Menikahi Pria Misterius

Weiyi Terjatuh



Weiyi Terjatuh

0Suara pria itu datar dan dalam, "Kamu baru saja mengatakan apa olahraga favoritku? Hm? Aku mau mendengarnya lagi."     
0

Su Wanwan tidak bisa menjawab, "Sial!"     

Wajah kecil Su Wanwan langsung memerah, kakinya terasa lemas karena ketakutan.     

"Ah. Ternyata tadi dia mendengar semuanya?"     

"Sialan, dia mendengar semuanya tapi berpura-pura tidak tahu?"     

"Jadi tadi hanya bertingkah seperti pria tua yang bermoral tinggi?"     

"Dasar serigala berekor besar!"     

"Sangat munafik!"     

Tidak disangka dia dibohongi!     

"Ternyata di dalam hatimu, kamu sangat menyukai suamimu ya. Kurasa aku berhutang banyak padamu. Untuk menebusnya, aku harus bersikap lebih baik," kata Huo Jingshen bersungguh-sungguh dan segera memeluknya. "Tadi di bawah aku dengar kamu bilang kalau malam ini kita akan…"     

"Ahhhhhhhhhhhh!" Su Wanwan memotong perkataannya dengan teriakan.     

Pada saat yang sama, dia dengan cepat meraih lemari dan menolak untuk mengikutinya, "Aku tidak mau. Aku sudah mandi. Lepaskan!"     

"Temani suamimu mandi sekali lagi."     

"Tidak mau!"     

"Anak baik, ayo menurut!"     

"Tidak mau!"     

"Tidak mau menurut lagi?" Huo Jingshen mencoba melepaskan pegangan Su Wanwan, tapi…     

"Tidak mau, tidak mau."     

"Sakit, sakit,sakit, jangan terlalu keras."     

"Jangan sentuh aku…."     

Di koridor, Fuqi, yang sudah akan mengetuk pintu, mendengar suara itu, dia merasa malu lalu berbalik dan berlari kembali dengan cepat.     

Sebenarnya dia datang untuk meminta kata sandi WIFI, tapi ternyata kedua orang itu sedang akan…     

Apa lgi Su Wanwan berteriak dengan sangat keras, "Apakah dia tidak malu! Dasar tidak tahu malu!"     

*     

*     

Di dalam kamar, Su Wanwan masih mencengkeram lemari dan memohon dengan putus asa, "Jangan sentuh aku, lepaskan, aku tidak mau mandi..."     

Tiba-tiba terdengar suara dering telepon, Su Wanwan pun berkata dengan tergesa-gesa, "Besok aku harus bangun pagi. Kamu mandi sendiri, aku mau angkat telepon."     

Huo Jingshen memandangnya seperti musuh bebuyutan lalu tersenyum padanya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya melepaskannya.     

Su Wanwan menghela nafas lega dan dengan cepat berbalik untuk mengangkat telepon, "Weiyi."     

Huo Jingshen hanya mendengarkan Su Wanwan yang sedang berbicara, "Mo Weiyi lagi."     

"Wanwan aku sangat sedih." Suara Mo Weiyi terdengar sangat lemah.     

"Ada apa lagi denganmu?" Tanya Su Wanwan sambil melihat Huo Jingshen yang akhirnya memasuki kamar mandi, dia pun merasa lega.     

Mo Weiyi pun mulai mengeluh, "Aku baru saja mandi. Aku tidak berhati-hati jadi aku terjatuh."     

"Ah!"     

"Sekarang aku dirawat di rumah sakit, dokter memintaku tinggal di rumah sakit untuk observasi selama beberapa hari, huhuhu."     

Su Wanwan hanya terdiam     

"Benar-benar deh anak ini."     

"Bagaimana bisa jatuh? Kakimu sudah pernah patah sebelumnya, kamu tidak bisa lebih berhati-hati?"     

"Karena itu. Aku sedang mandi di kamar atas, sedangkan Xiaobai ada di ruang kerjanya di bawah. Kupikir aku tidak mau mengganggunya untuk membantuku mandi. Tapi ternyata kakiku terpeleset huhuhu, sakit sekali. Sebenarnya sudah hampir sembuh, tapi sekarang parah lagi…."     

