Menikahi Pria Misterius

Menggendong Tinggi-Tinggi



Menggendong Tinggi-Tinggi

0Mo Weiyi kesal dan mulai mencibirkan mulutnya, "Lalu bagaimana kalau dia selalu membuatku marah dengan sengaja? Aku tidak bisa menahannya."     
0

Mo Weiyi sudah mencoba untuk menahan emosinya, tapi Xiao Zhiwei selalu memiliki cara untuk mencolek bekas lukanya dalam sekejap. Barusan yang membuatnya tidak bisa menahan diri adalah …     

"Weiyi, tahun ini kamu sudah berusia dua puluh tahun, jadi kamu sudah dewasa. Kamu bukan anak kecil. Kamu harus belajar bagaimana mengendalikan emosimu. Jika kamu ingin lanjut berjalan dengan Yebai, kamu tidak boleh melakukan sesuatu yang melukai perasaannya, mengerti?"     

Mo Yaoxiong melanjutkan ucapannya, "Singkatnya, dia akan tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu. Saat Xiao Zhiwei sudah membaik, aku akan mengaturnya untuk meninggalkan kota Nan jika kamu benar-benar tidak ingin melihatnya. Kamu juga tidak perlu mengunjunginya di rumah sakit untuk sementara waktu supaya menghindari konflik lebih lanjut."     

Mo Weiyi hanya bisa menganggukan kepala.     

*     

*     

Di dalam bangsal rumah sakit.     

Xiao Yebai memandang adiknya yang sedang duduk di ranjang rumah sakit dan berkata dengan acuh tak acuh, "Sebelumnya, apa yang aku katakan kepadamu?"     

Xiao Zhiwei menggigit bibirnya dan terlihat sangat kesal, "Kakak, kamu baru saja melihat dia memukulku!"     

"Seperti yang sudah aku katakan, aku tidak suka siapa pun ikut campur dalam masalah antara aku dan dia, bahkan jika itu adalah adikku sendiri."     

Xiao Zhiwei menggigit bibirnya sampai hampir berdarah, "Tapi apa aku salah? Dia putri tertua dari keluarga Mo. Semua yang dia suka harus tersedia, kalau bukan karena dia sengaja merayumu ke ranjang, kamu tidak akan menikahinya, apalagi bersedia untuk tinggal di keluarga Mo. Sekarang kamu dihina oleh semua orang di kota Nan. Mereka semua membicarakanmu dari belakang, mereka mengatakan bahwa kamu adalah menantu keluarga Mo yang tinggal di kediaman keluarga istri, mereka juga bilang kalau kamu hanyalah pria muda dengan wajah tampan yang hidup dari seorang wanita…"     

Xiao Zhiwei tiba-tiba terdiam, dia menelan seluruh kata-katanya setelah mendapat tatapan dari kakaknya.     

Xiao Yebai hanya berdiri di sana dengan tangan di saku celana. Bibir tipisnya ditekan dengan keras dan auranya terasa dingin. Matanya balik lensa itu terlihat menyeramkan, belum pernah Xiao Zhiwei melihatnya seperti ini sebelumnya.     

Tatapan itu seperti pisau es yang sangat tajam.     

Xiao Zhiwei tidak berani berbicara.     

Bangsal itu pun kembali menjadi sangat hening.     

Tidak tahu berapa lama, kebencian pria itu perlahan memudar. "Kalau tidak ada yang penting, aku tidak akan berbicara lebih jauh lagi."     

Suara Xiao Yebai rendah dan acuh tak acuh, "Kalau kedepannya kamu bertindak melewati batas lagi, aku tidak akan peduli, meskipun harus melawan paman dan bibi yang sudah membesarkanku selama bertahun-tahun."     

Setelah diam beberapa detik, Xiao Yebai kembali berkata dengan sinis, "Meski begitu, bukankah Mo Yaoxiong telah memberi lima juta yuan kepada keluarga Xiao?"     

Xiao Zhiwei mengepalkan tangannya kuat-kuat. Wajahnya yang pucat menunjukkan bahwa dia tidak bisa menahan marah dan malu.     

"Benar."     

Tahun itu, Mo Yaoxiong hanya menghabiskan 5 juta untuk mengambil Xiao Yebai, yang diasuh di rumah paman dan bibinya setelah orang tuanya meninggal.     

Meskipun saat itu Xiao Yebai sudah berusia 15 tahun, tapi apa bedanya hal ini dengan menjual anak untuk uang?     

Paman dan Bibinya memang sangat tidak memenuhi syarat untuk merawatnya.     

