BOSSY BOSS

Chapter 173 - Happy Birthday Jason!



Chapter 173 - Happy Birthday Jason!

0Siapa pun akan merasa canggung jika seorang janda beranak satu, membuat pesta ulang tahun atas permintaan seseorang yang belum jelas apa hubungan keduanya.     
0

Bukan Jeremy yang merasa ragu, tapi Daisy-lah. Bagaimana pun rasa ragu dalam dirinya jelas masih ada karena ia masih sangat takut mengecewakan Jeremy.     

Namun mengingat semua hal yang Jeremy lakukan untuknya mau pun Jason, menjadikan keraguannya sedikit demi sedikit menghilang.     

Kini Daisy merayakan ulang tahun anaknya bersama Jeremy di sisinya. Mereka sudah terlihat seperti suami istri. Atau sebut saja sebagai keluarga yang bahagia. Orang-orang yang tidak tahu kebenarannya pun mungkin menganggapnya demikian.     

Jason sangat terlihat senang dan antusias. Daisy pikir, Jason akan merasa gugup atau sejenisnya karena tidak pernah melakukan pesta sebelumnya. Malah sebaliknya, anaknya terlihat bahagia.     

Setelah meniup lilin, pemotongan kue dan pembagian kue, mereka semua lalu makan bersamaan. Anak-anak yang lain sibuk bermain permainan yang disediakan restoran Fast Food tersebut.     

Bagian ketika Daisy harus berbasa-basi pada orang tua anak-anak teman Jason adalah hal yang Daisy benci. Ia tidak bisa melakukan hal semacam itu kecuali membicarakan hal bisnis.     

Namun untungnya waktu untuk merayakan ulang tahun Jason selesai. Memang hanya berdurasi 3 jam dan Daisy bisa bernafas lega ketika ia mengantar para orang tua untuk pulang setelah berpamitan.     

"Mama, kado buat Jason banyak banget! Padahal Jason pernah bilang sama teman-teman, kalau Jason ulang tahun, Jason nggak minta kado, loh," cerocos Jason.     

Daisy dan Jeremy saling berpandangan satu sama lain. Ia tak menyangka bahwa anaknya miliki ide pemikiran seperti itu. Anak yang berusia enam tahun saat ini.     

"Ih, Jason kok, pintar? Tapi nggak apa-apa. Mereka kasih kado itu kan, karena senang punya teman kayak Jason. Jason kan, juga begitu kalau mereka ulang tahun, pasti Jason kasih kado, kan?"     

Anaknya hanya meringis dan mengangguk. Walau begitu, ia tetap sibuk membuka kado di mobil saat perjalanan ke rumah Weiske dan Thomas. Mobil Jeremy penuh dengan bungkus kado yang berserakan dan tumpukan kado yang belum Jason buka.     

"Maaf ya, Om, Jason bikin kotor mobil Om," ucap Jason menatap Jeremy.     

"Nggak apa-apa, Jason. Om senang, kok. Lagi pula, Om ada kado juga buat Jason."     

"Hah? Apa itu, Om?"     

"Nanti ya, masih rahasia," jawab Jeremy.     

Jeremy lalu melirik ke Daisy yang rupanya menatapnya karena ingin tahu apa yang ia belikan untuk Jason. Padahal akhir-akhir ini mereka bersama dan Daisy tidak pernah melihat atau tahu Jeremy keluar untuk membelikan sesuatu.     

Jeremy mengerlingkan satu matanya pada Daisy yang mana Daisy balas dengan matanya yang ia putar.     

Sampai rumah, Jason langsung keluar dari mobil dan lupa kana kado-kadonya. Daisy menggeleng-gelengkan kepalanya dan ia pun membantu Jeremy mengeluarkan kado-kado itu dari mobilnya.     

"Jadi, kamu belikan apa buat dia?" tanya Daisy.     

"Hmm, rahasia."     

"Jer ... Aku nggak mau ya, kamu jadi terbebani karena memberi kado Jason."     

"Aku senang, kok."     

Pembicaraan mereka terhenti karena Raka ikut membantu mereka.     

"Wow, banyak, ya?" ucap Raka.     

Daisy mengedikkan bahunya dengan senyuman. Ia juga tidak tahu kalau karakter Jason begitu sangat baik selama di sekolah bersama teman-temannya.     

Jason sangat sibuk bermain dengan Lily. Seketika ia lupa kalau dirinya baru saja berulang tahun dan mendapatkan kado banyak.     

Daisy membiarkan anaknya bermain dan ia duduk-duduk saja di ruang tamu untuk beristirahat.     

