BOSSY BOSS

Chapter 162 - All Become One



Chapter 162 - All Become One

0"Hah!"     
0

Tiba-tiba Daisy terbangun saat matanya terbuka dan menatap sekitar. Ia beranjak dan melihat dirinya terbalut selimut di ruangan yang ia ingat. Daisy dan Ricky baru saja bercinta.     

'Astaga!' pikirnya kesal. 'Apa yang sudah aku lakukan?'     

Daisy memandangi ruangan itu yang sudah rapi dan ia tidak melihat Ricky. Akhirnya Daisy langsung mengenakan pakaiannya kembali dan menata dirinya di depan cermin.     

Setelah ia benar-benar rapi, ia terkejut karena seseorang masuk ke ruangan itu. Yang tak lain dan tak bukan adalah Ricky.     

"Oh, kamu sudah bangun? Kebetulan aku bawa cokelat panas buat kamu," ujar Ricky dengan senyumannya.     

Daisy hanya diam dan kembali menatap cermin yang tersedia di ruangan Ricky. Ia menyisir rambutnya dan kemudian mengikatnya menjadi satu ikatan. Sesekali Daisy juga mengatur nafasnya dan menelan ludahnya karena merasa gugup.     

Saat mereka bercinta tadi, Daisy seperti menyatakan perasaan nafsunya pada Ricky. Seolah bercinta dengan Ricky adalah hal yang ia dambakan sejak mereka bertemu.     

Daisy langsung meraih tasnya karena ia ingin segera pergi. "Aku datang karena ingin mengembalikan jasmu yang ketinggalan di kantorku," ujar Daisy yang masih berdiri menatapnya.     

"Dan kamu datang padaku lalu—"     

"Ricky! Anggap yang baru saja terjadi bukan sesuatu yang perlu kita bahas," potong Daisy.     

"Duduklah dulu. Senggaknya sampai cokelat panasmu habis. Kamu nggak ada kesibukan kan, hari ini?"     

Daisy menghela nafasnya. Ia tidak perlu tahu lagi dari mana Ricky mengetahui jadwalnya. Ia sudah seperti Zen yang tahu semua kehidupannya. Daisy akhirnya memilih duduk dan berjaga jarak darinya. Ia kemudian menyeduh cokelat panasnya.     

Ricky mengeluarkan satu plastik besar dan menunjukkannya pada Daisy. Daisy melihat sebuah permainan mobil mini dengan rel yang sepertinya harus di rangkai saat dikeluarkan nanti. Ia tahu itu mainan anak laki-laki.     

"Ini untuk Jason. Aku membelikannya untuknya. Jauh sebelum kita saling kenal seperti ini," kata Ricky.     

Daisy menelengkan kepalanya. "Jason ... nggak perlu mainan darimu. Dia nggak mengenalimu."     

"Cepat atau lambat ia pasti mengenaliku," kata Ricky percaya diri.     

Daisy mendengus dan tertawa. Ia lalu berdiri dan kembali menatap Ricky. "Aku harus kembali ke kantor. Simpan saja mainan itu, Ricky. Selamat siang."     

Kali ini Daisy benar-benar pergi sebelum Ricky mencegahnya lagi. Ia keluar dari kantornya dengan terburu-buru dan mengendarai mobilnya dengan lega saat ia keluar dari area kantor Ricky.     

Tangannya perlahan menyusuri setiap inci tubuhnya karena ia masih ingat sentuhan-sentuhan yang Ricky berikan. Pelepasan yang nikmat dan berulang kali orgasme. Daisy sudah lama tidak pernah melakukannya pada siapa pun. Terakhir bersama Jeremy itu pun sudah lama sekali.     

Bau tubuh Ricky bahkan masih bisa ia cium. Tubuhnya juga masih lengket karena keringat yang telah menjadi satu. Ia juga baru sadar bahwa Ricky meninggalkan jejak-jejak di payudaranya. Membuatnya tidak bisa memakai tank top jika nanti di rumah ada Jason atau keluarganya. Ya, walau akan hilang dalam waktu beberapa hari.     

Bersamaan dengan Daisy mengingat momen itu, ponselnya berdering. Ia melihat nama Reza terpampang di layarnya. Daisy pun menjawab panggilan itu.     

"Ada apa, Reza?"     

"Daisy? Sedang di mana kamu? Tadi aku menghubungimu dan seseorang laki-laki menjawabnya," kata Reza memberitahu.     

Daisy langsung diam sejenak. Ia berpikir pasti tadi Ricky yang menjawab panggilan Reza.     

"Apa yang dia katakan?" tanya Daisy.     

