BOSSY BOSS

Chapter 161 - Sunshine



Chapter 161 - Sunshine

0Tangan Daisy menjadi tidak terkendali. Ia menarik tengkuk Ricky lebih dalam agar ciuman mereka semakin panas. Namun Ricky membelenggu kedua tangan Daisy hingga ia membawanya ke dinding.     
0

Kedua tangan Daisy ia pegang ke atas kepalanya dan Ricky semakin memperdalam ciumannya. Ia menjelajahi bibir Daisy hingga sampai ke leher. Daisy mendesah nikmat dan ia memberontak untuk membebaskan kedua tangannya.     

Namun sayang, Ricky lebih memilih Daisy tidak menyentuhnya sama sekali. Ia lebih senang jika Daisy terlihat tak berdaya sehingga ia bisa tetap melakukan aksinya.     

Nafsu yang membara di keduanya seketika hancur lebur saat Firly, asistennya masuk. "Ah, ma-maaf ... saya akan keluar lagi," ucapnya menahan rasa malu.     

Saat itu juga Daisy dan Ricky berhenti. Daisy menahan rasa malunya sementara Ricky membenarkan posisi pakaiannya yang hampir berantakan karena tangan Daisy.     

Hampir saja Daisy bercinta dengan Ricky. Karena saat-saat terakhir itu, roknya terangkat dan Daisy bisa merasakan tangan Ricky masuk ke dalamnya.     

"Apa kita akan meneruskannya?" tanya Ricky.     

"Pergilah," usir Daisy tanpa menjawab pertanyaan Ricky. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Ricky. Yang ia dengar hanya langkah Ricky yang menuju pintunya.     

"Sampai ketemu lagi, Sunshine," ujar Ricky dan pintu pun tertutup.     

Daisy merosot kembali di kursinya. Ia memegang keningnya dan kepalanya berpangku pada tangannya. Matanya terpejam dan memikirkan apa yang baru saja terjadi. Detail-detail itu jelas sekali masih bisa ia rasakan. Bahkan bibirnya masih lembab karena bibir Ricky.     

'Sial!' rutuk Daisy kesal.     

Pada akhirnya ia benar-benar jatuh dalam pelukan Ricky. Hanya saja ia tidak mengungkapkannya. Tapi apa pun itu, Daisy lebih memilih tidak memberikan jawaban atas apa yang perasaannya rasakan. Ia belum siap untuk menerima orang baru lagi. Namun jika hal seperti tadi terjadi lagi, maka itu adalah bonus untuknya.     

Tiba-tiba Firly masuk lagi dengan wajah canggungnya. Mau tidak mau Daisy memasang muka tembok di hadapan karyawannya itu.     

"Tolong, yang tadi itu jangan sampai ada yang tahu, OK?" ujar Daisy.     

"Ba-baik, Bu. Maaf, tadi saya—"     

"It's OK, Firly ... kita sama-sama sudah dewasa melihat hal yang seperti itu," timpal Daisy.     

Setelah Daisy menandatangani dokumen yang di bawa Firly, Firly pun langsung keluar dari ruangannya. Sementara itu Daisy masih berusaha mengatur ritme nafasnya.     

Ketika Daisy benar-benar tidak ada yang akan dikerjakan selain mendesain, ia melihat jas Ricky di kursinya. Beberapa kali Daisy mengerjapkan matanya untuk mengingat-ingat apakah tadi Ricky sempat melepaskan jasnya atau tidak.     

Lalu tiba-tiba kejadian itu muncul. Ricky sempat melepaskan jasnya saat mereka berciuman. Mungkin Ricky berpikir mereka akan bercinta setidaknya dengan cara cepat sehingga Ricky melepaskannya dengan terburu-buru.     

Daisy menghela nafasnya. Mau tidak mau, ia harus mengembalikan jas ini dari pada menunggu kedatangan Ricky ke sini dan sesuatu seperti tadi kejadian lagi. Daisy tidak mau itu terjadi.     

Dilipatnya jas itu dan ia masukan ke dalam kantung tas khusus pakaian desainnya. Daisy langsung keluar karena ia sama sekali tidak ada kesibukan yang mengharuskannya kerja.     

"Telepon saya jika ada kepentingan, Firly. Saya harus ke suatu tempat," ujar Daisy.     

"Baik, Bu."     

Mobil berjalan menuju rumah Ricky. Daisy berharap Ricky ada di rumahnya dan bukan di kantornya. Karena jarak terdekat saat ini adalah rumahnya. Jika ia tidak ada di rumahnya, maka Daisy baru akan menuju kantornya.     