*     

*     

Setelah Mo Yaoxiong pergi, Mo Weiyi kembali ke bangsal, dia melihat Xiao Yebai sedang duduk di sofa sambil memotong buah.     

Matahari pagi menyinarinya dengan cahaya keemasan dari sela jendela, membuat wajahnya yang dingin sedikit terlihat hangat.     

Pria itu sedang menundukkan kepala, menunjukkan setengah wajahnya yang sedang fokus memotong buah dengan jari-jarinya yang ramping dan putih.     

Mo Weiyi merasa pria ini benar-benar tampan, bahkan ketika dia sedang mengupas buah.     

Mo Weiyi segera mendekat dan duduk di sampingnya, dia mulai berkata dengan suara yang lembut, "Xiaobai, aku bantu potong ya?"     

"Tidak perlu." Pria itu berbicara dengan suara rendah, "Sebentar lagi juga selesai."     

Saat Mo Weiyi hendak berbicara, terdengar suara yang mengejek dengan dingin… "Apel yang dipotong Tuan Putri terlalu mahal untuk aku makan."     

Xiao Zhiwei lagi!     

Mo Weiyi merasa bahwa suasana hatinya yang baik hilang dalam sekejap. "Jalang kecil ini!"     

"Mengapa dia selalu begitu menyebalkan!"     

Mo Weiyi berusaha menahan amarahnya karena teringat dengan perkataan ayahnya. Meski sebenarnya sangat berat baginya untuk menahan amarah itu!     

Jadi dia dengan sengaja memegang lengan Xiao Yebai dan meletakkan dagunya di bahu pria itu. Suaranya lembut dan menawan. "Xiaobai, aku sudah menerima hadiah yang kamu berikan kemarin. Aku sangat menyukainya. Apa kamu mau membantuku memberi mereka nama nanti?"     

"Baiklah," kata Xiao Yebai, sambil meletakkan apel yang sudah potong ke dalam nampan buah, "Aku akan pergi ke kantor dan meminta Lao Liu untuk mengantarmu pulang."     

"Baiklah, aku menuruti Xiaobai." Mo Weiyi menjawab dengan manis, lalu mengangkat matanya.     

Hal ini pun membuat Xiao Zhiwei panas, dia merasa seperti sedang ditampar di tempat umum. Mo Weiyi yang melihat itu pun mencibir dengan senang.     

Xiao Yebai kemudian bangkit dan berjalan menuju dapur kecil, Mo Weiyi dengan segera mengikuti pria itu lalu menutup pintunya.     

Mo Weiyi mendengus. "Aku benar-benar marah padamu!"     

Dia mengunci pintu lalu memeluk pria itu dari belakang dan meletakkan wajah kecilnya di punggung pria itu seperti koala. Lalu dia mulai mengeluh, "Xiaobai, kemarin aku menunggumu sepanjang malam, aku sudah menyiapkan kamar itu sebagai kejutan, tapi kamu tidak melihatnya. Lalu saat keluar tadi aku ditabrak seseorang, kakiku jadi terkilir, sakit sekali."     

Pria itu berhenti mencuci buah, dia membersihkan tangannya lalu berbalik dan bertanya, "Kaki mana yang terkilir?"     

Mo Weiyi mengangguk seperti anak ayam yang sedang mematuk nasi, "Kaki sebelah kanan yang terkilir, rasanya sakit sekali."     

"Aku akan memanggil dokter."     

"Tidak perlu." Mo Weiyi menarik tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Aku tidak mau dokter."     

Xiao Yebai menatap gadis berwajah cantik di depannya, "Apa maksudmu?"     

Mo Weiyi tersenyum lebih manis dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin kamu menghiburku. Aku ingin Xiaobai menciumku, dan menggendongku tinggi-tinggi."     

Xiao Yebai hanya terdiam memandangnya.     

"Ayo cepat, sebelum adikmu menangis lagi nanti. Cepatlah." kata Mo Weiyi yang sudah membuka tangannya untuk digendong seperti anak kecil.     

Alis Xiao Yebai melonjak. Setelah itu dia mengulurkan tangan untuk menggendongnya seperti anak kecil dan meletakkannya di pinggir wastafel yang bersih.     

Keduanya saling berhadapan, mata mereka saling bertatapan. Posisi mereka sangat cocok untuk melakukan sesuatu…     

Pria jangkung dan tampan itu mulai mencondongkan tubuhnya ke depan, Mo Weiyi menarik bajunya.     

