Menikahi Pria Misterius

Membunuh Saingan Dalam Hitungan Detik, Hanya Dengan Sepatah Kata



Membunuh Saingan Dalam Hitungan Detik, Hanya Dengan Sepatah Kata

0Penjaga keamanan pintu masuk melihat sekilas, tapi dia tidak menghentikannya.     
0

"Hujannya sangat deras, aku akan mengantarmu sampai depan pintu rumahmu," jelasnya.     

Su Wanwan terpaksa harus memberitahukan nomor rumahnya.     

Lima menit kemudian, Lingdu berhenti perlahan di pintu gerbang halaman.     

Di seberang tirai hujan, Pan Hui menatap halaman di belakang pagar besi di hadapannya. Vila tiga lantai itu sangat terang, penuh dengan kemewahan dan aura kebangsawanan di malam hari.     

"Kamu tinggal di sini?" Dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.     

Sebagai penduduk asli kota Nan, dia tentu saja tahu bahwa rumah di daerah ini sangatlah mahal. Apa lagi rumah dengan halaman yang sangat luas seperti ini. Kalau tidak memiliki dana puluhan juta, merawatnya pun tidak akan bisa.     

Su Wanwan masih belum menjawab, tapi tiba-tiba terdengar suara jendela mobil yang diketuk dengan cepat.     

Saat memutar kepalanya, dia melihat sosok hitam tinggi yang berdiri di luar jendela. "Sial!"     

Su Wanwan terkejut sampai seluruh badannya gemetar.     

Pan Hui membuka kunci mobil dengan penuh perhatian, "Nona Su, keluargamu datang untuk menjemputmu."     

Tanpa menunggu reaksi Su Wanwan, pintu mobil sudah dibuka dari luar.     

Di luar hujan masih sangat deras tapi tangannya ditarik dengan paksa, dan dia diseret keluar dari mobil.     

"Ah!"     

Su Wanwan berteriak, dan dia menabrak tubuh pria yang menariknya dengan keras.     

Huo Jingshen berdiri di sana, dia memegang payung hitam, sambil memandang Pan Hui yang turun dari mobil.     

Su Wanwan buru-buru menjelaskan, "Dia adalah pelatih sekolah mengemudiku. Dia mengantarku pulang karena hujan."     

Huo Jingshen dengan cepat melihatnya dan berkata dengan suara hangat, "Terima kasih banyak."     

"Sama-sama." Kata Pan Hui, sambil menatap pria di depannya.     

Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang seperti biasanya. Wajah di bawah payung hitam itu tampan, tapi tidak menunjukkan ekspresi.     

Mata di wajah yang tampan itu menatap dengan tajam, buat ekspresinya tampak gelap, seperti menyembunyikan masa lalu yang kelam dan sulit dipahami orang lain.     

Setelah terdiam cukup lama, Pan Hui tersenyum dan menyapa, "Halo Tuan Su, margaku Pan..."     

"Siapa yang mengatakan margaku Su?" Huo Jingshen mengangkat alisnya dan memotong pembicaraan dengan ringan.     

Pan Hui tercengang. "Dia bukan orang tua Su Wanwan?"     

Huo Jingshen memang lebih dewasa daripada Su Wanwan, tepatnya sepuluh tahun lebih tua, dan wajahnya pun menunjukkan seperti seorang pria yang sudah memasuki usia tiga puluhan awal. Pan Hui mengira dia adalah kakak dari Su Wanwan atau semacamnya.     

"Kalau marganya bukan Su, apa dia…"     

"Kalau begitu, seharusnya kamu adalah sepupu Nona Su, kan?" Pan Hui mulai terlihat gemetar dan berkeringat.     

Huo Jingshen tertawa rendah, "Sayang, kamu tidak mau membantuku memperkenalkan diri?"     

Mendengar kata "sayang", kaki Su Wanwan jadi lemas. Dia dengan spontan mencubit pinggang pria itu. Tapi Huo Jingshen malah melanjutkan pertanyaannya, "Sayang, kenapa kakimu lemas? Apa karena tadi malam... Terlalu melelahkan ya? Butuh pelukan dari suamimu?"     

"Sialan! Ini di depan orang lain. Apa yang bajingan ini bicarakan? "     

Melihat Pan Hui yang tercengang, Su Wanwan menundukkan kepalanya, dia mengepalkan tangan dan menggertakkan giginya.     

