Weiyi menyipitkan matanya yang indah, dia makan dengan perasaan puas.     

Makanan favoritnya adalah pangsit kepiting yang masih hangat. Ini adalah merek terkenal yang sudah berdiri sejak lama di Shanghai. Ini sangat otentik. Daging kepitingnya banyak dan enak, terutama sup di dalamnya. Hanya dengan sekali teguk, bisa membuat orang terbang ke langit.     

Setelah makan dua pangsit berturut-turut, Mo Weiyi tiba-tiba bertanya, "Xiaobai, kamu tidak makan?"     

Xiao Yebai berkata dengan ringan, "Kamu saja yang makan dulu."     

Mo Weiyi memperhatikan bahwa ada dua kotak makanan di sebelahnya, mungkin itu makanan untuknya sendiri.     

"Xiaobai sangat baik, dia khawatir kalau aku sampai kelaparan, jadi dia menyuapiku makan dulu."     

Hal yang mengejutkan, saat dia selesai makan pangsit yang ketiga, tiba-tiba Bibi Jiang membuka pintu dan masuk. Xiao Yebai pun mulai memberi perintah, "Bibi Jiang, tolong bawa bubur ini ke kamar nomor 20 di lantai bawah."     

"Baik Tuan Xiao."     

Bibi Jiang buru-buru pergi dengan membawa makanan itu. Mo Weiyi mulai terdiam. "Kamar nomor 20?"     

Itu adalah kamar Xiao Zhiwei. Bubur itu bukan untuk Xiao Yebai sendiri, tapi dia membelinya untuk Xiao Zhiwei.     

Ketika Xiao Yebai mulai menyuapinya lagi, Mo Weiyi mendorong tangannya, "Aku tidak mau makan."     

"Kenapa?" Xiao Yebai mengerutkan alisnya.     

Mo Weiyi menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Sebenarnya kamu ingin membelikan makan siang untuk adikmu, jadi kamu sekalian membelikanku pangsit, kan?"     

Xiao Yebai menatapnya dan perlahan meletakkan sumpit bambu di tangannya.     

Mo Weiyi yang melihat pria di depannya tidak berbicara kembali marah, "Kalau begitu kamu pergi saja bujuk adikmu, kenapa masih datang kesini untuk membujukku? Pergi, aku tidak mau melihatmu! Pergi!"     

Setelah berbicara, Mo Weiyi membalikkan badan dan membelakanginya.     

"Mo Weiyi." Xiao Yebai membisikkan namanya, "Aku akan pergi rapat jam dua."     

Mo Weiyi masih memunggunginya dan tidak mengatakan apa-apa. Suasana dalam kamar tiba-tiba membeku.     

"Tok tok tok," tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.     

Su Wanwan berdiri di pintu memegang seikat besar bunga lili, dan melihat ke dalam ruangan dengan sepasang matanya yang besar.     

Xiao Yebai bangkit, dia tidak berbicara dan terlihat dingin, lalu pergi dengan membawa handphonenya.     

Eh…     

Su Wanwan kebingungan, lalu dia masuk dan melihat setengah pangsit di meja samping tempat tidur.     

"Weiyi…"     

Mendengar suara itu, Mo Weiyi akhirnya berbalik, dan wajah kecilnya terslihat sedih, "Wanwan akhirnya kamu datang."     

"Ada apa? Kamu bertengkar dengan suamimu?" Su Wanwan berpikir ini benar-benar hal yang aneh.     

Kalau Xiao Yebai yang selalu dingin dan jarang berbicara tiba-tiba marah, mungkin itu hal yang sangat wajar. Tapi kenapa Mo Weiyi dengan karakternya yang seperti itu sampai bertengkar dengan Xiao Yebai?     

Mo Weiyi mengangguk, "Wanwan, dia membuatku marah."     

"Ada apa?"     

Setelah beberapa Mo Weiyi menceritakan semuanya, akhirnya dia menyadari bahwa dia masih sedikit lapar, jadi dia mengambil sumpit dan menggigit pangsit itu, lalu mulai bertanya sambil tetap memakan, "Coba beri tahu aku? Dia keterlaluan kan? "     

Su Wanwan mengangguk dan berdiri tegak di samping Mo Weiyi, "Ini benar-benar keterlaluan!"     

"Pasti dia sekarang sedang di kamar bawah untuk makan dengan adiknya!"     

Eh, Su Wanwan mengerutkan kening, "Seharusnya gak sampai segitunya deh?"     

"Bagaimanapun, yang satu adalah seorang istri dan yang lainnya hanyalah sepupu…"     

Beberapa detik setelah itu… Mo Weiyi menyingkirkan sumpitnya, "Wanwan tolong bantu aku, aku ingin turun untuk mencarinya."     

"Ah? Kakimu kan masih terluka, tunggu saja sampai dia kembali, baru kamu..."     

"Tidak mau, aku mau pergi sekarang!"     

