Menikahi Pria Misterius

Serumah Tiga Orang



Serumah Tiga Orang

0Hari minggu ini Su Wanwan ada kelas mengemudi, jadi ia hanya bisa mengirimkan pesan Wechat untuk minta cuti.     
0

Pelatih Pan Hui menyetujuinya, tetapi dengan sangat cepat bertanya lagi, "Apakah kamu pergi berkencan dengan pacarmu?"     

Su Wanwan membalas, "Tidak."     

"Oh."     

***     

Hari kedua, Su Wanwan pergi ke bandara lebih awal.     

Dia menunggu sampai siang, tak ada yang menduga ternyata penerbangan itu tertunda. Penerbangan dari Los Angeles baru mendarat Jam 2 siang.     

Setelah mendengarkan suara pengumuman, Su Wanwan dengan cepat berdiri dan ketika dia berbelok tiba-tiba ada yang menabraknya dari belakang.     

"Shhh!"     

"Maaf, maafkan aku, apakah Anda terluka?" Kata seorang wanita dengan suara yang lembut.     

Su Wanwan kaget sekaligus kesakitan, ia sampai mengeluarkan keringat dingin.     

Su Wanwan hari ini mengenakan celana jeans pendek, membuat ujung kaki sampai pahanya terlihat, tidak perlu ditanya orang lain pasti melihat pergelangan kakinya terluka. Tapi mendengar suara orang itu meminta maaf…     

"Aku tidak apa-apa."     

"Aku benar-benar minta maaf, barusan aku tidak memperhatikan Anda tiba-tiba berdiri, aku benar-benar maaf ya." Wanita itu terus meminta maaf, setelah selesai berbicara ia menundukkan kepala untuk melihat luka di kaki orang yang ditabraknya, "Sepertinya agak tergores, aduh maafkan aku ya, sekarang aku ada urusan penting. Begini saja, berikan kartu nama Anda, nanti aku akan bertanggungjawab untuk semua biaya pengobatan Anda."     

Dia adalah seorang wanita cantik dengan penampilan yang sangat tradisional, auranya sangat lemah lembut, bahkan caranya berbicara juga begitu lembut, dan tatapan meminta maafnya begitu tulus, benar-benar seperti pemain utama wanita di film percintaan.     

Jangankan pria, bahkan Su Wanwan yang seorang wanita juga dibuat terpesona, ia tentu jadi tidak tega memarahinya.     

"Tidak perlu, aku juga ada urusan penting." Setelah selesai berbicara, dia mengangkat kaki dan pergi.     

Setelah beberapa langkah menjauh, suara wanita itu terdengar lebih nyaring berkata, "Jingshen!"     

Su Wanwan tertegun dan membalikkan badan, ia benar-benar melihat sosok yang familiar berjalan mendekat.     

Huo Jingshen berpakaian seperti biasanya, kemeja putih dengan celana hitam, tangannya mendorong troli, tubuhnya tinggi dan kakinya panjang, karisma bangsawannya tetap terpancar. Meskipun sekarang ia dikelilingi banyak orang asing, tetapi keberadaannya benar-benar sangat menarik perhatian.     

Su Wanwan agak bingung.     

Sebenarnya dari kemarin malam dia sedang berpikir, apa perlu mengirimkan pesan mengatakan hari ini dia akan menjemputnya di bandara. Kalau tidak mengirim pesan sepertinya agak aneh, karena mereka berdua juga sudah menikah. Kalau mengirim pesan, ia takut terkesan dibuat-buat.     

Tapi dia sama sekali tidak menyangka akan berada dalam situasi seperti ini. Ketika dia berniat untuk menjemput suaminya, ia malah bertemu dengan seorang wanita cantik yang juga datang untuk menjemputnya! Dan bukankah sangat kebetulan sekali, wanita itu adalah wanita yang tadi menabraknya!     

Bagus sekali!     

Hanya dalam waktu beberapa detik, Su Wanwan memikirkan cara untuk menyapa. Tapi ketika pria itu berjalan ke arahnya, dia langsung ketakutan, dan "Shup", Su Wanwan langsung berjongkok untuk bersembunyi.     