Sepertinya dia tidak lagi bernai bertemu Pan Hui.     

Pertanyaan itu masih berputar di kepala Pan Hui...     

"Sayang?"     

"Tadi malam terlalu melelahkan?"     

"Suami?"     

Tiga kata itu membuatnya tersadar dan langsung terkejut.     

Pan Hui masih berdiri di luar sampai basah kuyup setelah Huo Jingshen membawa Su Wanwan masuk dan menutup pintu gerbang dengan perlahan, hingga terdengar suara "klang".     

*     

*     

Sampai di dalam rumah, Su Wanwan mendorong Huo Jingshen dan mulai memarahinya.     

"Kenapa kamu menjemputku di pintu gerbang?"     

"Lalu untuk apa kamu berkata seperti itu?"     

"Apa kamu ini seorang psikopat?"     

"Kau melakukannya dengan sengaja!"     

"Sudah tidak sabar untuk menangkapku berselingkuh, ya?"     

Huo Jingshen meletakkan payung yang masih ia pegang, kemudian mengangkat alis matanya, "selingkuh?"     

Ekspresi Huo Jingshen masih lembut dan berbicara dengan nada tenang, "Kamu dengan dia?"     

Su Wanwan tercengang.     

"Apa bisa katak bermata empat dibanding-bandingkan dengan suamimu yang sempurna?" Huo Jingsheng menyombongkan diri tanpa malu.     

Sudut mulut Su Wanwan mulai mencibir dan dia diam beberapa saat, hingga akhirnya dia memaki dengan menegaskan kata-katanya, "Dasar tidak tahu malu!"     

"Sudah membuat orang malu, sekarang malah menyombongkan diri!"     

Huo Jingshen berbalik dan memasuki ruang tamu. Dia berjalan dengan tegap seolah menunjukkan rasa bangga, "Aku menjemputmu di pintu gerbang karena aku ingin membawamu ke rumah sakit untuk menjenguk kakekku."     

"Ah?" Su Wanwan yang marah langsung terkejut dan dengan cepat bertanya, "Kakek? Ada apa dengannya?"     

"Tidak ada. Dia hanya terkejut setelah aku memberi mantan tunanganmu pelajaran." Kata Huo Jingshen, sambil memberi isyarat melalui matanya, "pergilah makan semangkuk mie itu."     

"….Oh."     

Su Wanwan berjalan dengan patuh, ketika dia melihat semangkuk besar mie daging sapi yang mengepul di atas meja, aromanya tercium dengan kuat dan membuat Su Wanwan melebarkan mata, "Wow, apa kamu yang membuatnya untukku?"     

"Selain suamimu, siapa lagi….yang akan membuatkan?"     

Su Wanwan mencibirkan mulut, "masih menyombongkan diri?"     

Dia berhenti sejenak untuk berpikir, "Apa mie ini memang dia yang membuatkan? Atau... makan sajalah…"     

Su Wanwan melirik Huo Jingshen, dia sedang duduk di sofa sambil memang tablet dengan jari-jarinya yang ramping, alis dan matanya terlihat hangat, ekspresinya membuat pria itu terlihat sangat murah hati.     

"Apa ini hanya basa-basi saja? Apa ini sogokan?"     

Uh, dia merasa terlalu banyak berpikir.     

"Huft, sepertinya aku terlalu lama bersama pria brengsek ini, pikiranku jadi berubah kotor juga."     

Su Wanwan merasa malu, lalu dia duduk dan mulai makan mie.     

Harus diakui, makan mie daging sapi yang hangat di malam dengan hujan selebat ini sangat menyenangkan. Apa lagi setelah mengalami hari yang buruk seperti tadi.     

Su Wanwan menghabiskan mie itu sampai bersih, tanpa menyisakan setetes kuah pun di mangkuk. Kemudian dia meletakkan mangkuk itu lalu menyentuh perutnya sambil membersihkan mulut dan berteriak, "Enak!"     

Huo Jingshen menatapnya… Lalu dia bangkit dan berkata, "Ayo pergi."     

*     

*     

Sesampainya di rumah sakit, terdengar bentakan menakutkan di koridor.     