Mo Weiyi bisa mencium aroma nafasnya yang dingin dan harum, bercampur dengan bau samar dari tembakau.     

Mo Weiyi merasa semua kesedihan yang ada di hatinya hilang seketika, dia memejamkan mata dan semakin mencintai Xiao Yebai.     

"Kakak?"     

"Kak, bantu aku sebentar."     

"Kak?"     

Suara orang yang menyebalkan terdengar menghancurkan suasana yang susah payah ia bangun.     

Mo Weiyi hanya terdiam, "Wanita sialan ini!"     

Tiba-tiba dagunya dicubit. Mo Weiyi terkejut sesaat dan kemudian segera menutup matanya.     

….     

Tidak tahu sudah berapa lama.     

"Xiaobai ..." Suara Mo Weiyi lembut disertai sedikit rasa malu.     

"Sudah cukup terhibur?"     

Mo Weiyi mengangguk, senyum cerah merekah di wajahnya, seperti bunga matahari yang mekar sepenuhnya di musim panas, "Karena Xiaobai menghiburku, jadi aku tidak akan marah lagi."     

"Um." Gumam Xiaobai, lalu pergi untuk mengambil buah.     

Ketika ia berbalik, wajahnya kembali tenang seperti biasa. Darimana munculnya gairah sesaat tadi?     

"Benar-benar sampah masyarakat yang tidak beradab!"     

Mo Weiyi meludah di dalam hati.     

Dia duduk di sana sampai wajahnya tidak lagi terbakar, lalu dia perlahan-lahan melompat turun dari wastafel, membuka pintu dan keluar.     

*     

*     

Aula utama kediaman Tianquan.     

Su Wanwan yang sedang tidur nyenyak, dibangunkan oleh suara dering telepon. Saat dia membuka matanya, dia menemukan dirinya sudah berbaring di pelukan seseorang.     

"Sial!"     

Su Wanwan tersipu malu, dan jantungnya berdebar kencang.     

"Sepertinya ada kenangan tentang tadi malam yang melintas di kepalaku seperti kuda."     

Dia ingat bahwa dia sepertinya tertidur di dalam mobil, samar-samar juga dia mengingat sedang digendong oleh Huo Jingshen untuk mandi kemudian dia juga mengoleskan obat.     

Dia memang terluka di bagian punggung, dan pria itu mengoleskan obat sambil memijat secara bersamaan. Tenaganya sangat pas dan terasa nyaman, jadi dia melanjutkan tidurnya dengan posisi tengkurap.     

"Pria tua ini memang tidak tahu malu!"     

"Mengambil keuntungan ketika seseorang sedang tidak berdaya!"     

Su Wanwan menggertakkan gigi lalu membungkus dirinya dengan selimut tipis, kemudian dia mengulurkan tangan untuk mengangkat telepon di meja samping tempat tidur.     

Dia sempat memperhatikan jam, "Baru jam 07:40 pagi?"     

Dia menjawab telepon, "Mo Xiaose kamu sudah gila ya, meneleponku pagi-pagi..."     

"Wanwan, aku sangat sedih, aku sangat sedih." Mo Weiyi terdengar menangis dari seberang telepon.     

"Ada apa lagi denganmu?" Su Wanwan bertanya dengan khawatir.     

"Pergelangan kakiku terluka. Dokter berkata aku harus beristirahat di rumah selama seminggu. Aku tidak bisa pergi ke upacara pembukaan sekolah besok lusa. Aku hanya bisa menyuruh Tuan Huo untuk menemanimu pergi."     

"Hanya begitu saja?" Su Wanwan memutar matanya dengan tajam, "Haruskah kamu meneleponku sepagi ini?"     

"Eh, aku tidak sadar, aku bangun terlalu pagi hari ini."     

Su Wanwan tidak banyak berpikir, dan langsung menutup teleponnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.     

Baru saja dia meletakkan teleponnya.     

"Ahhhhhhhhh..." Su Wanwan berteriak keras karena terkejut dan ketakutan.     

"Dasar tidak berperasaan!"     

Huo Jingshen baru saja terbangun, dia langsung melihat rambut hitam lebat yang berantakan dan membuat wajah Su Wanwan semakin terlihat menarik. Lalu tiba-tiba dia memeluknya dari belakang.     

Dia berbicara dengan suara berat khas seseorang yang baru terbangun dari tidur, "Kenapa panggil-panggil, setelah memakaiku semalaman, sekarang mau kabur?"     

"Kamu... Kamu bicara apa?" Tanya Su Wanwan tergagap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.