Aku Bukan Gay! Aku Wanita Kesayangan Bos Besar!

Bo Tingshen Dijebak Ye Xian



Bo Tingshen Dijebak Ye Xian

0Seenaknya saja!     
0

Mendengar jawaban Bo Tingshen dengan nada bicara yang seolah mengasihaninya, Ye Xian hampir tidak bisa menahan diri untuk melompat dan menendangnya. Tetapi berpikir bahwa dirinya sekarang sedang berada di area kekuasaan Bo Tingshen, maka ada kemungkinan 99% dia tidak akan bisa mengalahkannya, jadi dengan terpaksa hanya bisa menahan amarah.      

Ye Xian tersenyum dan bicara dengan nada yang provokatif, "Kalau begitu, saya harus berterima kasih kepada Direktur Bo, tapi sayangnya… sekarang saya sudah sakit hati dan merasa perusahaan Anda terlalu kecil dan tidak cocok untuk saya yang terkenal ini, walaupun menggunakan berbagai cara untuk membujuk saya, saya tidak akan mau."     

Sudut bibir Ye Xian sedikit terangkat, tangannya terkepal, dan matanya memancarkan api amarah dan sedang menatap tajam ke arah Bo Tingshen. Seolah menyerupai kucing besar yang ganas siap mencakar orang yang ada di depannya.     

Kucing adalah binatang penurut, tetapi saat ekornya diinjak, dia akan menyerang dengan ganas.     

Tetapi di sisi lain….     

Bo Tingshen menatapnya dengan begitu tenang, tatapannya yang gelap dan tajam tak lagi terlihat, digantikan oleh senyum yang natural.     

Sialan!      

Memangnya ada yang lucu? Apakah dia sedang mengejeknya karena berpura-pura sombong, atau secara paksa mencoba menyelamatkan harga dirinya!     

Ye Xian sangat marah lalu mengepalkan tinjunya, "Kenapa Anda malah tersenyum!"     

"Kalau tidak ingin kembali ke perusahaan, lalu kenapa menyuruh Wanze untuk memohon padaku?"     

Apa?      

"Siapa yang menyuruhnya untuk memohon pada Anda?!" Ye Xian tercengang. Mungkinkah yang dikatakan Jiang Wanze tadi malam benar-benar dia lakukan? Bukankah Ye Xian sudah menolak? Dasar Jiang Wanze banyak bicara dan suka mengadu, bikin malu saja!     

"Itu keinginan dia sendiri, dia yang mengatakan, apa hubungannya dengan saya!"     

Mendengar alasan dari Ye Xian, tatapan Bo Tingshen tampak serius, "Benarkah?"     

"Tentu saja benar! Apa untungnya bagi saya berbohong pada Anda, Direktur? Saya…"      

Sebentar, omong kosong macam apa yang sedang dia debatkan dengan Bo Tingshen sekarang!     

"Saya akan mengirimkan foto itu kepada Jiang Wen, Anda bisa memintanya sendiri."     

Ye Xian mengambil topi dan maskernya, berdiri, membalikkan badan lalu pergi.     

"Berhenti."     

Mendengar nada perintah Bo Tingshen dari belakang, Ye Xian mencibir dan tidak mempedulikan.     

"Jangan pergi."     

Pria itu dengan cepat meraih topi belakang sweaternya, Ye Xian melotot dengan tidak percaya dan marah, "Apa yang Anda lakukan?"     

"Tinggal dan makanlah di sini."     

"Jangan memaksa…" ucap Ye Xian setengah berbisik.     

"Ada apa ini?"     

Di dapur, Wen Yan mendengar ada gerakan dan menyembulkan kepalanya untuk melihat ke ruang tamu. Ekspresi Ye Xian langsung berubah dalam hitungan detik saat mendengar suara Wen Yan.     