"Apa kejadian di pesta pernikahan itu tidak cukup memalukan? Baru saja menikah beberapa hari, tiba-tiba muncul skandal seperti ini! Sekarang seluruh kota Nan sudah tahu bahwa cucu dari Huo Yuanshan melecehkan gadis di bawah umur di klub lalu dipukul sampai harus dirawat di rumah sakit..."     

Nyonya Huo menahan suaminya sampai dia berhenti berteriak.     

Tuan Huo duduk di pinggir tempat tidur, dia mengenakan pakaian rumah sakit yang sangat bersih. wajahnya terlihat memerah karena marah, matanya tajam, wajahnya tegang dan dadanya sedikit naik turun karena baru saja membentak, dia tidak terlihat seperti pasien sama sekali.     

Huo Qinyu duduk di sofa depan tempat tidur, matanya merah dan bengkak karena habis menangis, dia masih mengelap air mata hingga saat ini.     

Tuan Huo tidak bisa menahan diri untuk tidak memarahinya lagi, meski cucu dan menantunya kini memasuki ruang, "Kalau kamu ingin menangis, kembali ke atas dan menangislah di sana! Jangan menghalangi pandanganku di sini!"     

Huo Qinyu menundukkan kepalanya, dia tidak berani membantah ayahnya itu. "Ah Shen, kenapa kamu membawanya malam-malam begini?" tanya Nyonya Huo dengan ramah.     

Huo Jingshen melengkungkan bibirnya yang tipis, dan tersenyum, "Wanwan dengar kakek dirawat di rumah sakit karena marah dengan Yuyun, dan khawatir tentang kondisi kakek. Dia menangis sangat keras, dan memintaku untuk membawanya berkunjung ke sini."     

Su Wanwan hanya terdiam, "..."     

Kakek Huo tidak menyangka kalau Su Wanwan begitu 'berbakti', bahkan dia memandang Su Wanwan berkali-kali. Hanya saja dia terlihat masih merasa ragu, seolah berkata, "Sungguh? Kenapa aku begitu tidak percaya? Percaya pada kejahatanmu!"     

"Anak ini sungguh berbakti, tidak seperti Zhe Xi. Sudah tahu kakeknya masuk rumah sakit, tapi belum juga datang untuk menjenguk.Benar-benar keterlaluan!" Setelah memarahi cucunya, Nyonya Huo mulai menghibur cucu menantunya lagi, "Wanwan, kamu tidak perlu khawatir. Kakek Huo dalam keadaan sehat, bukan masalah besar. Dia bisa keluar dari rumah sakit besok."     

Su Wanwan mengangguk.     

Bentakan amarahnya tadi benar-benar luar biasa, tidak terdengar seperti orang yang sedang sakit.     

Kakek Huo menyesap air dari cangkir tehnya, kemudian kembali berkata dengan suaranya yang keras, "Karena Ah Shen ada di sini, Qin Yu, jika ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengannya, bicaralah langsung."     

Huo Qinyu mengangkat kepalanya, dia melihat bolak-balik antara wajah Huo Jingshen dan Su Wanwan, tapi sepertinya sangat sulit untuk mengatakan, dan dia hanya diam saja.     

Sepertinya Su Wanwan memahami perasaanya dalam hati. Semua ini tentu menyangkut masalahnya dengan Xing Yuyun.     

Su Wanwan adalah mantan tunangan Xing Yuyun, sekarang dalam sekejap hubungan itu berakhir dan identitasnya berubah sangat drastis. Dia sebagai seorang kakak ipar tentu tidak mau mengambil sikap rendah di depannya.     

Su Wanwan mengambil tas tangannya, "Kakek, nenek, aku pergi ke kamar mandi dulu."     

Nyonya Huo mengangguk, "Pergilah."     

Saat Su Wanwan pergi dan pintu sudah tertutup, Huo Qinyu mulai berkata, "Ah Shen, ini pasti salah paham! Tidak mungkin Yuyun melakukan hal itu. Aku sangat mengenal anakku sendiri, dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu.     

"Apa yang Yuyun katakan?" Huo Jingshen duduk di sisi lain sofa.     

Huo Qinyu menjawab dengan ragu-ragu, "Dia, dia tidak mau mengatakan apa-apa."     

Tadi malam, keluarga Xing tiba-tiba menerima telepon yang mengatakan bahwa Xing Yuyun dikirim ke kantor polisi karena membuat masalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.