Su Wanwan hanya bisa terdiam. Tapi di waktu yang sama, Bibi Jiang masuk ke dalam kamar.     

"Bibi Jiang, tolong bawa kursi rodanya ke sini!" Perintah Mo Weiyi.     

Ketika Putri kecil sudah mulai marah, tidak ada yang bisa menghentikannya.     

Dia naik ke kursi roda, lalu menuju lantai bawah bersama Su Wanwan.     

Saat sampai di pintu kamar nomor 20, tanpa mengetuk, Mo Weiyi mendorong pintu dengan keras.     

Di dalam bangsal, Xiao Zhiwei sedang duduk di tempat tidur sambil makan bubur. Tidak ada orang lain di kamar itu, tidak ada Xiao Yebai.     

Mo Weiyi memeriksa ke dapur kecil.     

"Ada apa ini?" ​​Xiao Zhiwei meletakkan mangkuk dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengejeknya, "Apa Putri memeriksa ruangan dengan membawa pengawal di kiri dan kanannya?"     

Sudut mata Su Wanwan berkedut.     

Sepupu Xiao Yebai tampaknya bukan seorang yang ramah.      

"Jelas saja, mereka kan keluarga, pasti memiliki watak yang kurang lebih sama, bahkan nada bicaranya yang dingin juga mirip."     

"Di mana Xiaobai?" Mo Weiyi bertanya.     

Xiao Zhiwei tersenyum, "Yang mulia bertengkar kakakku sampai dia lari?"     

Melihat wajah Mo Weiyi yang berubah dalam sekejap, Xiao Zhiwei semakin tersenyum dengan bangga, "Seperti yang aku sudah katakan sebelumnya, kakakku tidak menyukaimu sama sekali. Apa menurutmu pria itu milikmu setelah kalian menikah? Wanita egois sepertimu yang hanya peduli dengan perasaannya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Semakin lama kamu bersamanya, semakin kakakku membencimu. Kamu memang mempunyai tubuhnya, tapi tidak dengan hatinya. Dasar bodoh!"     

Mo Weiyi tidak berbicara apa-apa, tapi Su Wanwan yang berdiri di sebelahnya seperti merasakan semburan api besar ketika mendengar hal itu.     

Su Wanwan pun mulai membujuknya, "Weiyi, sepertinya Xiaobai sudah kembali ke kantor, Kamu coba telepon saja."     

"Bibi Jiang, dorong aku masuk."     

Su Wanwan terdiam.     

Bibi Jiang menurut untuk mendorong kursi roda ke dalam kamar.     

Su Wanwan mau tidak mau mengikutinya. Dia melihat sekeliling dan menemukan bahwa kamar ini dan kamar Mo Weiyi seperti dua dunia yang berbeda. Tidak ada bunga atau hadiah. Dingin dan sunyi. Bahkan tirainya pun tertutup, ditambah dengan wajah Xiao Zhiwei yang terlihat sangat sedih. Su Wanwan merasa kamar itu sangat seram.     

Tiba-tiba handphonenya berdering, Su Wanwan mengambil dan melihatya, ternyata Nyonya Huo yang menelepon.     

Dia berbalik dan berjalan ke luar dengan tergesa-gesa, "Weiyi, aku mau menjawab telepon dulu."     

Mo Weiyi tidak menjawab.     

Dia melihat semangkuk bubur yang diletakkan Xiao Zhiwei di atas meja, dan kotak makanan di sebelahnya bertuliskan "Shao Heji".     

Hatinya menjadi seperti angin dingin yang berhembus di dalam gua yang dalam. Dia memandang Xiao Zhiwei dan sedikit menarik sudut bibirnya, "Xiao Zhiwei."     

Xiao Zhiwei juga memandangnya.     

Oh, dia memang putri kecil yang manja, bahkan di rumah sakit, dia terlihat sangat cantik dari ujung rambut sampai ujung kakinya     

Bahkan saat dia sedang terluka dan mengenakan pakaian pasien yang sama seperti dirinya, kecantikannya masih terpancar dan bercampur dengan depresi dan kesombongan.     

Gelombang kecemburuan mengalir deras di hati Mo Weiyi. Setiap kali dia melihatnya, perasaan ini benar-benar tak terbendung.     

"Yang Mulia ingin memukulku lagi?" Dia bertanya menantang.     

Mo Weiyi mengangkat dagunya, tersenyum dengan bibir merahnya yang tampak sombong, "Xiao Zhiwei, kapan kamu bisa menerima hal itu? Sudah sejak empat tahun yang lalu, dan masih seperti ini setelah dibuang ke luar negeri selama empat tahun! Kenapa? Orang asing itu tidak bisa memenuhi keinginanmu? Apa kamu masih akan tetap melanjutkan meskipun tubuhmu sudah hancur seperti ini?"     

Dengan keras, Xiao Zhiwei mengangkat tangannya dan membalikkan semua mangkuk dan kotak makanannya ke lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.