Ye Xian memegang mulutnya, dengan ekspresi sedih, tubuh yang sedikit gemetar, lalu diam-diam menyeka air matanya dengan satu tangan, dan menundukkan kepalanya ke arah Bo Tingshen, seolah-olah dia telah melakukan kesalahan besar, "Direktur Bo, maaf, saya salah, saya berjanji tidak akan berani ke sini lagi. Tetapi saya benar-benar tidak tahu jika Xiaoli adalah adik sepupu Anda, saya menolongnya hanya karena insting seorang manusia, bukan untuk mendekati Anda, Anda benar-benar salah paham…."     

Apa?!      

Wen Yan melihat Bo Tingshen meraih topi Ye Xian dengan begitu kasar, tatapan sedih Ye Xian, ditambah dengan kata-kata dari Ye Xian, membuatnya murka. Wen Yan melempar spatulanya dan mendekat.      

"Tingshen, apa yang kamu lakukan! Lepaskan tanganmu!"     

Wen Yan menarik topi Ye Xian dari tangan Bo Tingshen, dengan galak menatap putranya, "Ada apa denganmu, kenapa kamu ingin memukul ke Ye Xian!"     

"Dia begitu lemah, bukan lawanmu yang sebanding!"     

"Ibu tahu kamu pintar, tetapi jadi orang tidak boleh sok pintar. Kamu melihat semuanya dengan kacamata berwarna. Masalahnya sudah jelas, Ye Xian adalah orang yang pemberani dan menolong Xiaoli, kamu masih meragukannya?"     

"Dia ini orang yang sangat baik dan polos, Ibu tahu lebih banyak darimu!"     

"Apa begini sikapmu terhadap orang yang sudah menolong saudaramu? Bagaimana Ibu mengajarimu, apa kamu sudah lupa? Cepat minta maaf pada Ye Xian!"     

Bo Tingshen adalah satu-satunya pewaris dari keluarga Bo. Selain bakat dan kecerdasannya, Nyonya Bo sangat mencintai putranya. Sejak kecil tidak pernah memarahinya, ini pertama kalinya dia menggunakan nada bicara yang keras kepada putranya, bahkan Bo Lishan dan Luo Yuwei keluar dari dapur dan terkejut menyaksikan semuanya.     

Ye Xian bersembunyi di belakang Nyonya Bo, mengulurkan sedikit ujung lidahnya dengan senang dan menatang ke arah Bo Tingshen.     

Hebat bukan? Kita lihat saja, apakah Bo Tingshen masih bisa bersabar?     

Tidak peduli seberapa kuat seorang pria, pasti akan luluh jika dimarahi oleh ibunya kan?     

Bo Tingshen menyipitkan matanya dan menatap Ye Xian yang bersembunyi di belakang ibunya. Dengan nada bicara yang sama sekali tidak merasa bersalah dia berkata, "Suruh dia berdiri di depanku, maka aku akan minta maaf padanya secara langsung."     

"Uh…."     

Ye Xian buru-buru meraih sudut baju Wen Yan, dan menggelengkan kepala, "Tidak, tidak mau Direktur, bagaimana mungkin saya membiarkan Anda yang minta maaf, Bibi, jangan marah dengan Direktur lagi, ini adalah salah saya, semuanya adalah salah saya…."     

Nyonya Bo merasa sangat kasihan saat mendengar ini, dia menatap Bo Tingshen dengan tatapan marah dan kecewa, lalu berbaik dan memegang tangan Ye Xian, "Maaf, Ye Xian, semua karena Bibi yang telah gagal mendidiknya, jadi tidak tahu sopan santun, ayo ikut Bibi ke dapur saja, ada banyak hidangan di sana, kamu bisa mencicipinya. Sudah abaikan saja Tingshen."     

Eh?     

Ye Xian melihat Wen Yan yang menarik tangannya, "Tidak, tidak, Bibi, saya mau pulang….."     

"Kamu baru saja sampai, kenapa tergesa-gesa mau pulang, Ye Xian, apa kamu marah?"     

"Saya tidak marah, saya hanya…."     

"Kalau tidak, ikuti Bibi ke dapur ya. Bibi sangat menyukaimu!"     

Wen Yan mau tidak mau menyeretnya masuk ke dalam dapur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.