"Kamu baru saja tidur. Siapa dia, Dai? Dan di mana kamu?"     

Daisy tidak punya jawaban untuk saat ini. Ia hanya diam dan memikirkan jawaban yang tepat sebelum Reza berpikir yang bukan-bukan.     

***     

Kedatangan Reza cukup mengejutkan Raka. Ia memang mengabarkan bahwa dirinya akan berkunjung ke kantor Raka karena ia ingin membahas sesuatu yang menurutnya penting.     

"Reza, ada apa? Gue sih, bukan masalah kalau lo datang dan mau membahas sesuatu. Cuma ya, tumben saja," ujar Raka.     

Reza mengangguk dan ia duduk di hadapan Reza. "Gue tahu ini konyol, tapi gue cuma mau tahu, apa Daisy lagi dekat sama seseorang? Laki-laki?"     

Awalnya Raka sudah menanggapinya dengan serius sebelum ia mendengar pertanyaan Reza. Kemudian Raka tertawa lepas setelah mendengarnya. "Lo sesuka itu ya, sama dia?" tanya Raka akhirnya.     

"Gue serius, Ka. Apa dia lagi dekat seseorang?" ulang Reza.     

"Setahu gue nggak. Tapi itu yang gue tahu. Soalnya Daisy itu orangnya tertutup sejak dia melahirkan si Jason," jawab Raka.     

Reza menghela nafasnya dan bibirnya menipis. Ia sedikit ragu untuk menceritakan apa yang baru saja ia dengar di ponsel Daisy pada Raka. Tapi ia tahu bahwa Raka bisa dipercaya.     

"Kenapa? Lo mau bilang sesuatu, kan?" tanya Raka yang sudah melihat gelagat Reza.     

"Tapi gue harap lo nggak akan cerita ke Daisy."     

Raka mengangguk.     

"Barusan gue telepon Daisy. Maksud gue sih, mau ajak dia keluar sama Jason. Tapi gue kaget," cerita Reza sengaja menggantungnya.     

"Kaget kenapa?"     

"Yang angkat panggilan gue suara cowok, Ka. Dia bilang Daisy baru saja tidur. Apa lo tahu sesuatu?"     

Sekali lagi Raka langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu menahu apa-apa lagi tentang Daisy. Sekarang Daisy benar-benar tertutup padanya. Apalagi sejak ia ketahuan selingkuh dan Daisy yang tahu aibnya selama ini. Mereka juga jarang berbicara kecuali seperlunya.     

"Gue akan bantu cari info. Dulu dia dekat sama gue, Rez. Tapi memang banyak yang berubah karena masalah-masalah yang menimpanya. Gue harap lo sedikit lebih sabar menghadapinya," terang Raka.     

Reza hanya mengangguk dan percaya pada ucapan Raka.     

Malam saat Raka tiba di rumah, ia melihat mobil Daisy terparkir di halaman rumahnya. Artinya Daisy datang untuk melihat Jason. Raka sudah siap untuk setidaknya memulai pendekatan lagi pada Daisy untuk sekadar berbicara.     

Perlahan Raka masuk ke dalam rumah dan di sambut anaknya yang memeluknya lalu Raka menggendong dan menuju keluarganya yang sedang berkumpul. Jason pun ikut memeluk Raka dan Raka akhirnya juga menggendongnya di tangannya yang satu.     

"Om bawa oleh-oleh apa?" tanya Jason.     

"Iya, Papa bawa oleh-oleh apa?" ujar Lily membeo.     

"Wah, Om dan Papa nggak bawa apa-apa, ini. Tapi kayaknya Om mau ajak semuanya keluar malam ini. Bagaimana?" tanya Raka pada yang lainnya.     

Semua tampak setuju dan memperlihatkan keantusiasan mereka kecuali Daisy. Ia hanya diam namun menatap ponselnya yang membuatnya sibuk.     

"Daisy ikut?" tanya Raka.     

Daisy langsung menoleh dan ia menatap semuanya yang menunggu jawabannya. Lalu Daisy menatap Jason yang juga menatapnya dengan wajah penuh harap.     

"Jason mau Mama ikut," ucap Jason.     

"OK, sayang. Mama ikut kalau begitu," balas Daisy dengan senyum yang hanya ia berikan pada Jason.     

Raka mengatur dua anak kecil itu dengan sengaja agar satu mobil dengan Weiske dan Thomas. Sementara ia dan Reina juga Daisy satu mobil. Daisy tadinya tidak mau, tapi semua berkeras agar mereka satu mobil saja demi menghemat bahan bakar. Padahal semua itu alasan Raka.     