Sejenak Daisy berhenti di depan rumah Ricky yang gerbangnya terkunci. Ia melihat-lihat ke dalam dari luar untuk memastikan apakah ada mobil Ricky atau tidak. Nyatanya tidak ada.     

"Kantor. Ya, aku harus ke kantornya. Huft ... " ujarnya seraya menghela nafas.     

Ini pertama kali bagi Daisy datang ke kantor Ricky. Tidak perlu susah payah menemukan kantornya karena memang kantornya sangat terkenal di kalangan para model.     

Kantor Ricky ini merupakan agensi yang merekrut model baik itu untuk iklan, dunia perfilman, atau pencari ajang bakat yang akan Ricky salurkan kepada pihak yang berwenang.     

Daisy memarkirkan mobilnya di parkiran mobil dan ia dalam sebentar di dalamnya. Kedua tangannya yang berada di stir kemudi bergerak dengan suara khas jari seperti sedang mencba memutuskan sesuatu.     

"Selamat siang, saya mau bertemu dengan Pak Ricky," ujar Daisy pada resepsionis.     

"Oh, baik. Dengan siapa ya, Bu?"     

"Daisy. Dari Daisy Boutique Store," kata Daisy menjawab.     

Resepsionis dengan nama Vivin yang terpasang di bajunya itu lalu menghubungi Ricky langsung. Daisy bisa tahu karena mendengar ia langsung berbicara pada Ricky.     

"Silakan langsung ke ruangan saja, Bu. Belok kiri lalu kanan, dan ruangan beliau tepat di paling ujung sendiri," info Vivin seraya memberitahukan lokasi pada Ricky.     

"Baik, terima kasih."     

Daisy melangkah ke dalam dengan suara sepatu high heels-nya yang berbunyi di lantai, membuat beberapa pasang mata menatapnya. Sementara itu dada Daisy bergemuruh cepat seirama dengan langkahnya mendekati ruangan Ricky.     

Perlahan Daisy berjalan hingga ia berhenti tepat di depan ruangan Ricky. Kejadian di kantornya tadi masih menghantuinya. Sisi iblisnya ingin sekali hal seperti tadi diselesaikan karena rasanya tanggung jika digantung.     

Daisy bingung memilih sampai nafasnya tersengal-sengal.     

Tapi akhirnya Daisy membuka pintu ruangan Ricky perlahan. Ia melihat Ricky langsung berdiri dari kursinya dan keluar dari sana.     

Setelah ruangan tertutup, Daisy menjatuhkan kantung tasnya juga tas pribadinya dan ia melangkah cepat ke arah Ricky.     

Daisy mencium Ricky. Ciuman yang panas dan kedua tangannya memegang rambut Ricky dengan nafsu yang begitu tinggi. Ricky membalasnya dengan nafsu yang sama pula.     

Kedua tangannya melepaskan atasan Daisy hingga hanya menyisakan bra yang dikenakannya. Lalu dengan lihai pula Ricky melucutui rok Daisy turun ke bawah sekaligus dengan dalamannya.     

Daisy yang tak mau kalah pun ikut menanggalkan pakaian Rick satu per satu. Setelah mereka benar-benar tanpa busana, Ricky mulai membawa Daisy menuju dinding yang dekat dengan pintu. Sambil memojokkan Daisy, ia mengunci ruangannya dan membawa Daisy ke atas sofa yang terlihat menggoda untuk bercinta.     

"Kamu yakin kita akan melakukannya?" tanya Ricky dengan nafas tersengal-sengal.     

"Ya ... please. Aku mau," timpal Daisy mengangguk.     

Ricky meraih pengaman di meja yang memang ia sediakan untuk mengisi pengamannya. Kemudian ia memakainya di sela-sela ia mencium bibir Daisy, yang lalu turun ke leher dan terakhir menarik puting Daisy dengan nikmat.     

Daisy menjerit nikmat saat ereksi Ricky masuk memenuhi miliknya. Kuku-kuku jemarinya ia tekankan pada tubuh Ricky karena sensasi yang sudah lama tidak ia rasakan.     

Perlahan Ricky bergerak maju mundur yang kemudian ia percepat sampai ia mendengar desahan dan jeritan Daisy bersamaan menandakan ia sudah keluar. Ricky pun membaliknya dan melakukannya dari belakang. Ia tidak tahu bahwa bercinta dengan Daisy bisa semenggairahkan seperti ini. Apalagi melihat lekukan tubuh Daisy yang benar-benar seksi saat ia melakukannya dari belakang.     