"Terima kasih ya, Jer. Semua karenamu," ucap Daisy.     

"Kamu tahu, aku udah menganggap Jason seperti anakku sendiri," balasnya.     

Hanya senyuman yang bisa Daisy berikan padanya. Ia sangat menghormati cara pandang Jeremy. Di samping ia benar-benar menyukai anak kecil plus Jeremy sudah menganggap Jason sebagai anaknya.     

"Jadi, apa rencanamu setelah ini?" tanya Jeremy.     

Daisy menelengkan kepalanya. Rencana apa yang dimaksudnya? Pikirnya.     

"Maksud kamu?"     

"Jason pasti menginap lagi kan, di sini? Aku nggak mau membuatmu sendirian, Daisy."     

Mendengar itu, pikiran Daisy jadi liar. Tentu saja rencana yang ia miliki sebelum Jeremy menanyakannya adalah pulang ke rumah dan beristirahat. Memang apalagi? Toh, dia sudah bilang pada karyawannya kalau hari ini dia tidak akan datang ke kantor.     

"Hmm, aku pulang ke rumah. Memangnya kenapa?"     

"Datanglah ke apartemenku. Tinggal di sana bersamaku saat Jason nggak denganmu?"     

Daisy berpikir akan tawaran Jeremy. Sejenak tampak menggiurkan baginya, tapi ia bingung menanggapinya karena hubungan mereka itu sesuatu yang tidak ada namanya.     

Sama-sama saling mencintai dan saling membutuhkan, tapi keduanya tidak tahu harus berbuat apa demi mendapati gelar hubungan.     

"Biar aku pikirin dulu ya, Jer. Aku udah nggak di rumah lama juga, kan? Jadi aku juga harus cek keadaan rumah, Jer."     

"Kalau begitu aku akan temani kamu, Daisy. OK?"     

Daisy mengangguk penuh. Ia tidak bisa menolak Jeremy karena sepertinya Jeremy ingin selalu di sisinya. Dan lagi pula Daisy tidak keberatan Juga jika Jeremy ingin menemaninya.     

Sementara menunggu waktu untuk balik, Daisy membiarkan orang rumah tetap beristirahat.     

"Daisy, bisa kita bicara sebentar?" suara Reina terdengar syahdu memanggil.     

Daisy menatap Jeremy dan ia mengangguk padanya untuk mengiyakan ajakan Reina yang ingin bicara dengannya.     

Daisy mengikuti Reina menuju kolam renang. Sepertinya memang kolam renang adalah tempat yang asyik untuk bersantai dan berbicara dengan leluasa.     

Sementara Daisy memikirkan kembali tentang Reina dan Raka yang bercinta di toilet kolam renang.     

"Ada apa, Rei?" tanya Daisy kemudian.     

"Aku yakin Raka atau mungkin Jeremy pernah bilang ke kamu mengenai aku yang cemburu padamu?" tanyanya.     

Daisy menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin Jeremy atau Raka dianggap tidak bisa menjaga rahasia. Jadi, Daisy memilih pura-pura tidak tahu.     

"Ah, aku pikir salah satunya memberitahu kamu," ujarnya mendadak bingung dan merasa malu karena merasa salah sangka.     

"Memangnya kamu cemburu kenapa padaku, Rei. Maksudku, apa yang sepantasnya kamu cemburui dari aku?" tanya Daisy.     

Reina yang sedari awal udah negatif berpikir tentang Raka atau Jeremy yang mengatakan pada Daisy mengenai dirinya cemburu, menjadi bingung untuk membahas pembicaraan.     

"Hmm, aku ... Nggak tahu harus bicara apa, Dai. Aku pikir mereka yang memberitahumu. Yah, jadi aku sempat berpikir jelek," jelas Reina.     

Daisy tetap tersenyum walau ada rasa kesal dalam dirinya karena menuduh salah satunya berbuat begitu. Walau yah, kenyataannya memang benar.     

"Padahal kalau aku boleh jujur, akulah yang seharusnya cemburu denganmu, Rei," timpal Daisy memandang air kolam yang bergerak-gerak.     

"Eh? Aku?"     

Daisy mengangguk. "Keluarga kalian lengkap. Aku sempat cemburu melihat Lily memiliki orang tua yang lengkap dan mengurusinya. Sementara Jason? Berbalikannya, bukan?"     

Reina merasa dirinya salah membahas hal ini. Padahal tadinya ia ingin membahas kecemburuannya pada fisik Reina yang di mana para laki-laki pastu menoleh ke arahnya. Nyatanya setelah mendengar pernyataan Daisy, Reina menjadi tak enak padanya.     