Ia sengaja ingin mengajak Daisy berbicara bersama dengan Reina. Raka bahkan sudah menghubungi Reina lebih dulu saat sebelum ia pulang ke rumah.     

"Apa ada yang mau kalian bicarakan?" tanya Daisy tiba-tiba ketika mobil sudah melaju. Rupanya Daisy tahu motif Raka dan Reina. Sebab mereka juga langsung saling melempar pandangan dan Reina-lah yang memulai obrolan.     

"Kami sangat merindukanmu yang dulu, Daisy," ucap Reina.     

"Dulu? Aku bahkan masih sama, kok. Memangnya aku dulu seperti apa?" tanya Daisy memilih tidak mengaku diri atas perubahannya.     

"Kamu lebih ... terbuka, Dai. Dibanding sekarang," sambung Raka.     

Daisy tersenyum dengan gelengan kepalanya dan menatap luar jendela mobil. "Terbuka, ya? Memangnya sekarang aku tertutup?"     

"Dai ... jangan mengulur waktu. Aku sengaja begini karena kita jarang bicara bersama," kata Raka.     

"Kamu yang mengulur waktu, Raka. Kalau memang ada sesuatu yang sekiranya ingin diucapkan langsung, katakan. Jangan membuat lingkaran di dalamnya," sergah Daisy.     

Sejenak Raka dan Reina diam. Daisy pun ikut diam dan ia sesekali mendengus kesal. Ia merasa bodoh karena mau-mau saja terlibat dalam obrolan seperti ini dengan suami istri yang ingin ikut campur kehidupannya.     

"Apa kamu sedang dekat sama seseorang?" tanya Raka akhirnya pada inti dari pembicaraan itu.     

"Nggak," jawab Daisy langsung.     

"Jadi, Reza bukan orang yang sedang dekat denganmu?" tanya Reina.     

"Nggak, Reina. Aku nggak dekat dengan siapa pun. Kalian ini kenapa, sih? Sudah, ya? Jangan ikut campur urusanku. Apa pun itu. Aku nggak suka!" tegas Daisy hingga membuat mereka semua bungkam.     

Cara yang tadinya Raka pikir akan mencairkan suasana, nyatanya memang bekerja. Tapi tidak dengan Daisy. Ia nampak tidak bersahabat sama sekali pada Raka dan Reina usai pembicaraan di mobil. Daisy hanya mengajak bicara Jason mau pun Lily. Dan sesekali Weiske dan Thomas pun ikut bicara.     

"Jason nanti tidur di rumah, ya? Mama kangen tidur sama Jason," pinta Daisy di saat mereka sedang menikmati hidangan restoran.     

"OK, Mama. Jason tidur sama Mama kalau Mama kangen saja, ya. Kalau Mama nggak kangen, Jason nggak mau. Kan, Jason sudah gede," balas Jason dengan suara lucunya.     

"Itu baru anak Mama. Lily nggak apa-apa kan, Jason sementara pulang ke rumahnya dulu?" tanya Daisy pada Lily.     

Lily mengangguk mantap. "Nggak apa-apa, Tante. Kata Mama, Lily nggak boleh menahan Jason kalau Jason disuruh Tante pulang."     

Daisy mengusap-usap rambut Lily dan sesekali melirik Reina yang tersenyum menatap anaknya.     

"Besok, Ibu yang akan jemput Jason di sekolah, OK? Kamu nggak perlu menitipnya sampai kamu pulang kerja," timpal Ibu berinisiatif.     

Daisy langsung menatap Jason dan bertanya, "kamu mau dijemput Nenek atau Mama, Nak?"     

"Nenek saja, Ma. Jason bosan kalau di sekolah terus."     

"OK. Ibu boleh menjemputnya," jawab Daisy akhirnya.     

Daisy lalu melanjutkan sendok demi sesendok makanan yang masuk ke mulutnya dan ia tiba-tiba tersedak saat sedang minum minumannya. Matanya melihat ke suatu arah yang membuatnya terkejut.     

Sudah Reza dan Ricky, kini ia melihat kembali masa lalunya yang tiba-tiba datang namun tak melihatnya.     

"Daisy, kamu kenapa?" tanya Weiske panik.     

"A-aku ... nggak apa-apa," jawab Daisy mencoba bersikap normal.     

Raka yang menyadari tatapan Daisy pun mengikuti arahnya. Dan Raka sama terkejutnya. Ia melihat Jeremy datang dengan satu keluarganya yang sepertinya juga akan makan di tempat yang sama.     

'Bukannya dia ada di Amerika? Apa dia kembali ke sini tiba-tiba?' batin Raka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.