Daisy kembali berjerit dan Ricky benar-benar puas merasakan bahwa Daisy juga puas akan guncangannya.     

Tak ingin berhenti, Ricky menggendong Daisy dan membuat Daisy melingkarkan kedua kakinya di pinggang Ricky. Seraya menciumnya dan menahannya pada dinding, Ricky bergerak. Ia merasa bokong halus Daisy sampai Daisy hampir kehabisan nafas.     

"Kenapa kamu senikmat ini, Sunshine?" tanya Ricky dengan nafas yang memburu.     

"Kamu ... juga. Kenapa bisa? Kenapa bisa membuatku ... ingin lebih?" balas Daisy.     

"Kamu ingin lebih? Mari kita lihat kemampuanmu."     

Ricky memindahkan Daisy ke atas kursi kerjanya. Ia duduk dan memangku Daisy. Membiarkan Daisy bergerak sesuai kemauannya. Ricky ingin melihat sampai mana Daisy bisa membuatnya puas.     

"It's up to you, Sunshine," lirih Ricky ke telinganya. Menggigit telinganya dan Daisy menyentakkan kepalanya ke belakang.     

Daisy bergerak di ata Ricky dengan guncangan dan goyangan yang hebat. Keringatnya berjatuhan dan mengalir membasahi tubuhnya. Pun tubuh Ricky juga. Keduanya sama-sama terbakar oleh bara api yang berkobar karena nafsunya.     

Daisy ingin memberikan lebih dari sekadar ini. Ia menyodorkan putingnya pada Ricky karena itulah kesenangannya yang tiada taranya. Ricky menerimanya dan mengisapnya sesuai dengan kemauannya yang membuat Daisy semakin tak terkendali.     

"Begitu, Sunshine ... berikan aku kepuasan lagi," ujarnya pada Daisy.     

Daisy berbalik dan ia membelakangi Ricky. Daisy tahu bahwa semua laki-laki menyukai gaya yang seperti ini, maka dari itu ia pun bergerak lagi sambil memegang rambutnya ke atas dengan gaya yang seksi. Ricky yang tidak tahan dengan itu pun akhirnya lepas kendali. Kedua tangannya memegang pinggang Daisy dan ia mempercepat gerakan Daisy sampai Daisy benar-benar berteriak dengan sangat lengking bersamaan dengan Ricky yang akhirnya ikut berorgasme.     

Ricky melepaskan dirinya dari Daisy. Ia membopong Daisy dan membaringkannya di sofa. Ia lalu menyelimuti tubuh telanjang Daisy dengan selimut karena Daisy langsung tertidur begitu saja.     

Kini ruangannya benar-benar berantakan. Seulas senyum menghiasai dirinya menatap Daisy bahwa ia akhirnya menang untuk membuat Daisy jatuh ke dalam pelukannya.     

Ricky lalu mengenakan kembali pakaiannya serta merapikan yang berserakan. Lalu ia meraih birnya dan menatap Daisy yang terlelap di sofanya.     

"Aku sudah bilang, aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku, Sunshine," katanya pada Daisy.     

Ponsel Daisy yang berdering tiba-tiba membuat Ricky lantas menatapnya. Ditatapnya nama yang tertera dan Ricky menaikkan satu alisnya.     

"Reza? Mari kita angkat, siapa dan ada apa keperluannya denganmu," ucapnya pada dirinya sendiri.     

"Halo?" sapanya terdengar normal.     

"Maaf, ini siapa?" tanya Reza karena tidak mengenali suara laki-laki yang ada di ponsel Daisy.     

"Kamu yang siapa? Ada apa mencari Daisy?"     

"Daisy di mana?" tanya Reza tidak menjawab pertanyaan Ricky.     

Ricky menatap Daisy yang masih terlelap lelah dengan rambutnya yang setengah basah. "Dia masih tidur. Ada yang ingin kamu sampaikan dengannya?"     

Sejenak Reza hanya diam. Lalu nafasnya terdengar di telinga Ricky. "Nggak ada. Biar nanti aku saja yang bicara sendiri."     

Ricky langsung mematikan panggilan itu dan kembali menatap Daisy yang bergerak sedikit dengan lenguhan yang Ricky ingat sangat jelas. Suara lenguhan yang membuatnya bergairah sekaligus tidak bisa ia lupakan begitu saja.     

"Mulai sekarang, kamu milikku, Daisy. Siapa pun yang mendekatimu, akan aku hancurkan," kata Ricky dengan ancaman di lelapnya Daisy yang masih tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.