Setelah Xiao Yebai kembali dari membayar biaya rumah sakit, suara tangisan Mo Weiyi terdengar dari luar pintu.     

"Putri yang selalu dimanjakan sejak kecil. Dia sempurna dan lembut, tidak memiliki bekas luka sama sekali, tapi akhir-akhir ini tampaknya dia selalu bermasalah."     

Pertama berkelahi dengan seseorang, lalu pergelangan kakinya terluka, dan sekarang jatuh dan jari kelingkingnya patah.     

Saat dia membuka pintu, tangisan Mo Weiyi segera berhenti, "Baiklah, aku tidak mengganggu kalian. Sampai jumpa, ingat kau harus datang menjengukku besok."     

Dia meletakkan handphonenya dan mulai tersenyum, "Xiao Bai, kamu kembali."     

"Hm" Xiao Yebai berjalan mendekat dan menarik selimut tipis di tempat tidur, "Sudah larut, ayo istirahat."     

"Tapi kakiku sakit." Mo Weiyi mencibirkan mulutnya, kesakitan.     

"Sudah minum obat pereda nyeri?"     

Mo Weiyi menggelengkan kepalanya, lalu mengulurkan tangan kecilnya, "Aku ingin Xiaobai memelukku dan membujukku, pasti langsung tidak sakit lagi."     

Xiao Yebai meletakkan telepon dan kunci di atas meja, berjalan mendekat dan duduk di pinggir tempat tidur.     

Mo Weiyi segera membenamkan dirinya dalam pelukannya, dia melingkarkan tangannya di pinggang pria itu dan bertanya dengan suara lembut, "Xiao Bai, maukah kamu tinggal bersamaku malam ini?"     

"Baiklah."     

"Lalu besok, bisakah kamu membawa Xiao Xiaobai dan Xiao Baibai ke rumah sakit untuk menemaniku."     

Mendengar dua nama ini, alis Xiao Yebai tersentak dua kali. Dia langsung teringat dengan dua penyu kecil yang menjadi hadiah pernikahan mereka.     

"Kamu kenapa? Menurutku nama itu sangat cocok." Mo Weiyi terkekeh, "Siapa suruh kamu tidak membantuku untuk memilihkan nama?"     

Xiao Yebai berkata dengan ringan, "Kalau begitu panggil Mo Xiaoyi, dan Mo Yiyi."     

"Tidak mau!" Mo Weiyi mencubit lengannya , "Aku tidak mau memiliki nama yang sama dengan kura-kura."     

Xiao Yebai hanya menatap gadis manja itu.     

Dia dibawa ke rumah sakit karena terjatuh saat mandi, sekarang dia tidak memakai riasan apapun di wajahnya. Meski begitu, dia masih menawan dan tetap cantik walau tanpa riasan.     

Sebenarnya, penampilan keluarga Mo tidak terlalu menawan, bahkan wajah Mo Yaoxiong terlihat agak buruk, tapi putri ini dilahirkan dengan kecantikan seperti mendapat berkah dari Tuhan.     

Tatapan mata Xiao Yebai sepintas terlihat suram. Kemudian, dia menundukkan kepala dan membelai rambut ikal Mo Weiyi yang lembut dengan tangannya yang besar, "Tidurlah, ini sudah larut."     

"Baik." Mo Weiyi memejamkan matanya, mencium bau napas yang jernih dari ujung hidungnya, dan sudut bibirnya tersenyum dengan manis, "Xiaobai, kamu sangat baik sekali."     

"Harus." Kata Xiao Yebai dengan pelan. Dia duduk di sana sampai Mo Weiyi tertidur, lalu menghela napas dan membetulkan posisi tidurnya dengan lembut.     

Setelah menarik selimut tipis itu, Xiao Yebai bangkit dan pergi diam-diam.     

Begitu pintu ditutup, Mo Weiyi tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap ke arah pintu dengan mata kucingnya yang indah tanpa berkedip, seolah-olah tidak ada emosi dalam keheningan.     

