Aku Bukan Gay! Aku Wanita Kesayangan Bos Besar!

Jiang Xin Menyatakan Cinta



Jiang Xin Menyatakan Cinta

0"Kakak Jiang Xin, kamu hari ini cantik sekali!"     
0

Ye Xian terpesona, Jiang Xin lalu menundukkan kepala dengan malu menutup bibirnya tersenyum, "Mulutmu kenapa begitu manis, apakah setiap kali bertemu dengan wanita selalu mengatakan hal yang sama?"     

"Tentu tidak, paling tidak harus ada 1% dari kecantikan seperti kamu."     

"Terima kasih."     

Telinga Jiang Xin yang merah sudah hampir terjatuh, apakah maksud Ye Xian… dia sangat menyukai penampilannya?     

Ye Xian, "Tetapi kamu begitu apakah tidak tahu dikenali orang lain?"     

"Tidak perlu khawatir, keamanan dari restarutan ini sangat ketat, tidak akan mengatakan kepada orang lain tentang informasi tamu lalu akhir pekan ini dalam satu hari paling banyak hanya menerima 3 meja tamu, sampai hari ini sepertinya hanya ada dua meja.     

"Dua meja?"     

Ye Xian melihat sekeliling dan ternyata memang satu restaurant benar-benar kosong hany dibelakang ada 3 meter ada satu meja yang kelihatannya adalah seorang pria dengan sepatu kulit yang sangat mengkilap, lalu melihat kemeja dan celananya yang ditutupi oleh bunga dan daun-daunan.     

Jiang Xin melihat Ye Xian yang berhati-hati, lalu menghibur, "Kamu jangan terlalu khawatir, tamu yang masuk ke restoran ini semuanya orang yang kaya dan kebanyakan bersama dengan pacarnya dan sudah tenggelam dengan dunia mereka berdua sendiri bagaimana bisa ada waktu untuk tertarik melihat artis."     

"Baguslah kalau begitu."     

Ye Xian dengan tenang melepaskan maskernya, melihat satu meja makanan yang mahal dan enak merasa tidak enak, "Membuat kamu menghabiskan banyak uang, kali ini seharusnya aku yang traktir karena di dalam syuting kamu yang selalu menjagaku."     

"Tidak ada masalah." Jiang Xin mengambil pisau dan garpu dengan perlahan-lahan memotong steak sapinya dan meletakkan ke depannya lalu tersenyum berkata, "Lain kali giliran kamu traktir aku bukannya sudah selesai."     

Lain kali….     

Jiang Xin orang yang begitu baik juga begitu ramah memang adalah teman yang sangat baik tetapi dia sekarang malah harus mengatakan 'kita lain kali paling bagus kurangi pertemuan kita saja'.     

Ye Xian tidak bisa mengatakannya.     

Tetapi semua perkataan itu bagaimanapun harus dikatakan, kalau tidak maka akan berdampak kepada mereka berdua semakin lama semakin besar.     

Ye Xian mengambil pisau dan garpu dan memakai steak ke dalam mulutnya, sambil mengunyah mulai memikirkan bagaimana memulai mengawal perkataan ini.     

Jiang Xin juga memegang kotaknya, tatapannya yang malu dan ragu.     

"Jiang Xin, aku ada hal yang ingin kukatakan!"     

"Ye Xian, aku ada hal yang ingin kukatakan!"     

Hampir bersamaan, mereka berdua mengartakan perkataan yang sama persis.     

Ye Xian dan Jiang Xin menatap muka dan terus tersenyum.     

"Kebetulan sekali, kakak Jiang xin, apa yang ingin kamu katakan?"     

"Iya kebetulan sekali…"     

Jiang Xin memegang rambut keritign di samping telinganya, kelihatannya sudah terlahir tetapi malah menjadi wanita muda.     

Apakah ini kemungkinan adalah…. Hati mereka saling mengikat?     

"Masalahku tidak terburu-buru, kamu katakan dulu saja."     

Ye Xian: "Kamu katakan saja dulu, wanita duluan!" dia punya juga tidak terburu-buru cuma agak canggung saja.     

"Baiklah."     

Jiang Xin yang agak tegang mengeluarkan kotak kecilnya, ini adalah jam tangan philip patek yang waktu itu ingin diberikan tetapi ditolak, "Ye Xian, ini adalah hadiah untukmu."     

Ye Xian melihatnya masih jam tangan waktu itu, "Kakak Jiang Xin kamu kenapa memberikan jam tangan ini lagi…."     

"Kamu jangan dengan cepat menolaknya." Jiang Xin membuka kotak itu lalu menatapnya dengan serius, "Waktu itu memberikan kepadamu tidak ada alasan, tetapi kali ini ada, kali ini… dia adalah hadiah penyataan cintaku."     

Hadiah pernyataan cinta?     

Ye Xian tampak bingung, yang masih tidak bisa bicara.     

Jiang Xin dengan sangat serius menatapnya, tatapannya yang penuh dengan ketulusan dan terpesona, "Ye Xian, aku menyukaimu, kita berpacaran saja."     

 "..."     

Ye Xian tertegun, mulutnya yang terpana, hidungnya terpana, matanya juga terpana, dia sekarang sudah seperti seekor tupai kampung yang berdiri diam di atas pasir yang kosong, lalu dengan panik dan kegelisahaan, "Ah…."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.