Huo Jingshen di samping melihatnya sambil mengerutkan kening. Dia merasa punggung orang yang sedang berjongkok ini begitu familiar.     

"Jingshen!"     

Suara itu menarik perhatian Huo Jingshen, ia melihat seorang wanita yang berlari kecil lalu berkata berkata, "Ibumu sudah datang."     

"Dia bukan ibuku." Kata seorang anak kecil yang berjalan di belakangnya.     

Huo Jingshen tidak menjawab.     

Anak itu berumur 5 tahun, ia menggendong sebuah tas ransel hitam yang besar, mengenakan kaos merah dan celana jeans, wajahnya yang kecil membuatnya terlihat cantik dan keras kepala, dengan watak yang sangat jelas terlihat bahwa ia kabur dari rumah.      

Xu Xin, wanita itu berlari ke depan lalu berjongkok dan mulai marah-marah, "Ziyang, kamu kali ini benar-benar telah membuatku sangat terkejut, bagaimana bisa kamu diam-diam naik ke pesawat? Kamu sekarang baru berumur 5 tahun, masih termasuk anak kecil, kalau kamu sendirian seperti ini sangat bahaya tahu tidak?"     

Fu Ziyang menatapnya dengan wajah kecil yang tampak tenang, tetapi tidak menjawab apapun.     

"Jingshen, aku benar-benar sangat berterimakasih kepadamu, ketika Xihan mengatakannya kepadaku, aku juga sangat terkejut sekali, dan sekarang sangat bersyukur kamu telah menemukannya." Xu Xin menghela nafas lega, berdiri lalu berkata, "Sekarang aku akan membawa dia pulang ke hotel…."     

"Aku mau pulang ke rumah bersama Paman Huo." Kata Fu Ziyang, perkataan ini membuat kedua orang dewasa itu agak terkejut.     

Xu Xin langsung mulai memberikan ceramah, "Ziyang, kamu tidak boleh seperti ini lagi, saat kamu diam-diam naik pesawat ayahmu sangat marah, jadi kamu tidak boleh lagi mengganggu Paman Huo, kamu harus jadi anak kecil yang penurut ya…."     

"Paman Huo, apakah aku akan mengganggumu?" Fu Ziyang mengangkat kepalanya dan bertanya ke arah Huo Jingshen.     

Huo Jingshen mengangkat alis, terdiam agak lama. Anak itu mulai berbicara lagi, "Kalau begitu aku sendiri yang tidur di hotel."     

  **     

Su Wanwan yang sedang bersembunyi di belakang kursi, memperlihatkan setengah kepala kecilnya, daun telinganya berusaha untuk mendengar tapi tidak bisa menangkap apa yang sedang mereka perbincangkan.     

Sampai ketiga orang itu meninggalkan ruang kedatangan, Su Wanwan baru berdiri dan teringat sepertinya dirinya masih belum mengambil bagasi.     

Tiba-tiba handphonenya berdering. Layar handphone itu menampilkan nama Huo Jingshen, mulut Su Wanwan mencibir dan langsung mematikannya!     

  **     

Su Wanwan memanggil taksi setelah mengambil bagasi. Ketika sampai ke Huang Ting waktu sudah menunjukkan jam 7 malam lewat.     

Langit sudah gelap, Su Wanwan menarik koper besarnya yang berat, lalu melihat lampu vila sudah dinyalakan terang benderang, ia meyakinkan diri bahwa debaran dalam hatinya itu adalah palsu.     

Su Wanwan menarik nafas dalam, lalu berjalan dan mendorong pintu gerbang. Seketika dia langsung menatap empat mata yang hitam pekat. Di lantai ruang tamu, ada seekor anjing serigala yang besar sedang duduk dan seorang anak kecil yang imut.     

Sangking terkejutnya, Su Wanwan hanya berdiri di sana tanpa bisa bergerak sama sekali. Ia yang sangat takut terhadap anjing sampai lupa untuk bersembunyi.     

Dalam hatinya, Su Wanwan hanya sedang memikirkan satu hal: Sialan! Apakah masih ada keadilan di sini! Beraninya pria tua ini membawa anak haramnya pulang ke rumah! Apakah wanita itu juga ada di sini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.