Setelah waktu yang lama, dia menarik kembali pandangannya dan melihat handphone Xiao Yebai yang tertinggal di atas meja.     

*     

*     

Di bangsal lantai bawah.     

Pintu dibuka secara tiba-tiba, Xiao Zhiwei lompat karena terkejut, dia menatap pria yang masuk ke kamarnya, "Kak, larut sekali baru datang?     

Ia melihat jam, pukul sebelas malam.     

Xiao Yebai berdiri di samping tempat tidur, tatapannya gelap, dan raut mukanya suram.     

"Kak, kamu kenapa?" Xiao Zhiwei sedikit terganggu olehnya.     

Akhirnya, Xiao Yebai berkata dengan acuh tak acuh, "Kenapa kamu menyembunyikan handphoneku?"     

Pupil matanya menyusut dan terlihat tajam, membuat Xiao Zhiwei menyentuh bantal di belakangnya.     

"Aku sudah mengambilnya."     

Xiao Zhiwei hanya terdiam.     

Xiao Yebai menatapnya dengan ekspresi dan suara yang sangat dingin, "Zhiwei, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?"     

"Kak, aku salah." Mata Xiao Zhiwei memerah, dan ia segera menjelaskan, "Aku sangat takut malam itu, aku tahu kalian akan merayakan ulang tahun pernikahan, dan aku tidak punya malu untuk memintamu tinggal di sini, aku tahu kalau dia menelponmu pasti kamu akan pergi, jadi aku... aku salah, kakak, tolong maafkan perbuatanku kali ini? Kak... "     

Dia menundukan kepalanya, menutup wajahnya, dan terisak. Hanya di depan Xiao Yebai dia bisa menunjukkan kelemahannya sebagai seorang wanita.     

Xiao Yebai berdiri di sana, membiarkannya menangis sampai tersedak, tanpa menunjukkan ekspresi apapun.     

Setelah beberapa lama, suara yang dingin kembali terdengar, "Kamu adalah adikku, tentu saja aku akan memaafkanmu, tetapi jangan lakukan itu lagi."     

Setelah selesai berbicara, dia berbalik dan pergi.     

Tangisan Xiao Zhiwei semakin mengeras setelah pintu ditutup.     

*     

*     

Xiao Yebai kembali ke bangsal di lantai atas, lalu melihat Mo Weiyi yang berbaring di tempat tidur sedang bermain dengan handphonenya.     

Dia berjalan mendekat dan melirik sekilas ke seberang meja, "Kenapa kamu masih belum tidur?"     

Mo Weiyi terdiam.     

Dia melihat handphonenya, mata kucingnya yang indah terlihat sangat fokus, dan dia tidak tahu apa yang sedang dia lihat.     

Ini sangat jarang terjadi.     

Pertama kali Xiao Yebai memasuki gerbang rumah keluarga Mo saat berusia 15 tahun. Saat itu dia melihat putri keluarga Mo mengenakan rok berwarna putih dan merah muda, dia baru berusia 10 tahun, tapi sudah terlihat sangat cantik. Saat itu juga Mo Weiyi mengedipkan mata kucingnya yang cantik dan menunjuknya dengan tangannya yang putih dan kecil, "Kakak ini sangat tampan, aku ingin dia menjadi pacarku!"     

Mo Weiyi masih sangat muda, tapi begitu mendominasi dan kuat.     

Sejak saat itu sampai sepuluh tahun berikutnya, setiap kali Mo Weiyi melihatnya, Mo Weiyi akan muncul dengan sangat antusias dan berteriak "Xiaobai" dan "Xiaobai".     

Dia adalah putri dari Tuan Mo. Di luar orang mengatakan dia begitu sombong, menawan, dan pantang menyerah. Tetapi di depannya, putri itu seperti ekor kecil yang tidak bisa dilepaskan, selalu mengikutinya. Bahkan selama bertahun-tahun dia belajar di luar negeri, Mo Weiyi selalu menemukan cara untuk mengganggunya…     

Kilatan emosi dengan cepat melintas di mata Xiao Yebai. Dia berdiri di sana selama hampir setengah menit tanpa mengatakan apapun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.