Aku Bukan Gay! Aku Wanita Kesayangan Bos Besar!

Nanas Yang Tidak Terjual



Nanas Yang Tidak Terjual

0Ye Xian dan PJ sudah berjalan mengikuti wanita paruh baya selama 7 sampai 8 menit, kemudian mendengar suara anak yang tertawa dengan senang.     
0

"Nunu…"     

Wanita itu berteriak nyaring.     

Di belakang desa ada satu ladang yang sangat besar dan semua ditanami nanas yang banyak terhampar di depan mata Ye Xian.     

Pertama kalinya melihat begitu banyak buah nanas segar, dia sangat terkejut dan bertanya, "Di sini ada ladang nanas?"     

"Ya, tentu saja!"     

Wanita paruh baya dengan bangga berkata, "Kabupaten Dangshan memang sangat terkenal sebagai penghasil buah nanas, ada ratusan rumah yang menanam nanas dan setiap tahun setelah matang, akan dikirim dan dijual di berbagai negara karena airnya sangat banyak dan rasanya manis asam, sangat enak!"     

Ye Xian memuji, "Hebat sekali."     

Sekarang bukannya sudah musim nanas matang? Pantas saja dari tadi dia mencium bau buah-buahan yang manis dan menggoda.     

Oh, ada perasaan ingin makan.      

"Ibu!"     

Nunu mendengar panggilan ibunya langsung membalikkan kepalanya, "Ada apa?"     

"Ayo sini makan kastanye! Ada kakak yang memberikan kastanye untuk kalian semua!"     

"Kastanye!"     

"Kastanye! Kastanye!"      

Kastanye adalah camilan yang disukai anak-anak di pedesaan. Mendengar ada kastanye untuk dimakan, semua orang berlari mengikutinya.     

Ye Xian mengambil kastanye di dalam kantong lalu satu persatu dibagikan, "Semuanya harus berbaris, aku akan lihat siapa yang masih belum dapat?"     

Dia melihat sekeliling pada anak-anak, dan akhirnya, di dekat ladang nanas, dia melihat seorang anak kecil dengan kepala tertunduk dan pendiam.     

Semua anak-anak begitu senang merebut kastanye untuk makan, kenapa dia diam saja?     

"Apa kamu tidak suka kastanye?"     

Ye Xian berjalan ke arahnya, anak kecil itu terkejut melihatnya, dan wajahnya kembali murung, "Aku suka makan, tetapi suasana hatiku sedang buruk."     

Seorang anak kecil berusia 10 tahun sudah berbicara seperti orang dewasa membuat Ye Xian merasa tua, "Siapa yang membuatmu sedih?"     

"Tidak ada orang yang membuatku sedih, hanya saja ibuku tidak bahagia."     

"Kalau begitu mengapa ibumu tidak bahagia?"     

"Karena tahun ini nanas kami tidak bisa dijual."     

"Tidak bisa dijual?"     

Ye Xian mengingat perkataan wanita paruh baya itu, "Bagaimana bisa? Bukannya nanas dari Dangshan sangat terkenal?"     

"Iya, tapi dalam dua tahun ini desa tetangga mulai menjual nanas dan semua pebisnis yang jahat mulai mengambil keuntungan dari kedua pihak dan menggunakan harga jual yang sangat rendah, sampai modal para petani juga tidak cukup, harga nanas tidak dinegosiasikan dengan petani, dan nanas yang tidak bisa dijual dibiarkan begitu saja di tanah. Sebenarnya sekarang adalah saat yang tepat untuk makan nanas, kalau dibiarkan terlalu lama akan busuk…"     

"Memang berapa harganya?"     

"Mereka hanya mau memberikan 0.3 yuan untuk setengah kilo."     

"0.3 yuan?"     

Ye Xian terkejut.     

Di pasar biasanya satu nanas 2-3 kilo harganya 10 yuan, jadi rata-rata harusnya 3-4 yuan setengah kilo, walaupun membeli grosiran paling murah turun 1-2 yuan. Semua pebisnis yang licik itu sungguh tidak tahu malu sampai membeli 0.3 yuan seperti harga sayuran? Tapi harga sayur juga lebih dari itu.      

"Apa Dangshan tidak ada saluran sendiri untuk menjual nanas?"     

"Ada toko online yang jual nanas kami di aplikasi Lingdu, tapi karena biaya iklan yang tinggi, para petani tidak mampu membayarnya, makanya tidak terlalu banyak yang beli. Jadi jalan yang paling banyak digunakan oleh kami adalah melalui grosiran melalui tangan distributor. Kata ibuku kami terlalu bergantung dengan mereka, nanas Dangshan kami dimonopoli oleh pebisnis jahat."     

Lingdu?     

Mata Ye Xian berkedut.     

Bukankah itu platform e-commerce yang dimiliki oleh perusahaan kakaknya?      

"Lalu berapa hektar nanas yang ada di Dangshan?"     

"Ribuan hektar."     

"Ribuan hektar semuanya tidak terjual?"     

Anak kecil itu menghapus air mata dan mengangguk, "Benar! Kebanyakan petani kami tidak bersedia mengalah pada pebisnis yang jahat."     

"Baiklah, jangan menangis…"     

Ye Xian mengusap kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.