"Daisy ... Maaf, aku nggak tahu akan itu. Aku pikir kamu baik-baik aja dengan semuanya?"     

Kelihatannya begitu, ya? Batinnya.     

"Jadi, Rei, apa yang kamu cemburui dari aku?" tanya Daisy mengalihkan topik.     

"Fisikmu. Aku tahu ini bodoh. Tapi apa kamu nggak lihat betapa bedanya fisik kita berdua?"     

"Sepertinya kita sama dalam hal fisik, Rei."     

Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak. Sama sekali nggak. Kamu cantik, seksi, pintar, disukai banyak cowok, dan wanita karir. Aku? Aku hanya Ibu rumah tangga yang hanya mendekam di rumah menunggu suami pulang dan mengurus anak. Jelas sekali kan, perbedaannya?"     

Daisy cukup bersyukur karena penilaian Reina terhadap dirinya semua berhal positif. Tapi ia tidak tahu kalau hal itu membuatnya jadi rendah sebagai Ibu rumah tangga.     

"Rei, kamu nggak boleh beranggapan begitu. Semua manusia kan, punya andil masing-masing, jangan menganggap seolah aku di atas kamu. Padahal aku sendiri juga cemburu akan kelengkapan keluargamu," jelas Daisy.     

Tiba-tiba Reina memeluk Daisy. "Terima kasih ya, Dai. Maafkan aku. Kalau kamu nggak memberi pengertian padaku, mungkin aku masih cemburu nggak jelas sama kamu, Dai."     

Daisy hanya mengusap-usap punggung Reina dan tersenyum. Padahal jika Daisy boleh cemburu lagi, Reina pernah bersama Raja, suaminya. Walau itu terjadi jauh sebelum mereka bersama, tetap saja kadang Daisy cemburu. Hanya saja Daisy tidak menceritakannya.     

Selepas mereka berbicara, Daisy masuk ke dalam dan menuju dapur. Ia menuangkan jus mangga yang selalu dibuat Weiske.     

Seraya meminumnya, Daisy melamun di dapur. Ada rasa-rasa rindu terhadap Raja yang datang begitu saja. Membuat dadanya sesak hingga matanya memanas.     

Daisy mencoba membuang pandangannya ke arah jendela dapur yang memperlihatkan hamparan taman belakang yang terawat baik karena Weiske.     

"Aku bisa ... Aku bisa ... Aku pasti bisa," ujar Daisy berbisik pelan.     

Tapi tetap saja, air mata turun membasahi pipinya. Buru-buru Daisy menghapus air matanya dan segera berbalik untuk mencuci gelas bekas jusnya.     

Tak lama muncullah Raka ke dapur. Keduanya sedikit canggung. Bagi Daisy, secara tidak langsung ia membayangkan tentang Raka tadi walau yang ia maksud adalah Raja. Bagaimana pun keduanya sangat kembar secara fisik.     

"Dai, terima kasih, ya," tiba-tiba Raka berucap demikian.     

"Hah? Untuk?"     

"Aku dengar apa yang kamu dan Reina bicarakan. Maaf menguping. Aku khawatir kalau Reina akan semakin menjadi masalahnya," jelas Raka.     

"Dasar tukang nguping!" ujar Daisy bercanda.     

"Ck! Tapi aku tetap terima kasih, ya?"     

"Iya-iya. Lagian cuma itu yang bisa kulakukan, kan?"     

Raka mengangguk lalu mendekat ke arah Daisy.     

"Kamu sendiri bagaimana, Dai? Aku yakin kamu lagi nggak baik-baik aja, kan?"     

Ditanya seperti itu, Daisy tidak memiliki jawaban yang pasti. Ia tidak baik-baik saja ketika berkumpul seperti ini. Otaknya terus memikirkan kebersamaan bersama Raja dan itu menyakitkannya.     

"Menurutmu?" tanya Daisy balik meminta pendapat Raka.     

"Katakan aja, Daisy. Jujur padaku."     

Daisy menggelengkan kepalanya. Lalu matanya kembali memanas. Kemudian Daisy menggelengkan lagi kepalanya dengan cepat dan segera tumpah begitu saja air mata yang ada di pelupuknya.     

"Kamu tahu kenapa alasanku ke rumah ini jarang?" tanya Daisy mulai menangis.     

"Daisy, ada apa?"     

Daisy menghela nafasnya. "Karena semua ini ... Semua ini dan kalian mengingatkanku pada Raja, Raka," ujarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.